Injil Barnabas adalah satu-satunya Injil yang masih bisa ditemukan yang ditulis oleh seorang murid Yesus, yaitu seorang yang menghabiskan waktunya mendampingi Yesus selama tiga tahun dimana dalam kurun inilah Yesus menerima wahyunya. Oleh sebab itu, ia mengalami dan mengetahui secara langsung ajaran Yesus, tidak seperti semua pengarang empat Injil yang diakui (menulis Injil dari sumber yang tidak langsung). Tidak diketahui kapan ia menulis tentang Yesus dan ajarannya. Mungkin peristiwa-peristiwa dan ajaran-ajaran tersebut ditulis pada saat terjadinya. Atau ia menulisnya segera setelah Yesus “meninggalkan” dunia, karena khawatir kalau beberapa ajaran-nya mungkin bisa berubah atau hilang. Adalah mungkin bahwa dia tidak menulis apa-apa sampai ia kebali dari Cyprus dengan Johanes Markus. Kedua orang ini kadang-kadang melakukan perjalanan bersama setelah Yesus “meninggalkan” dunia. Sete-lah mereka berdua berpisah dengan Paul (Paulus) dari Tarsus yang menolak untuk melakukan perjalanan lebih jauh bersama Barnabas, dimana pada saat itu Markus juga hadir. Tetapi tidak penting kapan Injil ini ditulis, dan sekali pun Injil ini (seperti empat Injil yang diakui) juga telah mengalami penerjemahan dan penyaringan melalui berbagai bahasa, tetapi paling tidak Injil Barnabas ini merupakan catatan langsung tentang kehidupan Yesus.
Injil Barnabas
diterima sebagai sebuah Injil Induk (Canonical Gospel) di gereja-gereja
Alexandria sampai tahun 325 M. Injil ini diketahui telah beredar pada abad I
dan II dari tulisan-tulisan Ireneus
(130-200 M), yang menulis untuk mendukung (ajaran) tentang keesaan Tuhan. Dia
(Ireneus) menentang Paul (Paulus) yang ia tuduh bertanggung jawab terhadap
pembauran agama kafir Romawi dan filsafat Plato ke dalam ajaran asli Yesus. Dia
secara luas mengutip dari Injil Barnabas untuk mendukung
pandangan-pandangannya.
Pada tahun 325
M, Konsili Nicea yang terkenal tersebut diselenggarakan. Doktrin Trinitas dinyatakan
sebagai doktrin resmi Gereja Paulus (gereja yang menganut ajaran Paulus), dan
salah satu akibat dari keputusan ini adalah lebih dari 300 Injil yang ada saat
itu, empat dipilih dari ratusan Injil yang ada sebagai Injil resmi gereja.
Injil lainnya (termasuk Injil Barnabas) diperintahkan untuk dihancurkan
semuanya. Juga diputuskan bahwa semua Injil yang ditulis dalam bahasa Hebrew
(Ibrani) harus dimusnahkan. Sebuah undang-undang dikeluarkan yang menyatakan
bahwa siapa saja yang terbukti memiliki Injil yang tidak diakui (gereja) akan
dijatuhi hukuman mati. Hal ini merupakan usaha pertama kali yang diorganisir
dengan baik untuk melenyapkan semua catatan tentang ajaran asli Yesus yang
bertentangan dengan doktrin Trinitas. Ternyata Injil Barnabas lolos dari
sergapan undang-undang itu, dan bukti-bukti keberadaannya tetap bertahan sampai
saat ini.
Damasus (304-384 M) yang menjadi Paus pada 366
M, tercatat pernah mengeluarkan keputusan bahwa Injil Barnabas tidak boleh
dibaca. Keputusan ini didukung oleh Gelasus,
uskup Kaisaria yang meninggal pada tahun 395 M. Injil Barnabas termasuk dalam
daftar kitab-kitab Apocrypha (Apokripa)
yang berarti “yang disembunyikan dari
orang banyak”. Oleh karena itu, pada tahap ini, Injil tersebut tidak lagi
tampak bagi setiap orang, tetapi masih dijadikan rujukan oleh pemimpin-pemimpin
gereja. Dan telah terbukti bahwa Paus Damasus menyimpan salinan Injil Barnabas
pada 383 M di perpustakaan pribadinya.
Terdapat
beberapa keputusan lain yang membuktikan adanya Injil Barnabas. Injil ini
dilarang oleh keputusan gereja-gereja Barat pada tahun 382 M dan pada tahun 465
M oleh Paus Innocent. Dalam
keputusan Glasian pada 496 M,
Evangelium Barnabe (Injil Barnabas) termasuk dalam daftar buku-buku yang
dilarang. Keputusan ini ditegaskan kembali oleh Hormidas, yang menjadi Paus
sejak 514 sampai 523 M. semua keputusan-keputusan ini termaktub dalam katalog
(daftar) manuskrip-manuskrip Yunani di perpustakaan Chacelor Seguier (1558-1672) yang dipersiapkan oleh B. de Monfaucon (1655-1741).
Barnabas juga
termuat dalam Stichometry Nicephorus
sebagai berikut:
Serial ab. 3,
Injil Barnabas……… baris 1.300 dan sekali lagi terdapat pada daftar-daftar “enampuluh kitab” apokripa sebagai
berikut:
Serial No. 17.
Perjalanan dan Ajaran Para Rasul.
Serial No. 18.
Injil Barnabas.
Serial No. 24.
Injil menurut Barnabas.
Daftar
(buku-buku) yang sangat terkenal ini juga dikenal dengan sebutan Index, dan orang-orang Kristen
(dipastikan) tidak pernah membaca buku-buku tersebut karena adanya ancaman
hukuman mati.
Cotelerius, yang mencatat manuskrip-manuskrip pada
perpustakaan raja Perancis mencatat Injil Barnabas pada Index kitab-kitab suci
(the Index of Scriptures) yang ia persiapkan pada 1789. Injil Barnabas juga
tercatat pada manuskrip ke-206 pada koleksi Baroccian pada perpustakaan Bodleian
di Oxford. Juga terdapat suatu fragmen dalam bentuk ukiran dinding versi Yunani
tentang Injil Barnabas yang ditemukan pada museum di Athena yang menunjukkan
sisa salinan Injil Barnabas yang telah dibakar.
Pada tahun ke-4
pemerintahan kaisar Zeno, yakni pada
tahun 478 M, kuburan Barnabas ditemukan. Naskah lengkap Injil tulisan tangannya
sendiri ditemukan dalam apitan tangan di dadanya. Peristiwa ini dicatat dalam Acta Sanctorium, Boland Junii, Tome II,
halaman 422-450 yang diterbitkan di Antwerp
pada 698. Hal ini diklaim oleh gereja Katholik Roma bahwa Injil yang ditemukan
di kuburan Barnabas tersebut Injil Matius, tetapi tidak ada langkah-langkah
yang diambil untuk memperlihatkan salinan Injil tersebut. Isi dari perpustakaan
yang luasnya 25 mil di Vatican tetap
dalam kegelapan.
Terjemahan Injil
Barnabas berasal dari manuskrip yang berada di tangan Paus Sextus (1589-1590). Paus Sextus memiliki seorang sahabat
bernama Fra Marino yang sangat
tertarik dengan Injil Barnabas, setelah membaca tulisan-tulisan Ireneus yang
banyak mengutip Injil Barnabas. Dengan menyem-bunyikan pada lengan jubahnya, ia
keluar dan membawa manuskrip Injil Barnabas. Manuskrip ini kemudian
berpindah-pindah tangan sampai ke tangan “orang
yang memiliki nama dan kekuasaan besar” di Amsterdam, “yang selama hidupnya terkenal sangat menghargai nilai manuskrip
tersebut.” Setelah kematiannya, manuskrip itu menjadi milik J.E. Cramer, seorang penasehat raja Prusia. Pada tahun 1713, Cramer
menghadiahkan manuskrip ini kepada penghimpun kitab yang terkenal, Pangeran Eugene dari Savoy. Pada tahun 1738, bersama-sama
(seluruh isi) perpustakaan pangeran tersebut, manuskrip itu dipindahkan ke Hofbibliothek (Perpustakaan Induk) di
Wina sampai sekarang.
Tolland, seorang pakar sejarah gereja kuno
mendapatkan izin untuk meneliti manuskrip tersebut, dan menjelaskannya dalam
karyanya “Miscellaneous Worka”
(Karangan-karangan Bunga Rampai) yang diterbitkan pada tahun 1747. Dia berkata
tentang Injil tersebut: “Dalam Injil ini
terdapat gaya dari seorang pewaris”, dan melanjutkan:
Kisah Yesus diceritakan amat berbeda dengan yang dicerita-kan oleh keempat Injil yang diakui, bahkan yang jauh lebih utuh… terutama Injil ini… karena dekatnya dibanding dengan (Injil-injil) yang telah kita miliki. Sebagian orang akan mengakui kelebihannya, sebab karena segala sesuatu itu diketahui sepenuhnya setelah tidak lama semuanya terjadi, maka segala sesuatu diceritakan apa adanya.
Penerbitan
terhadap manuskrip yang dilakukan Tolland tersebut membuat tidak mengalami
nasib seperti Injil (Barna-bas) yang terjadi di Spanyol. Manuskrip ini
diberikan kepada perpustakaan universitas di Inggris hampir sama waktunya
dengan manuskrip (Barnabas) Italia yang diberikan kepada Hofbibliothek di Wina.
Tetapi manuskrip berbahasa Spanyol yang berada di Inggris itu hilang secara
misterius.
Manuskrip Italia
tersebut menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Canon dan Nyonya Ragga,
dan diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 1907. Hampir semua
edisi terjemahan Inggris dari manuskrip tersebut secara sangat singkat dan
misterius lenyap dari pasaran. Hanya dua kopi dari terjemahan ini yang
diketahui masih ada. Satu di museum Inggris dan lainnya berada di perpustakaan Congress di Washington. Sebuah salinan yang berupa micro film yang berada di
perpustakaan Congress diedarkan, dan sebuah edisi baru dari terjemahan
Inggrisnya di cetak di Pakistan. Salinan dari edisi ini dipakai untuk
penerbitan ulang Injil Barnabas yang telah mengalami revisi.
Pada saat ini
secara umum diakui bahwa ketiga Injil yang paling dulu diakui (Markus, Matius,
dan Lukas) di salin dari sebuah Injil yang tidak diketahui (namanya) yang lebih
tua (dari ketiga Injil di atas). Injil “misterius”
biasa dirujuk oleh peneliti dengan diberi sebutan sumber “Q”. Hal ini menimbulkan perta-nyaan, mungkinkah Injil Barnabas itu
yang disebut Injil “Misterius” (yang
selanjutnya terbukti benar)? Harus diingat bahwa Johanes Markus (Markus) yang
Injilnya merupakan yang tertua dari keempat Injil yang resmi, adalah anak
saudara perempuan Barnabas. Sedangkan Markus tidak pernah bertemu Yesus. Oleh
sebab itu, apa yang ia ketahui tentang kehidupan dan ajaran Yesus dalam
Injilnya pasti diketahui oleh orang lain. Dari Perjanjian Baru diketahui bahwa
ia menyertai Paulus dan Barnabas pada berbagai perjalanan da’wah sampai pada
titik dimana terjadi pertentangan yang tajam antara Barnabas dan Paulus yang
mengakibatkan Barnabas dan Markus pergi ke Cyprus bersama-sama (tanpa Paulus).
Tampaknya Markus tidak bersandar kepada Paulus sebagai sumber informasi. Sebab
Paulus sendiri tidak pernah bertemu Yesus. Kesimpulan yang paling masuk akal
tampanya adalah bahwa Markus pasti telah mengulang (menyalin) apa yang
diceritakan pamannya, Barna-bas, tentang Yesus. Sebagian orang berkata bahwa
Markus bertindak sebagai penafsir Petrus dan menuliskan apa yang ia pelajari
dari Petrus. Mungkin hal ini benar, karena Markus pasti pernah berhubungan
dengan murid-murid Yesus lainnya ketika ia tidak bepergian dengan Barnabas atau
Paulus. Tetapi, untung saja segera terlihat bagi kita dari penelitiannya bahwa
segala sesuatu yang ia pelajari dari Petrus bukan sesuatu yang meliputi banyak
hal:
Dia (Markus) menjadi penafsir Peter (Petrus) dan
menulisnya dengan cermat, sekalipun tidak secara teratur, apa yang tidak
dikatakan atau dilakukan oleh Yesus. Sebab ia tidak pernah mendengar (secara
langsung) atau mengikuti Yesus, tetapi setelah itu, seperti yang telah
menyesuaikan ajaran-ajarannya karena (mengingat) kebutuhan-kebutuhan para
pendengarnya, tetapi Peter tak bermaksud memberikan suatu catatan yang terkait
dengan sabda-sabda Yesus.
Lukas (Luke)
yang juga menulis kitab “Kisah Para Rasul”, tidak pernah bertemu Yesus. Dia
adalah dokter pribadi Paulus. Matthew (Matius) yang juga tidak pernah berjumpa
dengan Yesus, adalah seorang penarik pajak.
Telah lama
diperdebatkan bahwa Injil Markus bisa jadi adalah Injil “Q”, dan bahwa Matius
dan Lukas telah mengguna-kan Injilnya ketika menulis Injil-injil mereka. Akan
tetapi mereka berdua (Matius dan Lukas) mencatat detail-detail yang tidak
tercatat dalam Injil Markus, yang berarti bahwa Injil Markus bukan satu-satunya
sumber mereka. Sebagian orang berkata bahwa hal ini tidak penting sejak
diketahui bahwa Injil Markus (pertama kali) ditulis dalam bahasa Yunani dan
diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Latin. Semua Injil Markus versi bahasa
Ibrani dan versi bahasa Yunani yang awal telah musnah, dan orang hanya bisa
menerka-nerka berapa banyak Injil tersebut dirubah dan diganti selama masa-masa
peralihan dari satu bahasa ke bahasa lainnya.
Menarik untuk
dicatat, sebagai informasi bahwa terdapat upaya-upaya untuk mengembalikan
kepada sumbernya dengan cara melakukan Syntesisasi (penggabungan) Injil-injil
tersebut. Sebab pertentangan yang terdapat pada Injil-injil tersebut ter-bukti
menyebabkan rasa risi bagi Gereja Resmi. Titian
berupaya menggabungkan keempat Injil yang diakui oleh gereja Pauline sebagai
kitab-kitab suci mereka pada abad II M. Dalam Injil (gabungan) ini, Titian menggunakan 96% dari Injil
Yohanes (John), 75% dari Injil Matius, 66% dari Injil Lukas, dan 50% Injil
Markus. Sisa (dari isi keempat Injil tersebut) dia tolak. Adalah penting (untuk
diperhatikan) bahwa ia tidak terlalu memper-cayai Injil yang tertua (Markus)
dan justru lebih bersandar kepada Injil yang paling akhir ditulis (Injil
Yohanes). Injil gabungan karyanya tersebut tidak berhasil.
Oleh sebab itu,
bisa diperdebatkan apakah Injil Barnabas bisa dipandang sebagai sumber utama
dari ketiga Injil Synoptic (Matius,
Lukas, dan Markus) tersebut, mengingat semua peristiwa-peristiwa yang ditulis
dalam ketiga Injil itu termuat (juga) dalam Injil Barnabas.
Apakah ketiga
penulis Injil ini ―dengan latar belakang mereka yang berbeda-beda― menerima
pengetahuan mereka dari sumber yang sama atau tidak, yang jelas Yesus pernah
bersabda tentang Barnabas sebagai berikut:
Jika ia datang kepadamu, maka terimalah dia.
(Surat kepada
jemaat Kolose 4: 10)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar