Halaman

Jumat, 06 Mei 2016

Pisahkan Anak Didik Kita

Ada pembahasan menarik dalam buku ParentChild Relations: A Guide to Raising Children yang ditulis oleh Hisham Attalib, Abdulhamid Abusulayman, dan Omar Attalib. Dalam buku yang diterbitkan oleh The International Institute of Islamic Thought (2013) ini, Hisham Attalib (atau menurut transliterasi Indonesia menjadi Hisyam Ath-Thalib) dan kawan-kawan memaparkan tentang pentingnya memisahkan anak laki-laki dan anak perempuan di kelas. Ini sangat bermanfaat untuk pendidikan maupun proses belajar mereka.

Memisahkan anak laki-laki dan perempuan di kelas bukan saja bermanfaat secara akademik. Lebih dari itu, pemisahan berdasarkan jenis kelamin ini sangat sesuai dengan semangat syariat Islam. Tetapi sejak kapan anak-anak sebaiknya dipisah? Hisyam Ath-Thalib dan kawan-kawan merekomendasikan agar pemisahan itu dimulai semenjak kelas 4 SD. Mereka bisa tetap berada dalam satu sekolah yang sama, tetapi ruang kelasnya berbeda. Pada waktu-waktu tertentu, dapat saja ada kegiatan bersama yang melibatkan anak laki-laki maupun perempuan, tetapi secara prinsip mereka dipisahkan ruang kelasnya.

Jika tidak memungkinkan untuk memisahkan ruang kelasnya, misalnya karena keterbatasan ruang maupun tenaga pendidik, mulai kelas 4 hingga kelas 6 SD, anak-anak dapat dipisahkan tempat duduknya dengan memberi pembatas yang sesuai sehingga tidak menghambat proses belajar mengajar. Anak-anak dapat dipisahkan, misalnya bagian kiri ruangan kelas untuk anak laki-laki, sedangkan bagian kanan untuk anak perempuan.

Pada anak-anak kelas 7 hingga 12 (1 SLTP hingga 3 SLTA), pemisahan bukan saja ruang kelasnya. Lebih dari itu, mereka perlu belajar di sekolah yang terpisah. Ini merupakan periode yang sangat krusial ketika anak-anak mulai mengalami pubertas. Anak mulai menyukai lawan jenis, sehingga menyatukan mereka dalam satu sekolah, meskipun ruang kelasnya berbeda, bisa berdampak sangat serius. Selain itu, pemisahan sekolah bermanfaat menjaga orientasi belajar anak sehingga mereka dapat meraih prestasi yang lebih optimal.

Jika ini dilakukan dengan ketat, disertai penanaman sikap yang jelas, orientasi yang syar’i terhadap lawan jenis, serta pengajaran ilmu yang matang berkait adab maupun aturan hubungan laki-laki dan perempuan, mereka kelak dapat kembali belajar dalam satu ruang kelas tatkala di perguruan tinggi. Di usia itu, mereka sudah cukup matang dan bertanggung-jawab. International Islamic University (IIU) di Malaysia telah menerapkan ini, baik di tingkat perguruan tinggi maupun sekolah yang berada di bawah pengelolaan IIU dari tingkat SD hingga SLTA.

Salah satu hikmah pemisahan laki-laki dan perempuan adalah terjaganya orientasi belajar mereka. Siswa cenderung mencurahkan perhatian lebih besar terhadap belajar dan peningkatan prestasi, termasuk prestasi non akademik. Perhatian mereka tidak teralihkan oleh keinginan untuk memperoleh kesan dari lawan jenis.

Manfaat Pemisahan Jenis Kelamin
Di berbagai lembaga pendidikan Islam, pemisahan berdasarkan jenis kelamin bukanlah hal baru. Terlebih di lembaga-lembaga pendidikan klasik, pemisahan merupakan keharusan. Baru belakangan inilah muncul ide untuk menyatukan laki-laki dan perempuan dalam satu ruangan kelas, mengikuti berbagai lembaga pendidikan umum yang dianggap modern, meskipun sebenarnya tidak secara pasti dapat dikatakan lebih baik. Adapun pemisahan jenis kelamin di sekolah-sekolah publik yang bersifat umum, pemisahan laki-laki dan perempuan merupakan fenomena yang mulai dikaji belakangan ini.

Greene County, Georgia, Amerika Serikat merupakan kawasan yang dipersiapkan menjadi daerah pertama yang menerapkan pemisahan jenis kelamin. Jadi anak laki-laki belajar di ruangan kelas yang benar-benar terpisah dengan anak perempuan. Keputusan ini diambil setelah bertahun-tahun daerah tersebut menghadapi masalah buruknya hasil ujian, melonjaknya tingkat putus sekolah (drop out) serta tingginya angka kehamilan di luar nikah pada remaja-remaja yang sedang menempuh pendidikan di sekolah menengah. Keputusan ini bukan tanpa halangan. Banyak guru maupun orangtua yang menentang keras rencana pemisahan jenis kelamin ini karena tidak dikonsultasikan terlebih dulu dengan mereka. Rencana ini akhirnya dibatalkan akibat protes keras mereka.

Menurut McCollough, Pengawas Sekolah di Greene County, pemisahan laki-laki dan perempuan memungkinkan guru untuk menyesuaikan pelajaran dengan lebih leluasa. Sebagaimana ditulis dalam buku ParentChild Relations: A Guide to Raising Children, pemisahan itu juga bermanfaat menjadikan anak laki-laki tidak mengembangkan perilaku yang tidak patut karena mereka tidak ada kebutuhan untuk menarik perhatian lawan jenis, dan anak perempuan cenderung lebih tenang di kelas.

Mengapa guru perlu menyesuaikan pelajaran? Chandler and Glod menunjukkan bahwa anak laki-laki dan perempuan belajar secara berbeda. Bukan berarti potensi mereka berbeda. Tetapi masing-masing cenderung akan lebih berhasil apabila pemberian pelajaran disesuaikan sesuai kecenderungan mereka.

Secara ringkas, pemisahan laki-laki dan perempuan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan akademik, mengoptimalkan belajar mereka serta mengelola perilaku mereka.

Pelajaran Berharga dari Grammar School
Jika Greene County, Georgia gagal menerapkan pemisahan laki-laki dan perempuan, berbeda halnya dengan Grammar School yang banyak terdapat di Inggris. Di berbagai Grammar School, laki-laki dan perempuan dipisahkan dengan jarak yang cukup jauh. Mereka belajar di sekolah yang terpisah. Jarak antara sekolah yang khusus laki-laki dan yang khusus perempuan berkisar 2,5 mil atau sekitar 4 kilometer. Begitu keterangan yang saya peroleh pada saat saya berkunjung ke London sekitar satu setengah tahun yang silam.

Di antara sekian banyak Grammar School, yang paling menonjol adalah Eaton College. Didirikan oleh Henry VI pada tahun 1440, sekolah ini menyelenggarakan pendidikan menengah (setara muallimin atau SLTP-SLTA). Eaton College khusus laki-laki, sedangkan khusus perempuan belajar terpisah di sekolah yang terpisah. Dari sekian banyak orang yang pernah menjadi perdana menteri Inggris, 18 di antaranya alumni Eaton College. Dan ini hanyalah sebagian di antara keunggulan alumni Eaton.

Apa yang menarik dari Grammar School? Sekolah-sekolah jenis ini menghasilkan para pemimpin yang tangguh di dunia politik, bisnis, sosial maupun akademik. Mereka berkembang menjadi sosok yang matang dalam kepemimpinan, kecakapan sosial maupun pengelolaan diri. Mereka juga sangat unggul secara akademik. Di antara faktor yang sangat berperan adalah pemisahan jenis kelamin. Pengkhususan sekolah hanya untuk laki-laki atau hanya untuk perempuan memungkinkan mereka belajar lebih optimal dan mengembangkan kecakapan belajar sesuai kecenderungan alamiahnya. Mereka tidak disibukkan oleh dorongan terhadap lawan jenis. Kecenderungan lawan jenis itu bukan mati, tetapi diarahkan untuk hal-hal yang lebih produktif, termasuk di antara berbagai ragam keterampilan.

Anak-anak juga dididik untuk mandiri, termasuk berkaitan dengan melayani diri sendiri. Tampaknya sepele. Tetapi kegiatan yang padat, tuntutan akademik yang tinggi dan pada saat yang sama harus memastikan kerapian pakaiannya sendiri menjadikan mereka berkembang dengan keterampilan mengelola diri yang baik. Wallohu a’lam.

Mohammad Fauzil Adhim

Tidak ada komentar:

Posting Komentar