Dunia literasi adalah dunia yang penuh warna dan punya banyak rasa. Mulai dari yang bertipe serius dan dewasa hingga yang bertipe mbeling dan urakan. Latar belakang, pengalaman, kepribadian, dan pendidikan seseorang sangat mempengaruhi karya yang dihasilkannya. Apapun itu, semua sah untuk disebut sebagai karya literasi.
Di atas kertas, kita boleh menulis apa saja, terserah kita. Namun saat dihadapkan pada ruang publik, kita harus memahami beberapa poin penting dalam dunia literasi. Diantaranya:
Pertama, Daya Resonansi
Sebuah karya kadang memiliki daya resonansi yang tinggi di ruang publik. Isinya banyak dibicarakan dan dikaji, lepas dari isinya benar atau salah. Bisa lahir karya lain yang senada, bisa pula muncul bantahannya. Bisa disebabkan karena pandai mengambil momentum, bisa karena nama besar yang disandangnya atau sebab lainnya.
Bantah membantah ide dan pemikiran sudah biasa terjadi, baik secara ilmiah maupun urakan. Sekali kita melempar ide dan gagasan di ruang publik, hal inilah yang akan kita hadapi. Mulai dari pertarungan gagasan dari Al Ghozali dengan Ibnu Rusyid di masa klasik hingga pertentangan teori relativitas dengan mekanika quantum di era modern.
Karena itu, sesuatu yang kita lempar harus memiliki sandaran ilmiah, bahkan untuk tipe karya sastra sekalipun. Jangan pula membuat propaganda berlebihan dan memonopoli kebenaran secara membabi buta, karena sesungguhnya di atas langit masih ada langit. Banyak diantara mereka yang baru akan muncul, sekedar untuk meluruskan hal yang keliru dan sama sekali bukan bermaksud untuk mencari panggung.
Sebagaimana Alloh mengenalkan Khidhir kepada Musa, karena Nabi Musa berkata bahwa dirinya sebagai orang yang paling berilmu. Andai Nabi Musa tidak salah menjawab, mungkin seumur-umur beliau juga tidak akan dikenalkan dengan sosok misterius dari negeri antah berantah yang kapasitas ilmunya jauh berada di atas batas kolong langitnya.
Kedua, Like and Share
Fenomena populer dunia literasi zaman sekarang adalah like and share, khususnya yang dilempar di media sosial. Like and share bisa karena gagasannya bagus, bisa karena publisitasnya massif, bisa karena ingin memantik diskusi, bisa karena ingin membuat framing tertentu. Dan banyak lagi motif lainnya.
Like and share melalui facebook atau laman resmi masih bisa terdeteksi. Namun yang beredar melalui whatsapp cukup sulit terkontrol. Larut malam baru menulis sebuah status di kota kecil, tiba-tiba pagi hari muncul laporan bahwa tulisannya sudah beredar jauh hingga ke Medan, Bekasi, Samarinda dll.
Agar orisinalitas dari gagasan tetap terjaga, maka “sanad” menjadi penting. Mencantumkan nama maupun membuat media resmi (akun) sangat urgen, baik untuk mengkonfirmasi maupun mengkonfrontasi sebuah karya.
Bisa jadi beberapa penulis memiliki pandangan berbeda. Dia tidak suka menulis namanya saat membuat karya, karena sikapnya yang tawadhu dan agar pembaca lebih berkonsentrasi pada gagasan ketimbang kepada orang. Karena zaman sekarang, kebanyakan manusia hanya siap menerima gagasan dari tokoh dan kaumnya sendiri.
Misalnya, jangan sebut nama Sayyid Quthb atau Yusuf Al Qordhowi dihadapan kaum salafi. Atau jangan sebut nama Syaikh bin Baaz atau Syaikh Nashirudin Al Albani dihadapan kaum nahdliyin. Karena ada daya tolak yang sangat besar, sehingga beberapa hal baik menjadi sulit diterima.
Karena itu, kita harus memahami situasi sosial dengan baik. Akhirnya, membuat karya literasi bukan sekedar memenuhi sejumlah persyaratan standar, tapi juga harus memperhatikan efek dan dampak potensial yang akan ditimbulkannya.
Khotimah
Pembuktian bagi seorang artis adalah membuat album, pembuktian bagi seorang penulis adalah karya tulis (buku, kitab, risalah). Zaman dahulu, situasinya mudah di mana kitab ditulis murni sebagai karya ilmiah. Zaman sekarang situasinya agak pelik, dimana faktor pasar menjadi pertimbangan penting dalam mem-publish sebuah karya.
Tidak usah berkecil hati, tetaplah berkarya. Ada masanya di mana karya seseorang akan dihargai, bahkan mungkin beberapa dekade setelah mereka wafat. Entah
dimana dan kapan, selalu ada orang yang mengambil manfaat dari buah karya kita.
Cukuplah like and share menjadi hiburan batin untuk kita, para penulis pinggiran. Baik yang terdeteksi maupun yang tidak terdeteksi. Terlebih jika status kita di like and share oleh para malaikat di majelis langit, wa bil khusus oleh malaikat Roqib. Wallohu a’lam bi showab.
Eko Junianto, SE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar