Halaman

Selasa, 26 April 2016

Menghargai "Insya Alloh"

Secara prinsip, segala sesuatu yang disandingkan dengan nama Alloh maka kedudukannya menjadi tinggi dan mulia. Seperti halnya Kalamulloh, Baitulloh bahkan hingga ‘Abdulloh. Terkecuali jika diberi tone negatif, seperti ‘Aduwulloh, Laknatulloh dll.

Diantara kalimat yang disandingkan dengan Alloh tapi kurang mendapatkan perhatian dan penghargaan yang semestinya adalah kalimat Insya Alloh. Kalimat itu begitu mudah terucap, namun seringkali malah membuat lawan bicaranya menjadi ragu. Terlebih dalam beberapa urusan spesifik, seperti janji untuk membayar hutang.

Padahal, nabi yang mulia dan orang sholih pernah mendapatkan pelajaran yang sangat mahal dengan kalimat Insya Alloh. Karena kalimat Insya Alloh berhubungan sangat kuat dengan irodah Alloh. Apa dan bagaimana pelajaran yang diterima oleh mereka?

Pertama, Kisah Nabi Sulaiman As
Suatu ketika, Nabi Sulaiman berujar, “Malam ini aku akan mendatangi 100 istriku. Dari mereka kelak akan lahir 100 mujahid yang berjuang dijalan-Nya.” Nabi Sulaiman lupa mengucapkan “Insya Alloh”. Apa yang terjadi?

Dari 100 istri yang didatanginya malam itu, hanya 1 saja yang bisa mengandung. Setelah anaknya lahir, ternyata hanya berwujud setengah manusia. Apakah anaknya terlahir cacat, cebol atau kerdil sehingga digambarkan sebagai setengah manusia? Wallohu a’lam.

Rosululloh saat menyampaikan kisah tersebut berkomentar, “Andai Nabi Sulaiman tidak lupa mengucapkan kalimat Insya Alloh, niscaya akan lahir 100 anak yang menjadi mujahid berjuang di jalan Alloh.”

Inilah kisah nabi Sulaiman yang memiliki 100 istri, dan beliau sanggup mendatangi semua istrinya sekaligus dalam waktu semalam. Dan beliau memiliki mimpi yang besar terhadap calon anak-anaknya kelak, yakni menjadi para mujahid. Namun semua tidak terkabul, hanya karena beliau lupa mengucapkan Insya Alloh. 

Kedua, Kisah Nabi Muhammad SAW
Merasa tidak memiliki ilmu untuk berdiskusi dengan Muhammad, kaum Quroisy mengirim utusan ke Madinah. Untuk bertanya kepada ahli kitab (Yahudi) tentang urusan yang dibawa oleh Muhammad. 

“Tanyakan 3 hal kepadanya. Jika bisa menjawabnya, berarti dia memang nabi. Jika tidak bisa, berarti dia hanya mengaku-ngaku saja. Pertama, tentang orang yang berada didalam gua. Kedua, tentang orang yang melakukan perjalanan dari ujung timur hingga ujung barat. Ketiga, tentang ruh,” jelas pemuka agama Yahudi kepada utusan Quroisy.

Setelah ditanyakan tentang persoalan tersebut, Nabi Muhammad saw menjawab “Datanglah kesini besok.” Beliau menanti malaikat Jibril turun untuk membawa jawabannya, tapi lupa mengucapkan Insya Alloh. Apa yang terjadi?

Wahyu “terlambat turun”. Rosululloh sangat sedih tidak bisa menjawab soal ujian dari kaum Yahudi karena wahyu belum turun. Selama beberapa waktu, kaum Quroisy gembira ria karena merasa menang, bisa mematahkan klaim kenabian Muhammad. 

Padahal, pada kisah yang lain kita sering mendapati malaikat Jibril turun memberi tahu sebelum kejadian, atau sesaat setelah pertanyaan terlontar. Misalnya saat didatangi oleh ‘Abdulloh bin Salam, dia menanyakan 3 perkara yang hanya bisa dijawab oleh seorang nabi, yakni: (1) Tanda pertama terjadinya kiamat, (2) Apa hidangan pertama yang dinikmati oleh ahli surga, dan (3) Mengapa anak kadang mirip bapaknya, kadang mirip ibunya. 

Rosululloh tersenyum dan berkata, “Baru saja malaikat Jibril datang membawa jawaban atas pertanyaanmu.” Setelah jawaban disampaikan, ‘Abdulloh bin Salam pun masuk Islam.

Ketiga, Kisah Ibnu Taimiyah
Suatu saat, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengusulkan strategi perang demi mengusir bangsa Tartar dari suatu wilayah. “Jika kita melakukan ini, maka kita akan menang,” ujarnya bersemangat.

Salah satu orang yang hadir dalam majelis itu menyela, “Wahai syaikh, ucapkanlah Insya Alloh.” Lalu Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah segera berujar, “Insya Alloh, dan ini adalah bentuk optimisme,” tegas. Apa yang terjadi?

Bi idznillah, Alloh memberikan kemenangan kepada kaum muslimin.

Khotimah
Memahami agungnya sesuatu bisa dilihat dari peristiwa yang berkaitan dengannya. Kalimat Insya Alloh telah memberikan pelajaran berharga kepada nabi dan orang sholih. Maka sudah selayaknya kita memberikan penghargaan yang besar kepada kalimat Insya Alloh. Khususnya saat kita mengucapkannya, sebagai penguat janji kepada orang lain. Wallohu a’lam.

Eko Junianto, SE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar