Halaman

Minggu, 03 April 2016

Bersama Sesama

"Dia yang mengira dapat selamat dari tajamnya lisan sesama," ujar Imam Asy Syafi'i suatu kali, "Barangkali telah rehat akalnya. Bagaimana bisa? Sedang Alloh yang Maha Sempurna tetap ada yang lancang berkata, 'Dialah yang ketiga daripada tiga.' Bagaimana bisa? Sedang Al Amin sang Mushthofa, manusia paling sempurna, ada saja yang tega mengatainya, 'Si Tukang Sihir Gila'.

"Maka ridho manusia," demikian tegas beliau pada suatu kala, "Adalah tujuan yang mustahil tergapai. Cukuplah kita bersemangat dalam apa-apa yang menjadi keridhoanNya, lalu istiqomah padanya."

Suatu saat Imam Ahmad ditanya, "Mengapa pribadi sebaik, semulia, dan sedermawan Asy Syafi'i, masih ada saja yang dengki padanya?"

"Hanya orang yang tiada dianugerahi nikmat sama sekali", sahut beliau sambil tersenyum, "Yang takkan pernah jadi sasaran dengki. Bagaimana Imam kita tak didengki, padahal pada dirinya berhimpun keluhuran nasab, kefasihan lisan, ketinggian ilmu, pesona penampilan, cinta dari manusia, dan penghormatan manusia?"

Benarlah Rosululloh saw, betapa lebih baik hidup bersama sesama sembari bersabar atas tiap gangguannya daripada tinggal di puncak gunung tanpa bergaul dengan siapapun.

Maafkan, lapangkan dada. Karena manfaat pertama dari maaf bukanlah untuk yang dimaafkan, melainkan damainya hati sang pemaaf. Dendam adalah menenggak racun ke mulut sendiri, lalu berharap orang lain yang mati.

Tapi janganlah kita keliru tangkap ketika ada yang menghadiahkan kata-kata tak mengenakkan. Sering kali kita mengiranya sebagai kedengkian sesama, padahal justru ia adalah cinta, kepedulian, dan ketulusan yang berhimpun dalam nasehat yang berjuta rasa.

Nasehat itu permata. Baik diselipkan ke saku, digenggamkan ke tangan, ataupun ditimpukkan ke muka, ia tetaplah permata. Ambil permatanya. Sebab ia jauh lebih mudah daripada mencarinya sendiri ke kedalaman bumi.

Kalau kita merasa sakit tiap kali diberi nasehat, mungkin justru hati kita yang perlu dirawat inap.

Ah iya. Sebenarnya semua nikmat akan mengundang rasa dengki, kecuali nikmat menjadi pribadi rendah hati. Dan sebenarnya semua bencana akan mengundang rasa iba, kecuali bencana menjadi orang sombong lagi menepuk dada.

Salim A. Fillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar