Apa pun yang Anda harapkan sebelum memasukkan anak ke sebuah sekolah, perhatikan siapa gurunya. Mereka inilah yang paling mempengaruhi perkembangan anak di masa-masa berikutnya, terlebih jika yang Anda inginkan merupakan sekolah sehari penuh (full day school) atau sekolah berasrama (boarding school), baik yang memakai label pondok pesantren atau pun tidak. Semakin efektif seorang guru, semakin besar pengaruhnya terhadap siswa sehingga ia menjadi sosok yang dominan. Kata-katanya didengar, nasehatnya dipatuhi, dan larangannya dihormati. Jika ia akrab dengan siswa, keakrabannya tidak membuatnya kehilangan kehormatan. Jika ia tidak akrab dengan siswa, ketidakakrabannya bukan menjadi sebab kuatnya rasa takut dalam hati siswa. Sesungguhnya wibawa yang kuat menjadikan siswa merasa segan, sementara rasa takut menimbulkan rasa enggan untuk mendekat.
Jadi, pertanda apakah jika guru banyak berkeluh-kesah tentang betapa sulitnya menasehati siswa? Ini menunjukkan bahwa ia termasuk guru yang tidak efektif. Jika keluhan semacam itu merata pada hampir semua guru, langkah berikutnya yang perlu Anda lakukan hanya satu: memeriksa siapakah yang mendaftarkan diri sebagai siswa di sekolah tersebut? Jika anak-anak yang masuk sebagai siswa baru memang sedari awal sudah bermasalah, berarti Anda sedang berada di sekolah yang tidak efektif. Mereka lemah dalam strategi pengelolaan siswa dan tidak memiliki visi pengasuhan yang jelas. Tetapi Anda masih mempunyai harapan jika sekolah memiliki keinginan yang sangat kuat untuk mengubah siswanya. Begitu pula guru-gurunya, sangat besar perhatiannya terhadap perbaikan dan kemajuan siswanya. Jika rata-rata siswa yang masuk sekolah tersebut sebenarnya bukan anak bermasalah, berarti Anda sedang berada di sekolah yang sakit. Manajemen sekolah buruk dan guru-guru tidak memiliki kompetensi pengelolaan siswa maupun pengelolaan kelas. Keadaan semacam ini akan berpengaruh besar baik terhadap sikap siswa, perilaku maupun prestasi akademik mereka.
Tentu saja guru yang baik dan sekolah yang efektif bukan tidak pernah membicarakan masalah siswa. Justru sekolah efektif kerapkali secara sengaja meluangkan waktu khusus setiap minggunya untuk membicarakan berbagai masalah yang mereka hadapi dan boleh jadi apa yang dianggap masalah di sekolah tersebut sama sekali tidak dianggap masalah di sekolah lain. Sekolah efektif dan guru-guru hebat bersemangat membicarakan masalah siswa dalam rangka meningkatkan kualitas anak didiknya ke tingkat yang lebih tinggi. Jika pun masalah yang mereka bicarakan merupakan ketidakpatutan (perilaku bolos, melecehkan teman, dan sejenisnya), guru yang hebat akan fokus pada upaya menemukan jalan keluar. Solusi. Bukan sibuk dengan masalah itu sendiri. Apalagi sampai asyik menggunjingkan anak tersebut.
Yang terakhir ini, yakni perilaku guru yang senang membicarakan masalah siswa untuk menemukan keasyikan menggunjing siswa atau pun berkeluh-kesah, merupakan tanda bahaya sangat serius terutama di jenjang pendidikan anak usia dini. Pastikan, Anda segera memindahkan anak ke sekolah yang lebih positif bagi perkembangan anak jika guru-guru semacam itu masih tetap bertahan. Mereka tidak mau berubah, tetapi tidak bersedia untuk berhenti menjadi guru.
Di jenjang pendidikan apa pun, anak-anak kita memerlukan guru yang hebat. Mereka bukan saja mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik sehingga anak mudah memahami. Lebih penting dari itu mereka mampu mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap siswa. Mereka menginspirasikan kebaikan, nilai-nilai luhur dan karakter yang mulia. Bukan hanya menjelaskan dan memberi serangkaian instruksi.
Oleh sebab itu, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sebelum memasukkan anak ke sebuah sekolah. Pertama, integritas pribadi para pendidiknya. Mereka yang sangat kuat integritasnya akan mendahulukan nilai yang mereka pegangi, aqidah yang mereka yakini. Mereka juga sangat peka terhadap prinsip-prinsip yang harus ditegakkan dalam hidup. Mereka mampu memilih hal yang kurang menyenangkan bagi dirinya, meski ada pilihan yang lebih menggembirakan, dikarenakan pilihan yang kurang menyenangkan tersebut lebih bersesuaian dengan keyakinan yang dipeganginya. Kedua, motivasi dan kecintaannya terhadap profesi sebagai guru. Ketiga, kompetensi yang berkait dengan bidang keahlian yang diajarkan maupun kecakapan mengajarkan kepada siswa.
Ketiga aspek tersebut harus ada pada diri guru. Tetapi jika kita harus memilih, maka yang paling penting adalah aspek integritas. Inilah yang paling sulit dibentuk dan sekaligus sangat menentukan kualitas pribadi seorang guru. Tingginya jenjang pendidikan dan unggulnya kompetensi tidak akan bernilai apa-apa jika guru tidak memiliki integritas yang kuat.
Seorang guru harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Sekali rusak, kredibilitas itu sulit dipulihkan. Tetapi kredibilitas masih lebih mudah dibangun kembali daripada integritas. Begitu pula motivasi. Meskipun membangun motivasi jauh lebih sulit daripada membangun kompetensi, tetapi masih lebih mudah dibanding membangun integritas. Menyemangati guru melalui training motivasi memang mudah, tetapi membangun pribadi yang memiliki motivasi intrinsik sangat kuat memerlukan perencanaan serta kesediaan untuk bersabar dan bersungguh-sungguh.
Jadi, perhatikan integritas guru dan lembaganya lebih dulu. Baru motivasi guru selaku pengajar, lalu kompetensinya baik dalam bidang yang diajarkan maupun dalam kemampuannya mengajar. Guru yang kurang kompeten, akan mudah mencapai tingkat kemampuan yang diharapkan melalui serangkaian training, proses pendidikan melalui kursus singkat maupun kuliah atau kegiatan belajar otodidak jika mereka memiliki motivasi yang sangat kuat.
Nah, apa yang sudah Anda persiapkan untuk memastikan anak-anak memperoleh pendidikan terbaik?
Selebihnya, ada yang perlu kita perhatikan. Jika sekolah dasar berkewajiban meletakkan dasar-dasar pengetahuan agar anak mampu mengembangkan keterampilan belajar di masa-masa berikutnya serta menguasai konsep dasar yang sangat menentukan bagi upaya untuk menguasai ilmu pengetahuan yang lebih lanjut, maka jenjang pendidikan SLTP merupakan masa dimana anak-anak perlu mengembangkan diri serta memiliki orientasi belajar yang kuat. Pada masa ini, anak memerlukan figur yang kuat. Anak-anak juga memerlukan dasar-dasar berpengetahuan sehingga mereka memiliki kecintaan yang kuat terhadap belajar dan kecenderungan yang besar terhadap ilmu. Ini merupakan tugas guru-guru SD yang perlu memperoleh penguatan di SLTP, sebelum kelak akhirnya mereka mengembangkan kompetensi akademik maupun kecakapan profesional pada jenjang pendidikan SLTA.
Yang Khas Pada Remaja Awal
Satu lagi yang harus kita ingat. Pada masa remaja awal, anak memiliki dorongan kuat dalam beberapa segi. Pertama, mereka mulai menyukai lawan jenis. Ada ketertarikan secara seksual yang sekaligus menandai peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa transisi ini mereka memerlukan orientasi seks yang baik, misal melalui pendidikan yang membangun wawasan keluarga sembari pada saat yang sama mereka belajar tentang etika dan aturan mengenai pergaulan dengan lawan jenis. Jika ini tidak kita perhatikan, mereka akan menyibukkan diri dengan hasrat mereka terhadap lawan jenis.
Kedua, mereka sedang ingin menunjukkan siapa dirinya. Mereka memerlukan kepercayaan untuk bertanggung-jawab sekaligus kesempatan untuk unjuk prestasi. Jika mereka tidak mampu secara akademik, mereka perlu prestasi yang membanggakan di bidang lain. Jika dua-duanya tidak mampu, sementara tidak ada figur yang mereka hormati, maka mereka akan mencari pengakuan melalui kegiatan-kegiatan negatif seperti tawuran.
Ketiga, mereka sedang mempertanyakan nilai-nilai dasar. Pada saat yang sama, mereka sedang berada pada situasi yang sangat bersemangat untuk menjadi manusia idealis. Inilah masa ketika mereka mulai berani menunjukkan pemberontakan. Dan ini merupakan potensi besar jika ada figur kuat yang berpengaruh pada diri mereka. Di sekolah, gurulah yang harus menjadi figur berpengaruh tersebut!
Nah, siapakah guru yang akan mempengaruhi anak Anda?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar