Selasa, 22 April 2025

Kesaksian Injil Barnabas

Injil Barnabas adalah satu-satunya Injil yang masih bisa ditemukan yang ditulis oleh seorang murid Yesus, yaitu seorang yang menghabiskan waktunya mendampingi Yesus selama tiga tahun dimana dalam kurun inilah Yesus menerima wahyunya. Oleh sebab itu, ia mengalami dan mengetahui secara langsung ajaran Yesus, tidak seperti semua pengarang empat Injil yang diakui (menulis Injil dari sumber yang tidak langsung). Tidak diketahui kapan ia menulis tentang Yesus dan ajarannya. Mungkin peristiwa-peristiwa dan ajaran-ajaran tersebut ditulis pada saat terjadinya. Atau ia menulisnya segera setelah Yesus “meninggalkan” dunia, karena khawatir kalau beberapa ajaran-nya mungkin bisa berubah atau hilang. Adalah mungkin bahwa dia tidak menulis apa-apa sampai ia kebali dari Cyprus dengan Johanes Markus. Kedua orang ini kadang-kadang melakukan perjalanan bersama setelah Yesus “meninggalkan” dunia. Sete-lah mereka berdua berpisah dengan Paul (Paulus) dari Tarsus yang menolak untuk melakukan perjalanan lebih jauh bersama Barnabas, dimana pada saat itu Markus juga hadir. Tetapi tidak penting kapan Injil ini ditulis, dan sekali pun Injil ini (seperti empat Injil yang diakui) juga telah mengalami penerjemahan dan penyaringan melalui berbagai bahasa, tetapi paling tidak Injil Barnabas ini merupakan catatan langsung tentang kehidupan Yesus.

 

Injil Barnabas diterima sebagai sebuah Injil Induk (Canonical Gospel) di gereja-gereja Alexandria sampai tahun 325 M. Injil ini diketahui telah beredar pada abad I dan II dari tulisan-tulisan Ireneus (130-200 M), yang menulis untuk mendukung (ajaran) tentang keesaan Tuhan. Dia (Ireneus) menentang Paul (Paulus) yang ia tuduh bertanggung jawab terhadap pembauran agama kafir Romawi dan filsafat Plato ke dalam ajaran asli Yesus. Dia secara luas mengutip dari Injil Barnabas untuk mendukung pandangan-pandangannya.

 

Pada tahun 325 M, Konsili Nicea yang terkenal tersebut diselenggarakan. Doktrin Trinitas dinyatakan sebagai doktrin resmi Gereja Paulus (gereja yang menganut ajaran Paulus), dan salah satu akibat dari keputusan ini adalah lebih dari 300 Injil yang ada saat itu, empat dipilih dari ratusan Injil yang ada sebagai Injil resmi gereja. Injil lainnya (termasuk Injil Barnabas) diperintahkan untuk dihancurkan semuanya. Juga diputuskan bahwa semua Injil yang ditulis dalam bahasa Hebrew (Ibrani) harus dimusnahkan. Sebuah undang-undang dikeluarkan yang menyatakan bahwa siapa saja yang terbukti memiliki Injil yang tidak diakui (gereja) akan dijatuhi hukuman mati. Hal ini merupakan usaha pertama kali yang diorganisir dengan baik untuk melenyapkan semua catatan tentang ajaran asli Yesus yang bertentangan dengan doktrin Trinitas. Ternyata Injil Barnabas lolos dari sergapan undang-undang itu, dan bukti-bukti keberadaannya tetap bertahan sampai saat ini.

 

Damasus (304-384 M) yang menjadi Paus pada 366 M, tercatat pernah mengeluarkan keputusan bahwa Injil Barnabas tidak boleh dibaca. Keputusan ini didukung oleh Gelasus, uskup Kaisaria yang meninggal pada tahun 395 M. Injil Barnabas termasuk dalam daftar kitab-kitab Apocrypha (Apokripa) yang berarti “yang disembunyikan dari orang banyak”. Oleh karena itu, pada tahap ini, Injil tersebut tidak lagi tampak bagi setiap orang, tetapi masih dijadikan rujukan oleh pemimpin-pemimpin gereja. Dan telah terbukti bahwa Paus Damasus menyimpan salinan Injil Barnabas pada 383 M di perpustakaan pribadinya.

 

Terdapat beberapa keputusan lain yang membuktikan adanya Injil Barnabas. Injil ini dilarang oleh keputusan gereja-gereja Barat pada tahun 382 M dan pada tahun 465 M oleh Paus Innocent. Dalam keputusan Glasian pada 496 M, Evangelium Barnabe (Injil Barnabas) termasuk dalam daftar buku-buku yang dilarang. Keputusan ini ditegaskan kembali oleh Hormidas, yang menjadi Paus sejak 514 sampai 523 M. semua keputusan-keputusan ini termaktub dalam katalog (daftar) manuskrip-manuskrip Yunani di perpustakaan Chacelor Seguier (1558-1672) yang dipersiapkan oleh B. de Monfaucon (1655-1741).

 

Barnabas juga termuat dalam Stichometry Nicephorus sebagai berikut:

Serial ab. 3, Injil Barnabas……… baris 1.300 dan sekali lagi terdapat pada daftar-daftar “enampuluh kitab” apokripa sebagai berikut:

Serial No. 17. Perjalanan dan Ajaran Para Rasul.

Serial No. 18. Injil Barnabas.

Serial No. 24. Injil menurut Barnabas.

 

Daftar (buku-buku) yang sangat terkenal ini juga dikenal dengan sebutan Index, dan orang-orang Kristen (dipastikan) tidak pernah membaca buku-buku tersebut karena adanya ancaman hukuman mati.

 

Cotelerius, yang mencatat manuskrip-manuskrip pada perpustakaan raja Perancis mencatat Injil Barnabas pada Index kitab-kitab suci (the Index of Scriptures) yang ia persiapkan pada 1789. Injil Barnabas juga tercatat pada manuskrip ke-206 pada koleksi Baroccian pada perpustakaan Bodleian di Oxford. Juga terdapat suatu fragmen dalam bentuk ukiran dinding versi Yunani tentang Injil Barnabas yang ditemukan pada museum di Athena yang menunjukkan sisa salinan Injil Barnabas yang telah dibakar.

 

Pada tahun ke-4 pemerintahan kaisar Zeno, yakni pada tahun 478 M, kuburan Barnabas ditemukan. Naskah lengkap Injil tulisan tangannya sendiri ditemukan dalam apitan tangan di dadanya. Peristiwa ini dicatat dalam Acta Sanctorium, Boland Junii, Tome II, halaman 422-450 yang diterbitkan di Antwerp pada 698. Hal ini diklaim oleh gereja Katholik Roma bahwa Injil yang ditemukan di kuburan Barnabas tersebut Injil Matius, tetapi tidak ada langkah-langkah yang diambil untuk memperlihatkan salinan Injil tersebut. Isi dari perpustakaan yang luasnya 25 mil di Vatican tetap dalam kegelapan.

 

Terjemahan Injil Barnabas berasal dari manuskrip yang berada di tangan Paus Sextus (1589-1590). Paus Sextus memiliki seorang sahabat bernama Fra Marino yang sangat tertarik dengan Injil Barnabas, setelah membaca tulisan-tulisan Ireneus yang banyak mengutip Injil Barnabas. Dengan menyem-bunyikan pada lengan jubahnya, ia keluar dan membawa manuskrip Injil Barnabas. Manuskrip ini kemudian berpindah-pindah tangan sampai ke tangan “orang yang memiliki nama dan kekuasaan besar” di Amsterdam, “yang selama hidupnya terkenal sangat menghargai nilai manuskrip tersebut.” Setelah kematiannya, manuskrip itu menjadi milik J.E. Cramer, seorang penasehat raja Prusia. Pada tahun 1713, Cramer menghadiahkan manuskrip ini kepada penghimpun kitab yang terkenal, Pangeran Eugene dari Savoy. Pada tahun 1738, bersama-sama (seluruh isi) perpustakaan pangeran tersebut, manuskrip itu dipindahkan ke Hofbibliothek (Perpustakaan Induk) di Wina sampai sekarang.

 

Tolland, seorang pakar sejarah gereja kuno mendapatkan izin untuk meneliti manuskrip tersebut, dan menjelaskannya dalam karyanya “Miscellaneous Worka” (Karangan-karangan Bunga Rampai) yang diterbitkan pada tahun 1747. Dia berkata tentang Injil tersebut: “Dalam Injil ini terdapat gaya dari seorang pewaris”, dan melanjutkan:

Kisah Yesus diceritakan amat berbeda dengan yang dicerita-kan oleh keempat Injil yang diakui, bahkan yang jauh lebih utuh… terutama Injil ini… karena dekatnya dibanding dengan (Injil-injil) yang telah kita miliki. Sebagian orang akan mengakui kelebihannya, sebab karena segala sesuatu itu diketahui sepenuhnya setelah tidak lama semuanya terjadi, maka segala sesuatu diceritakan apa adanya.

 

Penerbitan terhadap manuskrip yang dilakukan Tolland tersebut membuat tidak mengalami nasib seperti Injil (Barna-bas) yang terjadi di Spanyol. Manuskrip ini diberikan kepada perpustakaan universitas di Inggris hampir sama waktunya dengan manuskrip (Barnabas) Italia yang diberikan kepada Hofbibliothek di Wina. Tetapi manuskrip berbahasa Spanyol yang berada di Inggris itu hilang secara misterius.

 

Manuskrip Italia tersebut menerjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Canon dan Nyonya Ragga, dan diterbitkan oleh Oxford University Press pada tahun 1907. Hampir semua edisi terjemahan Inggris dari manuskrip tersebut secara sangat singkat dan misterius lenyap dari pasaran. Hanya dua kopi dari terjemahan ini yang diketahui masih ada. Satu di museum Inggris dan lainnya berada di perpustakaan Congress di Washington. Sebuah salinan yang berupa micro film yang berada di perpustakaan Congress diedarkan, dan sebuah edisi baru dari terjemahan Inggrisnya di cetak di Pakistan. Salinan dari edisi ini dipakai untuk penerbitan ulang Injil Barnabas yang telah mengalami revisi.

 

Pada saat ini secara umum diakui bahwa ketiga Injil yang paling dulu diakui (Markus, Matius, dan Lukas) di salin dari sebuah Injil yang tidak diketahui (namanya) yang lebih tua (dari ketiga Injil di atas). Injil “misterius” biasa dirujuk oleh peneliti dengan diberi sebutan sumber “Q”. Hal ini menimbulkan perta-nyaan, mungkinkah Injil Barnabas itu yang disebut Injil “Misterius” (yang selanjutnya terbukti benar)? Harus diingat bahwa Johanes Markus (Markus) yang Injilnya merupakan yang tertua dari keempat Injil yang resmi, adalah anak saudara perempuan Barnabas. Sedangkan Markus tidak pernah bertemu Yesus. Oleh sebab itu, apa yang ia ketahui tentang kehidupan dan ajaran Yesus dalam Injilnya pasti diketahui oleh orang lain. Dari Perjanjian Baru diketahui bahwa ia menyertai Paulus dan Barnabas pada berbagai perjalanan da’wah sampai pada titik dimana terjadi pertentangan yang tajam antara Barnabas dan Paulus yang mengakibatkan Barnabas dan Markus pergi ke Cyprus bersama-sama (tanpa Paulus). Tampaknya Markus tidak bersandar kepada Paulus sebagai sumber informasi. Sebab Paulus sendiri tidak pernah bertemu Yesus. Kesimpulan yang paling masuk akal tampanya adalah bahwa Markus pasti telah mengulang (menyalin) apa yang diceritakan pamannya, Barna-bas, tentang Yesus. Sebagian orang berkata bahwa Markus bertindak sebagai penafsir Petrus dan menuliskan apa yang ia pelajari dari Petrus. Mungkin hal ini benar, karena Markus pasti pernah berhubungan dengan murid-murid Yesus lainnya ketika ia tidak bepergian dengan Barnabas atau Paulus. Tetapi, untung saja segera terlihat bagi kita dari penelitiannya bahwa segala sesuatu yang ia pelajari dari Petrus bukan sesuatu yang meliputi banyak hal:

Dia (Markus) menjadi penafsir Peter (Petrus) dan menulisnya dengan cermat, sekalipun tidak secara teratur, apa yang tidak dikatakan atau dilakukan oleh Yesus. Sebab ia tidak pernah mendengar (secara langsung) atau mengikuti Yesus, tetapi setelah itu, seperti yang telah menyesuaikan ajaran-ajarannya karena (mengingat) kebutuhan-kebutuhan para pendengarnya, tetapi Peter tak bermaksud memberikan suatu catatan yang terkait dengan sabda-sabda Yesus.

 

Lukas (Luke) yang juga menulis kitab “Kisah Para Rasul”, tidak pernah bertemu Yesus. Dia adalah dokter pribadi Paulus. Matthew (Matius) yang juga tidak pernah berjumpa dengan Yesus, adalah seorang penarik pajak.

 

Telah lama diperdebatkan bahwa Injil Markus bisa jadi adalah Injil “Q”, dan bahwa Matius dan Lukas telah mengguna-kan Injilnya ketika menulis Injil-injil mereka. Akan tetapi mereka berdua (Matius dan Lukas) mencatat detail-detail yang tidak tercatat dalam Injil Markus, yang berarti bahwa Injil Markus bukan satu-satunya sumber mereka. Sebagian orang berkata bahwa hal ini tidak penting sejak diketahui bahwa Injil Markus (pertama kali) ditulis dalam bahasa Yunani dan diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Latin. Semua Injil Markus versi bahasa Ibrani dan versi bahasa Yunani yang awal telah musnah, dan orang hanya bisa menerka-nerka berapa banyak Injil tersebut dirubah dan diganti selama masa-masa peralihan dari satu bahasa ke bahasa lainnya.

 

Menarik untuk dicatat, sebagai informasi bahwa terdapat upaya-upaya untuk mengembalikan kepada sumbernya dengan cara melakukan Syntesisasi (penggabungan) Injil-injil tersebut. Sebab pertentangan yang terdapat pada Injil-injil tersebut ter-bukti menyebabkan rasa risi bagi Gereja Resmi. Titian berupaya menggabungkan keempat Injil yang diakui oleh gereja Pauline sebagai kitab-kitab suci mereka pada abad II M. Dalam Injil (gabungan) ini, Titian menggunakan 96% dari Injil Yohanes (John), 75% dari Injil Matius, 66% dari Injil Lukas, dan 50% Injil Markus. Sisa (dari isi keempat Injil tersebut) dia tolak. Adalah penting (untuk diperhatikan) bahwa ia tidak terlalu memper-cayai Injil yang tertua (Markus) dan justru lebih bersandar kepada Injil yang paling akhir ditulis (Injil Yohanes). Injil gabungan karyanya tersebut tidak berhasil.

 

Oleh sebab itu, bisa diperdebatkan apakah Injil Barnabas bisa dipandang sebagai sumber utama dari ketiga Injil Synoptic (Matius, Lukas, dan Markus) tersebut, mengingat semua peristiwa-peristiwa yang ditulis dalam ketiga Injil itu termuat (juga) dalam Injil Barnabas.

 

Apakah ketiga penulis Injil ini ―dengan latar belakang mereka yang berbeda-beda― menerima pengetahuan mereka dari sumber yang sama atau tidak, yang jelas Yesus pernah bersabda tentang Barnabas sebagai berikut:

Jika ia datang kepadamu, maka terimalah dia.

(Surat kepada jemaat Kolose 4: 10)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar