Halaman

Kamis, 14 April 2016

Terhina di Dunia, Mulia di Langit

Dia seorang pemuda bermata biru, rambutnya merah, bahunya lebar, kulitnya kemerah-merahan. Dagunya senantiasa menempel di dada karena selalu melihat ke tempat sujud. Hidup sezaman dengan Rosululloh saw tetapi mereka tidak pernah bertatap muka karena Uwais tinggal di Yaman. Kerap membaca al-Qur'an dan selalu menangis ketika membacanya. Pakaiannya hanya dua helai dan sudah kusut. Satu untuk penutup badan, dan satunya lagi digunakan sebagai selendang.

Siapalah dia di mata manusia. Tidak banyak yang mengenalinya, apatah lagi mencari tahu akan hidupnya. Banyak suara yang menertawakan dan mempermainkannya. Ada yang menuduhnya sebagai pencuri. Manusia mengumpat dan mencelanya karena kemiskinannya. Uwais telah lama yatim, tiada sanak saudara, kecuali hanya ibunya yang telah tua dan lumpuh.

Sehari-hari Uwais bekerja sebagai penggembala kambing. Upah yang diterimanya hanya cukup untuk keperluan harian bersama ibunya. Jika ada uang lebih, Uwais gunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin sepertinya.

Uwais al-Qorni memeluk Islam ketika seruan Nabi Muhammad saw tiba ke negeri Yaman. Kesibukannya sebagai penggembala dan merawat ibunya yang lumpuh dan buta, tidak mengurangkan ibadahnya walau sedikit. Dia tetap berpuasa di siang hari dan bermunajat di malam harinya.

Banyak tetangganya yang telah memeluk Islam pergi ke Madinah untuk mendengarkan ajaran Nabi Muhammad saw secara langsung. Alangkah sedihnya hati Uwais apabila melihat setiap tetangganya yang baru pulang dari Madinah. Mereka itu telah bertamu dan bertemu dengan kekasih Alloh swt, penghulu para Nabi, sedang dia sendiri belum berkesempatan. Kecintaannya kepada Rosululloh saw menumbuhkan kerinduan yang kuat untuk bertemu dengan sang Nabi. Namun apalah daya, dia tidak punya bekal yang cukup untuk ke Madinah. Apatah lagi ibunya sakit dan perlu dirawat.

Hari berganti hari, dan kerinduannya untuk bertemu sang Nabi tidak terbendung lagi. Pada suatu hari, Uwais meluapkan juga isi hatinya kepada ibunya dan memohon izin untuk menziarahi Nabi Muhammad saw di Madinah. Si ibu dengan rasa haru meridhoi kepergian Uwais dan berpesan agar segera pulang. Dengan rasa gembira, ia pun bersiap-siap untuk berangkat. Dia tidak lupa menyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkan serta berpesan kepada tetangganya agar memonitor ibunya selama ia pergi.

Maka berangkatlah Uwais menuju Madinah yang berjarak lebih kurang 400 km dari Yaman. Medan yang begitu panas diarunginya. Dia tidak peduli dengan penyamun gurun pasir, bukit yang curam maupun padang pasir yang luas yang bisa menyesatkan. Semua dilaluinya demi bertemu dan dapat memandang sepuas-puasnya wajah baginda Nabi saw yang selama ini dirinduinya.

Namun setibanya Uwais al-Qorni di depan pintu rumah Nabi, 'Aisyah ra memberitahukan bahwa Nabi sedang pergi ke medan perang. Dalam hatinya bergolak perasaan ingin menunggu kepulangan Nabi saw. Namun masih terngiang di telinganya pesan sang ibu untuk segera pulang ke Yaman. Atas ketaatan kepada ibunya, dia akhirnya pulang dengan hati yang pilu setelah menitipkan salamnya untuk baginda Nabi saw.

Sepulangnya dari medan perang, Nabi saw langsung menanyakan adakah orang yang mencarinya selama beliau pergi ke Madinah? Beliau menjelaskan bahwa Uwais adalah anak yang taat kepada ibunya. Walau tidak dikenali di dunia, namun namanya sangat terkenal di kalangan penghuni langit. Mendengar pernyataan baginda Nabi saw, 'Aisyah dan para sahabat terpaku merenung. Menurut 'Aisyah ra memang benar ada yang mencari Nabi saw dan pemuda itu telah pulang ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit.

Rosululloh saw bersabda, "Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia (Uwais al-Qorni), perhatikanlah! Ia mempunyai tanda putih di tengah-tengah telapak tangannya."

Sesudah itu Rosululloh saw memandang ke arah sayyidina 'Ali dan sayyidina 'Umar dan bersabda, "Suatu ketika jika kalian bertemu dengannya, mintalah doa dan istighfarnya. Dia adalah penghuni langit dan bukan penghuni bumi."

Setelah Nabi saw wafat, suatu hari kholifah 'Umar dan sayyidina 'Ali memohon agar Uwais berkenan mendoakan mereka sebagaimana pesan Nabi saw. Uwais enggan dan dia berkata kepada kholifah, "Sayalah yang seharusnya minta doa kepada kalian." Mendengar perkataan Uwais, kholifah berkata, "Kami datang ke sini untuk mohon doa dan istighfar padamu."

Karena desakan, Uwais al-Qorni akhirnya mengangkat kedua tangannya, berdoa, dan membacakan istighfar. Setelah itu, kholifah 'Umar berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Maal kepada Uwais, Uwais menolak dengan halus dan berkata, "Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lain lagi."

Setelah kejadian itu, nama Uwais kembali tenggelam dan tidak terdengar beritanya. Beberapa waktu kemudian, tersiar kabar bahwa Uwais al-Qorni telah berpulang ke rohmatulloh. Anehnya, pada saat ia akan dimandikan, tiba-tiba sudah ramai orang yang berebut untuk memandikannya. Dan ketika ia dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana sudah banyak orang yang menunggu untuk mengkafani. Demikian juga ketika orang pergi hendak menggali kubur, di sana ternyata sudah banyak orang yang menggali kubur hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pemakaman, luar biasanya sudah banyak orang yang berebut untuk mengangkat kerandanya.

Kepergian Uwais telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang mengherankan. Saking banyaknya yang tidak dikenal datang untuk mengurus jenazah dan pengebumiannya. Padahal Uwais adalah orang yang fakir dan tidak dihiraukan orang semasa hayatnya. Masyarakat Yaman saling bertanya-tanya, "Siapakah engkau sebenarnya, wahai Uwais al-Qorni? Bukankah Uwais yang kami kenal itu hanya seorang fakir yang tidak memiliki apa-apa? Kerjanya hanya sebagai penggembala?

Namun ketika hari wafatmu, engkau telah menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenali. Mereka datang dengan jumlah yang sedemikian banyak." Mereka adalah malaikat yang diturunkan ke bumi hanya untuk merawat jenazah dan pengebumiannya. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahui siapa sebenarnya Uwais al-Qorni.
"Dia adalah Uwais al-Qorni, tidak dikenal di kalangan penduduk bumi tetapi namanya sangat tersohor di langit sana."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar