Jika ditanya, siapakah generasi terbaik dari umat Islam? Maka jawabnya pasti, yakni generasinya Rosululloh dan para shahabat. Lalu, bagaimana sebenarnya potret generasi shahabat?
Ternyata mereka juga bukan entitas yang tanpa masalah. Beberapa sifat jahiliyah masih ada, hingga kadang ada saling cela sebagaimana yang terjadi antara Kholid bin Walid dengan Abu Dzar Al Ghifari. Juga antara Abu Dzar Al Ghifari kepada Bilal bin Robah.
Kadang ada masalah hutang piutang yang tidak selesai, ada yang melakukan tindakan indisipliner kepada Rosululloh, bahkan ada pula yang berbuat dosa besar hingga harus dirajam. Pada masa khulafaur rosyidin, bahkan meletus perang di kalangan shahabat, yakni perang Jamal dan perang Shiffin.
Ternyata, generasi terbaik di atas bumi sekalipun bukannya bebas dari beragam masalah. Jadi, jika kita memimpikan berada di sebuah kelompok yang serba baik dan serba sempurna, tidak ada cacat dan cela didalamnya berarti kita tengah bermimpi di siang bolong. Karena kondisi seperti itu hanya ada di surga, bukan di bumi.
Menentukan Sikap
Dihadapkan pada masalah besar, sikap orang beragam. Ada yang terlibat dalam pusaran konflik, ada yang berdiam dan menahan diri, ada pula yang mengupayakan solusi. Ada yang mencoba ber-istinbath, ada yang menjadi kritikus. Ada yang setia, adapula yang pindah gerbong. Dan seterusnya.
Kita perlu meluruskan persepsi tentang masalah dengan cara pandang yang lebih positif. Karena masalah itu yang akan menentukan siapa kita di masa depan. Semakin kuat atau terpuruk, semakin faqih atau menjadi generasi pencela. Karena masalah terbesar seringkali bukan pada substansi masalah, tapi tentang bagaimana cara kita memandang dan mensikapi sebuah masalah.
Terhadap tindakan indisipliner di medan Uhud, Rosululloh menjadikannya sebagai momentum untuk meningkatkan kepatuhan para shahabat, bukan malah menghukumnya. Terhadap wanita yang dirajam, Rosululloh menjadikannya sebagai momentum untuk menghargai taubat, bukan malah mencela dan melaknatnya. Terhadap seorang badui yang kencing di masjid, Rosululloh menjadikannya sebagai momentum untuk mendakwahi, bukan malah memarahinya. Dan seterusnya.
Jama’ah Kebaikan
Bergabung dengan barisan orang sholih adalah anugerah dari Alloh. Bersama mereka, kita mudah melakukan berbagai amal kebajikan. Kita mampu melakukan amal-amal terbaik yang mustahil dikerjakan sendirian. Karena itu, selama kita masih mudah beramal kebajikan, jangan lepaskan hati dari ikatan jama’ah.
Dengan segala masalah didalamnya, generasi shahabat masihlah yang terbaik. Amal sholih masih bisa dilaksanakan secara baik, kejahatan dan maksiat minim, korban jiwa sedikit. Silakan dibandingkan dengan generasi-generasi sesudahnya atau generasi kita saat ini.
Dengan segala masalah didalamnya, PKS masih lebih baik dibandingkan partai lain. Korupsinya paling sedikit, konflik internalnya paling terkendali, paling depan saat ada bencana dan musibah, pola kaderisasinya paling rapi. Silakan dibandingkan dengan kondisi di partai lain. Cukuplah data dan kesaksian dari orang yang adil sebagai hujjah atas keshohihan klaim tersebut.
Khotimah
Dalam rentang orde lama, bangsa Indonesia telah diuji dengan banyak hak yang mengancam eksistensinya. Mulai dari agresi dari luar hingga pemberontakan dari dalam. Alhasil, Indonesia masih eksis dan terus mencoba membangun kejayaan di masa mendatang. Meski saat ini kondisinya terpuruk dan tercabik, bisa jadi di tangan kita kelak kejayaan bisa terwujud.
Dalam rentang usia selama 18 tahun, sudah banyak ujian yang menimpa PKS. Mulai dari mufaroqoh sebagian qiyadah dan kadernya hingga konspirasi pembubaran PKS. Alhasil, PKS masih eksis dan terus mencoba membangun kejayaannya di masa depan. Mungkin, di era kita kelak, kejayaan ini akan terwujud. Semoga.
Eko Junianto, SE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar