Senin, 14 Januari 2013

Tarbawi 44 Th. 4


Alangkah indahnya tata kehidupan yang diciptakan Alloh. Ada saling ketergantungan, antara yang kecil dan yang besar. Siapapun kita dan sebagai apapun kita, selamanya tak bisa mengabaikan hal-hal kecil. Sejarah adalah guru terbaik bagi siapapun. Betapa banyak bahagia atau bencana bermula dari hal-hal kecil. Maka, tak berlebihan bila untuk belajar bersikap bijak dan berlaku arif, kita harus banyak belajar menghargai hal-hal kecil. Mungkin dari sana, perkara-perkara besar menemukan awal perbaikannya yang benar.

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.389 kB
File Type | DjVu

Jumat, 11 Januari 2013

Nyunman: Melanggar Perintah Ketua


Pada saat berlangsung acara Musyawarah Majelis Syuro V di MD Building, Jakarta, 1 Februari 2012, di dalam ruang sidang saya melihat Kang Sunmanjaya tengah berbincang serius dengan ustadz Musyaffa. Ada tema apa gerangan, sehingga mereka berdua tampak demikian serius berbincang?

“Pak Cah, coba perhatikan. Betapa banyak anggota Majelis Syuro yang melanggar keputusan Ketua. Bahkan anggota yang baru saja dilantik, ikut melanggar Keputusan Ketua Majelis Syuro”, kata Kang Sunman dengan wajah serius.

“Apa yang dilanggar, Kang?” tanya saya.

“Kita tadi kan mendengar perintah langsung dari Ketua Majelis Syuro, bahwa sekarang waktu coffe break. Harusnya kan minum kopi. Tapi lihat, para anggota ada yang minum teh, energen, ada pula yang minum air mineral. Ini kan pelanggaran terhadap qoror Ketua”, jelas Kang Sunman.

“Lihat akh kita yang tadi baru saja dilantik. Iapun ikut melanggar qoror. Perintahnya jelas, ‘coffee break!’ Ia malah minum air mineral. Ini masalah yang serius. Baru saja dilantik, langsung melanggar perintah”, lanjut Kang Sunman.

Saya langsung meninggalkan forum mereka, karena tidak kuat menahan rasa geli.


~ Cahyadi Takariawan ~

Sumber: http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2997

Bersama Tb. Soenmandjaja Roekmandis

(1)  Namanya Tb. Soenmandjaja Roekmandis, akrab dipanggil Kang Sunman. Saat ini menjadi anggota DPR/MPR RI (2009 – 2014) dari Fraksi PKS, tinggal di Kota Bogor.

(2)  Setiap pagi naik KRL bersama masyarakat pemakai KRL, dari Bogor menuju tempat kerja, di Senayan. Demikian pula pulangnya ke Bogor, naik KRL.

(3)  Tidak ada media yang meliput tentang kesederhanaannya. Seorang politisi senior yang sangat bersahaja. Naik KRL pulang-balik dari Bogor ke Senayan. Sementara ada seorang tokoh nasional yang sekalinya naik KRL langsung dimuat media berhari-hari. “Kalah modal”, kata Kang Sunman.

(4)  Bersiaplah mendapatkan banyak khazanah unik dari Kang Sunman. Bisa disebut sebagai “Nyunman”. Setiap hari, selalu ada hal baru. Ini sebagian kecil, baru setengah persen saja.


1. Hal yang Membatalkan Wudhu

Tahukah Anda, kentut yang membatalkan wudhu hanyalah kentut yang pertama kali.


2. Anak Terakhir

Ternyata KH. Zainuddin MZ adalah anak terakhir. Karena kalau anak pertama mestinya bernama KH. Zainuddin MA.


3. Koruptor Belajar Islam?

Seorang koruptor lagi galau dan ingin mencari agama yang menenangkan hati. Ia datang ke seorang kiyai dan bertanya tentang Islam. “Ketahuilah, Islam itu ada lima perkara…” kata sang kiyai memulai pelajaran. “Hah, lima perkara? Gak jadilah… Saya kena satu perkara saja sudah pusing, apalagi kalau lima perkara…” kata koruptor dalam hati.


4. Makan Tidak Bayar

“Kalau kita di Sunda, makan itu tidak bayar. Habis makan baru bayar.”


5. Teh Tawar

“Di Sunda, teh itu tidak manis. Karena yang manis itu gula.”


6. Tidak Bisa Dipegang

“Payah dia itu, sebagai pejabat publik, omongannya tidak bisa dipegang. Karena omongan memang hanya bisa didengarkan.”


7. Tidak Konsisten

“Payah dia itu. Sebagai pejabat publik, omongannya selalu beda. Pagi, siang, sore, malam, omongannya selalu beda. Kalau omongannya sama terus, ya bosan lah.”


8. Lagu Ember

 “Tolong nyanyikan lagu Ember.”

 “Tidak ada itu lagu Ember. Aku sudah hafal ratusan lagu, tapi tidak ada lagu Ember.”

 “Ah kau itu. Ada lagu Ember. Tolong nyanyikan!”

 “Yang seperti apa lagunya?”

 “Begini lagunya: …Emberulang kali… Aku mencoba…. S’lalu untuk mengalah…”

“Oh tahulah aku….. Itu lagu Betharia Sonata…”


9. Pertama Kali ke Mesir

 “Ustadz Cahyadi, saya mau cerita tentang Mesir. Dulu, ketika saya pertama kali ke Mesir…”

 “Emang Akang sudah berapa kali ke Mesir?”

 “Ya baru sekali itu…”


10. Dilarang Sholat Jumat

 “Kemarin banyak jama’ah haji asal Indonesia yang dilarang melaksanakan sholat Jum’at di Masjidil Harom”.

 “Masya Alloh. Kenapa sebabnya, Kang?”

 “Karena kemarin hari Kamis”.


Cahyadi Takariawan ~

Sumber: http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2988 | http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2993

Keluarga Sakinah, Mawaddah wa Rohmah


SETIAP kali kita berbicara tentang keluarga bahagia, selalu mengkaitkan dengan istilah sakinah, mawadah, wa rohmah. Tiga kata yang acap diringkas dengan sebutan Keluarga Sakinah. Sebenarnya apa makna sakinah, mawadah dan rohmah? Bagaimana pula ciri keluarga yang dikatakan sakinah?

Sebagaimana diketahui, kata sakinah, mawadah dan rohmah itu diambil dari firman Tuhan:

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri (pasangan) dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram (sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih (mawadah) dan sayang (rohmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir” (Qs. ar-Rum [30]: 21).

Makna Sakinah

Kata sakinah berasal dari bahasa Arab. Dalam bahasa Arab, kata sakinah mengandung makna tenang, tenteram, damai, terhormat, aman, nyaman, merasa dilindungi, penuh kasih sayang, dan memperoleh pembelaan. Dengan demikian keluarga sakinah berarti keluarga yang semua anggotanya merasakan ketenangan, kedamaian, keamanan, ketenteraman, perlindungan, kebahagiaan, keberkahan, dan penghargaan.

Kata sakinah juga sudah diserap menjadi bahasa Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sakinah bermakna kedamaian; ketenteraman; ketenangan; kebahagiaan.

Makna Mawaddah

Kata mawaddah juga berasal dari bahasa Arab. Mawaddah adalah jenis cinta membara, perasaan cinta dan kasih sayang yang menggebu kepada pasangan jenisnya. Mawaddah adalah perasaan cinta yang muncul dengan dorongan nafsu kepada pasangan jenisnya, atau muncul karena adanya sebab-sebab yang bercorak fisik. Seperti cinta yang muncul karena kecantikan, ketampanan, kemolekan dan kemulusan fisik, tubuh yang seksi; atau muncul karena harta benda, kedudukan, pangkat, dan lain sebagainya.

Biasanya mawaddah muncul pada pasangan muda atau pasangan yang baru menikah, dimana corak fisik masih sangat kuat. Alasan-alasan fisik masih sangat dominan pada pasangan yang baru menikah. Kontak fisik juga sangat kuat mewarnai pasangan muda. Misalnya ketika seorang lelaki ditanya, “Mengapa Anda menikah dengan perempuan itu, bukan dengan yang lainnya?” Jika jawabannya adalah, “Karena ia cantik, seksi, kulitnya bersih”, dan lain sebagainya yang bercorak sebab fisik, itulah mawaddah.

Demikian pula ketika seorang perempuan ditanya, “Mengapa Anda menikah dengan lelaki itu, bukan dengan yang lainnya?” Jika jawabannya adalah, “Karena ia tampan, macho, kaya”, dan lain sebagainya yang bercorak sebab fisik, itulah yang disebut mawaddah.

Kata mawaddah juga sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia, menjadi mawadah (dengan satu huruf d). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mawadah bermakna kasih sayang.

Makna Rohmah

Rohmah berasal dari bahasa Arab yang berarti ampunan, anugerah, karunia, rohmat, belas kasih, juga rejeki. Rohmah merupakan jenis cinta dan kasih sayang yang lembut, terpancar dari kedalaman hati yang tulus, siap berkorban, siap melindungi yang dicintai, tanpa pamrih “sebab”. Bisa dikatakan rohmah adalah perasaan cinta dan kasih sayang yang sudah berada di luar batas-batas sebab yang bercorak fisik.

Biasanya rohmah muncul pada pasangan yang sudah lama berkeluarga, dimana tautan hati dan perasaan sudah sangat kuat, saling membutuhkan, saling memberi, saling menerima, saling memahami. Corak fisik sudah tidak dominan.

Misalnya seorang kakek yang berusia 80 tahun hidup rukun, tenang dan harmonis dengan isterinya yang berusia 75 tahun. Ketika ditanya, “Mengapa kakek masih mencintai nenek pada umur setua ini?” Tidak mungkin dijawab dengan, “Karena nenekmu cantik, seksi, genit”, dan seterusnya, karena si nenek sudah ompong dan kulitnya berkeriput.

Demikian pula ketika nenek ditanya, “Mengapa nenek masih mencintai kakek pada umur setua ini?” Tidak akan dijawab dengan, “Karena kakekmu cakep, jantan, macho, perkasa”, dan lain sebagainya; karena si kakek sudah udzur dan sering sakit-sakitan. Rasa cinta dan kasih sayang antara kakek dan nenek itu bahkan sudah berada di luar batas-batas sebab. Mereka tidak bisa menjelaskan lagi “mengapa dan sebab apa” masih saling mencintai.

Kata rohmah diserap dalam bahasa Indonesia menjadi rohmat (dengan huruf t). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rohmah atau rohmat bermakna belas kasih; kerahiman; karunia (Alloh); dan berkah (Alloh).

Ciri Keluarga Sakinah

Saya sering membuat ciri yang sederhana, kapan keluarga Anda disebut keluarga sakinah. Misalnya seorang suami bekerja di luar rumah, dan pulang ke rumah setiap sore jam 17.00. Jika suami ini merasa tenang, damai, nyaman, tenteram saat semakin dekat ke rumah, maka ia memiliki perasaan sakinah. Namun jika setiap kali mau pulang, semakin dekat ke rumah hatinya semakin gelisah, tidak nyaman, enggan pulang karena tidak tenang, maka sangat dipertanyakan dimana rasa sakinahnya.

Demikian pula saat isteri di rumah, ia mengetahui bahwa setiap jam 17.00 suaminya pulang ke rumah. Jika semakin dekat dengan jam kepulangan suami, hatinya semakin bahagia, tenang dan tenteram, maka ia memiliki perasaan sakinah. Namun jika semakin dekat dengan jam kepulangan suami hatinya berdegup kencang, tidak tenang, takut dan gelisah, maka sangat dipertanyakan dimana sakinahnya.

Apalagi jika si isteri berdoa “Semoga suamiku tidak jadi pulang, semoga suamiku dapat tugas lembur lagi sampai bulan depan”; atau bahkan “Semoga suamiku kecelakaan dan meninggal dunia”, maka sakinah sudah tidak ada lagi.

Keluarga sakinah memiliki suasana yang damai, tenang, tenteram, aman, nyaman, sejuk, penuh cinta, kasih dan sayang. Keluarga yang saling menerima, saling memberi, saling memahami, saling membutuhkan. Keluarga yang saling menasihati, saling menjaga, saling melindungi, saling berbaik sangka. Keluarga yang saling memaafkan, saling mengalah, saling menguatkan dalam kebaikan, saling mencintai, saling merindukan, saling mengasihi. Keluarga yang diliputi oleh suasana jiwa penuh kesyukuran, terjauhkan dari penyelewengan dan kerusakan.

Semoga kita semua mendapatkan dan memiliki keluarga yang sakinah, mawadah dan rohmah.

~ Cahyadi Takariawan ~

Sumber: http://www.berita99.com/inspirasi/4526/keluarga-sakinah-mawaddah-wa-rahmah

Kamis, 10 Januari 2013

Tarbawi 43 Th. 4


Rasa bosan bisa muncul, karena hidup di dunia ini tidak sempurna. Ia lantas bertemu dengan diri kita, yang juga bukan makhluk sempurna. Maka, apapun puncak prestasi, puncak kebaikan, puncak keistimewaan, selama ia masih di dunia, pasti ada kelemahannya. Tentu, di suatu waktu tertentu. Kebosanan, pasti pernah singgah dalam hidup kita. Tetapi ia harus dijalani dan dilalui. Seperti gelapnya malam yang harus dilewati, untuk menikmati sejuknya pagi dan terangnya siang.

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.367 kB
File Type | DjVu

Tarbawi 42 Th. 4


Seringkali kesibukan seseorang dengan berbagai urusan, justru banyak membuat dirinya lupa untuk mengenal lebih jauh siapa dirinya. Padahal, mengenali diri sendiri sangat penting, bahkan boleh dibilang lebih penting dari mengenali yang lain. Mengenali diri sendiri artinya mengetahui dengan baik apa kelebihan dan kekurangan kita. Lalu dengan pengenalan itu, kita mencari jalan mana yang bisa memaksimalkan aspek positif dan mana jalan yang bisa meminimalisir keburukan kita.

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.235 kB
File Type | DjVu

Rabu, 09 Januari 2013

Pastur Menuduh, Santri Menjawab


Kristenisasi melanda dunia Islam. Gerakan pemurtadan dilakukan dengan gencar dengan dana yang tak terbatas. Untuk membekali operasi tersebut, para Missionaris Nasrani tidak segan-segan mempelajari Islam. Mereka mempelajari Islam bukan untuk mencari kebenaran, namun hanyalah menebarkan keraguan ajaran Islam.

Mereka mempelajari Islam dan mencari kelemahan-kelemahan yang dikiranya ada, untuk ditiupkan pada korbannya dan selanjutnya ditarik dalam agamanya. Mereka tidak segan-segan menghabiskan umurnya untuk itu.

Buku ini berisi sebuah dialog antara seorang Pastur dengan seorang Pemuda Santri. Apa kata sang Pastur tentang Islam dan bagaimana pula sikap sang 'korban'?

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.875 kB
File Type | DjVu

Sabtu, 05 Januari 2013

Kedahsyatan Itsar Para Sahabat



Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudara kita di atas apa-apa yang kita inginkan meskipun kita sangat membutuhkannya. Imam Syahid Hasan al-Banna dalam salah satu risalahnya menjelaskan bahwa itsar merupakan puncak ukhuwah (persaudaraan) dan persaudaraan ini tidak boleh melebihi itsar. Dan batas minimal dari ukhuwah adalah salamatush shodr (berlapang dada) terhadap saudara sendiri. 

Kisah Itsar Kamu Anshor Terhadap Kaum Muhajirin

Dalam surat al-Hasyr ayat 9, Alloh menjelaskan itsar dengan sangat indah “... dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Ayat ini menjelaskan tentang kisah itsar kaum Anshor yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman terhadap kaum Muhajirin yang baru berhijrah ke Madinah. 

Rosululloh mempersaudarakan mereka dan setiap orang mengajukan diri sesuai kemampuannya, ada yang satu orang, dua, bahkan tiga orang Muhajirin. Dari sekian sahabat Anshor, tersebutlah sahabat Sa’ad ibn ‘Ubaidah ra. Hal istimewa yang dilakukan oleh Sa’ad adalah dia membawa 80 orang dari kaum Muhajirin kemudian menjual beberapa tanahnya yang berupa kebun kurma dan membangun pondok-pondok yang dipakai untuk tempat tinggal kaum Muhajirin itu. Putra Sa’ad pun, Qois ibn Sa’ad adalah seorang yang sangat dermawan. Begitu dermawannya sampai-sampai Abu Bakar berkata, “Ini jika dibiarkan, maka harta orangtuanya akan habis tak tersisa.” Kalimat itu didengar oleh Sa’ad, ia marah kemudian mengadu kepada Rosululloh saw. Sa’ad berkata, “Wahai siapa yang bisa membela aku atas Abu Bakar dan ‘Umar?” Ada orang yang bertanya, “Kenapa?” Sa’ad menjawab, “Abu Bakar dan ‘Umar mengajarkan pada anakku kekikiran dengan meminjam namaku.”

Kisah Itsar Abu Tholhah dalam Menjamu Tamu

Imam Ahmad mengisahkan bahwa suatu saat Rosululloh saw kedatangan seorang tamu dan tamu itu menyatakan bahwa dia (tamu itu) membutuhkan tempat menginap, makan malam, dan keperluan beberapa hari karena bekalnya habis. Rosululloh saw bukanlah orang yang bisa menolak permintaan, tetapi jika kondisi beliau tidak memungkinkan untuk memenuhi permintaan orang lain maka akan menawarkan kepada para sahabat. Maka kemudian seorang sahabat bernama Abu Tholhah al-Anshori bersedia menjamu tamu tersebut. Dibawalah ke rumahnya tamu tersebut. Sampai di rumah Abu Tholhah berbicara kepada istrinya Ummu Sulaim. Namun kata Ummu Sulaim, “Kita tidak punya apa-apa. Hanya ada makanan. Itupun hanya untuk anak kita.” Namun Abu Tholhah menjawab, “Lakukan apa yang kuminta ini, pura-puralah bahwa minyak kita habis sehingga lampu tidak dinyalakan malam ini dan segera tidurkan anak-anak.”

“Kemudian hidangkan segera makanan itu untuk tamu kita dalam satu piring dan hidangkan sebuah piring kosong untukku. Aku akan menemani dia makan.” Kemudian makanan dihidangkan dalam ruangan gelap. Sebuah piring kosong dihidangkan di depan Abu Tholhah dan piring yang berisi makanan dihidangkan dihidangkan dihadapan tamu tersebut. Tamu itu makan dengan lahap sedangkan Abu Tholhah berpura-pura seolah-olah makan dengan cara mengerik piring kosong yang ada di hadapannya sampai kemudian tamu itu selesai makan.  Pagi harinya, Rosululloh saw menemui Abu Tholhah dengan wajah berseri-seri kemudian berkata, “Alloh SWT takjub kepada apa yang kalian lakukan tadi malam.”

Kisah Itsar dalam Hal Harta

Suatu saat Madinah mengalami kekeringan yang cukup panjang. Warga Madinah saat itu mengandalkan air dari sebuah sumur milik seorang Yahudi. Orang Yahudi itu menjual air per ember kepada penduduk Madinah. Sampai suatu saat ‘Utsman menemui orang Yahudi itu. ‘Umar berkata, “Maukah kau menjual sumur ini kepadaku?” Yahudi itu menjawab, “Oh tidak bisa! Sumur ini adalah mata pencaharianku. Bagaimana mungkin aku menjualnya?” “Bagaimana kalau engkau jual separuhnya?” kata ‘Utsman. “Bagaimana caranya?” “Kita bagi harinya. Aku bayar separuh harga sumur ini, lalu giliranku ambil airnya satu hari, giliranmu satu hari berikutnya.” kata ‘Utsman. “Aku setuju.” kata si Yahudi. Dan ‘Utsman membayar 12 ribu dirham kepada orang Yahudi tersebut.

Itsar dalam Memberi Kehidupan

Ini adalah kisah sahabat Ikrimah dalam perang Yarmuk, yakni perang tentara Muslim dengan tentara Romawi. Setiap musuh yang mendekat pasti mati di tangan Ikrimah. Sampai kemudian Ikrimah terluka sangat parah. Dalam keadaan sakaratul maut, ada seseorang yang menawarkan air minum kepada Ikrimah. Namun Ikrimah menolak karena mendengar suara prajurit lain yang terluka dan sama-sama memerlukan air. Ikrimah mendahulukan air untuk orang itu. Saat si pembawa air mau menuangkan air pada mulut prajurit yang terluka, prajurit itu menolak karena mendengar prajurit lain yang sama-sama terluka merintih meminta air. Ia pun meminta si pembawa air untuk memberikan pada orang prajurit ketiga. Namun sesampainya si pembawa air di prajurit ketiga, ternyata prajurit itu sudah syahid. Saat ini berlari kembali ke prajurit kedua, dia pun sudah syahid, begitu pun saat ia berlari kembali kepada Ikrimah, ternyata Ikrimah pun sudah syahid. Semua yang melihat peristiwa itu menitikkan air mata. Mereka berkata, “Subhanalloh, mereka pasti menjadi tetangga yang mesra di surga karena itsar.”

Sumber: http://www.4shared.com/mp3/Dwrh7p_4/Kedasyatan_Itsar_Para_Sahabat.html

Jumat, 04 Januari 2013

Tarbawi 41 Th. 4


Kata ‘tidak’ merupakan pilar utama keseimbangan hidup, dalam konteks apapun. Ia merupakan salah satu modal penting bagi ketahanan diri. Hidup ini terlalu berliku. Berapit antara jurang kerusakan yang curam. Bertaburan rayuan dan godaan. Diperlukan keberanian dan daya tahan yang memadai untuk menjalaninya. Dan, salah satu sumber penting daya tahan itu adalah keberanian untuk menolak apa yang tidak baik. Kata ‘tidak’ ibarat rem bagi kendaraan hidup kita. Bisakah kita membayangkan kendaraan tanpa rem?

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.569 kB
File Type | DjVu

Tarbawi 40 Th. 4


Di Palestina, hari demi hari tak pernah sepi dari pertempuran. Israel yang menjajah tanah diberkahi itu, terus menerus menampakkan kebrutalannya. Perjuangan Palestina adalah perjuangan aqidah. Karena di sanalah letak Baitul Maqdis yang diberkahi. Di sana pula tempat Masjidil Aqsho, kiblat pertama. Setiap jiwa yang masih menyala imannya, pasti akan terluka melihat kenyataan di sana. Ummat Islam harus berbuat. Syaikh Ahmad Yassin mengatakan, “Bantulah kami dengan do’a, dukungan politik, dan dana.”

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.387 kB
File Type | DjVu

Kamis, 03 Januari 2013

Tarbawi 39 Th. 4


Hidup ini memang pergumulan ujian. Ada wilayah-wilayah ‘panas’ yang sebenarnya halal, dan merupakan penyuplai hajat hidup orang banyak. Seperti jabatan, kekuasaan, dunia politik, keuangan, budaya, peradaban, moral, militer, keilmuan, dan lain-lain. Pada dasarnya ia tidak bisa dipisahkan dari tuntutan penerapan syari’at Islam. Tetapi, wilayah-wilayah itu membutuhkan para ahlinya, yang tangguh, tegar, dan tidak mudah terbujuk segala macam godaan.

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.521 kB
File Type | DjVu

Tarbawi 38 Th. 4


Terlalu banyak rahasia hidup yang tidak kita ketahui. Karenanya kita semua sangat berharap kepada karunia Alloh. Kita memang boleh berhitung. Tentang apa saja. Juga tentang hidup yang berliku-liku. Tetapi, hidup tak selamanya berjalan dalam kalkulasi matematis. Ada ruang lain yang harus kita yakini. Karena di luar diri kita, di luar seluruh makhluk langit dan bumi, ada kekuasaan Alloh. Itulah ruang lain itu. Kita semua adalah hamba Alloh yang Maha Kuasa. Tidak ada yang bisa hidup tanpa pertolongan Alloh.

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.594 kB
File Type | DjVu

Tarbawi 37 Th. 4


Kita tak boleh berhenti bergerak. Kecuali sekadar jenak-jenak yang kita perlukan untuk mengambil bekal dan istirahat. Hidup ini akan terus berdenyut. Dengan atau tanpa kita. Terlalu tragis untuk tergilas dinamika hidup, lantaran kita memilih banyak diam. Banyak ragam dan ruang gerak untuk kita, sebagai Muslim, sebagai pegawai apa saja. Berdenyutlah. Bergeraklah. Agar kita tak mati sebelum waktunya.

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.601 kB
File Type | DjVu

Rabu, 02 Januari 2013

Tarbawi 36 Th. 3


Setiap kali pagi datang, hal pertama yang harus kita pancangkan adalah deklarasi kebaikan. Bahwa hari ini kita harus lebih baik dari hari kemarin. Maka tidak ada kata yang lebih penting dari bangkit. Ya. Kita harus bangun, bergegas, dan bersegera membayar kesalahan-kesalahan dengan amal-amal kebajikan. Menjadi kewajiban orang-orang yang jauh dari sempurna seperti kita untuk menebus kesalahan-kesalahan masa lalu dengan tangis dan juga amal kebaikan.

Download Link | [MediaFire]
File Size | 2.599 kB
File Type | DjVu

Muhammad dan Yahudi


Bangsa Yahudi adalah keturunan Ibrohim yang mendapatkan karunia dari Alloh, melebihi karunia yang diberikan kepada bangsa lainnya. Sehingga sejarahnya tetap aktual dari masa ke masa, meskipun berulang kali dihancurkan oleh bangsa lain dan tidak memiliki tanah air. Bahkan sampai hari ini, kita bisa merasakan bagaimana dahsyatnya kekuatan Yahudi baik di bidang intelektual, ekonomi, politik, dan sosial budaya. Namun, akibat dari kedurhakaannya dan senang melakukan dosa, Yahudi menjadi bangsa terlaknat.

Walaupun sudah dilaknat oleh Alloh, Yahudi ingin tetap menjadi bangsa pilihan dan tidak menghendaki bangsa lain mendapatkan karunia hidayah dan nikmat kesejahteraan hidup dari Alloh, seperti yang dulu pernah diraih olehnya. Sehingga dia melahirkan manusia-manusia penyesat jalan Tuhan yang selalu mengguncang dunia, seperti Abdulloh ibn Saba’, Charles Darwin, Karl Marx, Sigmund Freud, dan lain-lain.

Cengkeraman pengaruh mereka terhadap dunia begitu kuat, sampai kita kesulitan untuk membebaskan diri darinya. Sadar atau tidak, di satu sisi, ummat Islam sangat membenci Yahudi. Tapi di sisi lain, kita terformat olehnya dan selalu mengikuti kehendak Yahudi baik di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Ekonomi dan politik, sosial budaya, dan lain sebagainya. Seakan-akan di setiap sudut kehidupan kita, tidak pernah terlepas dari pengaruh Yahudi.

Ketika Nabi Muhammad saw membentuk masyarakat Islam di Madinah dengan bekal wahyu dari Alloh, Yahudi berusaha menghancurkan struktur sosial budaya masyarakat kota itu. Tetapi usaha mereka itu gagal dan mengakibatkan bangsa Yahudi terusir dari Madinah.

Buku ini menjelaskan kepada kita, bagaimana hubungan langsung Nabi Muhammad saw dengan bangsa Yahudi. Mengapa Nabi terakhir ini bisa mementahkan strategi bangsa terlaknat ini, dan mampu membangun masyarakat Madani yang kemudian pengaruhnya terus meluas mulai dari Asia, Afrika hingga Eropa.

Download Link | [MediaFire]
File Size | 1.524 kB
File Type | DjVu