Halaman

Selasa, 22 Maret 2016

Perilaku Racun dan Perilaku Madu

Ada sebuah kisah yang menarik tentang bagaimana seseorang bisa "tumbuh" secara emosional lewat perantara orang lain. Tersebutlah seorang Manajer yang memiliki staf luar biasa menjengkelkan. Perilaku stafnya ini hampir selalu menebar aura negatif ke semua orang. Akibatnya, Sang Manajer didesak untuk segera memecatnya. Sang Manajer pun bimbang, tidak tahu harus melakukan apa untuk mengubah perilaku stafnya.

Suatu saat, Manajer ini mendapatkan "pencerahan" di dalam program ekstensi yang diikutinya selama akhir pekan. Salah satu pengajar di program tersebut memperkenalkan dua jenis perilaku karyawan di dalam perusahaan: "perilaku racun" dan "perilaku madu", ini sebagai istilah saja.

"Perilaku racun" adalah perbuatan-perbuatan yang menyebabkan orang lain merasa: tidak dihargai, marah, frustasi, dan kehilangan motivasi.

Sedangkan "perilaku madu" memiliki efek sebaliknya: menjadikan orang-orang di sekitar merasa dicintai, dihargai, dan diapresiasi.

Orang-orang dengan perilaku semacam ini menjadi magnet yang dapat menarik orang lain untuk mendekat. Di akhir sesi, Sang Pengajar membagikan kuisioner untuk diisi. Melalui kuisioner ini, setiap peserta bisa mengevaluasi kelebihan dan kekurangannya, proporsi "racun" dan "madu" di dalam perilakunya.

Sekembalinya ke kantor, Sang Manajer memanggil stafnya yang bermasalah tadi ke ruangannya. Setelah staf itu duduk, Sang Manajer pun berkata, "Aku baru saja mengikuti pelatihan manajemen, dan pengajarnya memberikan kuisioner ini. Kukira isinya menarik. Silakan kamu baca."

Selanjutnya, Sang Manajer hanya diam memperhatikan stafnya membaca kuisioner tersebut kata demi kata. Saat matanya sudah sampai di bagian paling bawah, staf itu mengangkat muka dan perlahan berkata, "Ini aku, kan? Di bagian 'perilaku racun' ini adalah hal-hal yang selama ini aku lakukan. Aku tidak pernah menyadari efeknya seburuk ini."

"Barangkali itu bisa menjadi bahan renunganmu," demikian komentar Sang Manajer singkat.

Dan, apa yang terjadi selanjutnya? Perilaku staf tadi langsung berubah drastis! Sang Manajer sendiri sampai dibuat takjub. "Aku belum pernah melihat orang berubah secepat ini selama hidupku," demikian komentarnya terheran-heran. Dari seorang yang sangat menjengkelkan, staf tadi langsung berubah menjadi ringan tangan dan murah senyum.

Dari pengalaman tersebut, Sang Manajer berkesimpulan bahwa, hal kecil yang jarang disadari oleh manusia adalah karena seiring tidak sadar dengan dampak yang dilakukannya. Kurangnya kesadaran Sang Manajer membuat stafnya bertahan dengan sikap "racun" selama bertahun-tahun, sementara stafnya juga tidak sadar dampak yang diakibatkan oleh sikapnya terhadap teman-teman sekantornya. Orang-orang semacam ini membutuhkan bantuan agar bisa memahami dirinya dari kacamata orang lain di sekitarnya. Ini pun berlaku untuk kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar