Itsar adalah mendahulukan kepentingan saudara
kita di atas apa-apa yang kita inginkan meskipun kita sangat membutuhkannya.
Imam Syahid Hasan al-Banna dalam salah satu risalahnya menjelaskan bahwa itsar
merupakan puncak ukhuwah (persaudaraan) dan persaudaraan ini tidak boleh
melebihi itsar. Dan batas minimal dari ukhuwah adalah salamatush shodr (berlapang
dada) terhadap saudara sendiri.
Kisah Itsar Kamu Anshor Terhadap Kaum
Muhajirin
Dalam surat al-Hasyr ayat 9, Alloh menjelaskan itsar dengan sangat indah “... dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas dirinya sendiri meskipun mereka juga memerlukan. Dan siapa yang dijaga dirinya dari kekikiran maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” Ayat ini menjelaskan tentang kisah itsar kaum Anshor yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman terhadap kaum Muhajirin yang baru berhijrah ke Madinah.
Rosululloh mempersaudarakan mereka dan setiap
orang mengajukan diri sesuai kemampuannya, ada yang satu orang, dua, bahkan
tiga orang Muhajirin. Dari sekian sahabat Anshor, tersebutlah sahabat Sa’ad ibn
‘Ubaidah ra. Hal istimewa yang dilakukan oleh Sa’ad adalah dia membawa 80 orang
dari kaum Muhajirin kemudian menjual beberapa tanahnya yang berupa kebun kurma
dan membangun pondok-pondok yang dipakai untuk tempat tinggal kaum Muhajirin
itu. Putra Sa’ad pun, Qois ibn Sa’ad adalah seorang yang sangat dermawan.
Begitu dermawannya sampai-sampai Abu Bakar berkata, “Ini jika dibiarkan, maka
harta orangtuanya akan habis tak tersisa.” Kalimat itu didengar oleh Sa’ad, ia
marah kemudian mengadu kepada Rosululloh saw. Sa’ad berkata, “Wahai siapa yang
bisa membela aku atas Abu Bakar dan ‘Umar?” Ada orang yang bertanya, “Kenapa?” Sa’ad
menjawab, “Abu Bakar dan ‘Umar mengajarkan pada anakku kekikiran dengan
meminjam namaku.”
Kisah Itsar Abu Tholhah dalam Menjamu Tamu
Imam Ahmad mengisahkan bahwa suatu saat Rosululloh saw kedatangan seorang tamu dan tamu itu menyatakan bahwa dia (tamu itu) membutuhkan tempat menginap, makan malam, dan keperluan beberapa hari karena bekalnya habis. Rosululloh saw bukanlah orang yang bisa menolak permintaan, tetapi jika kondisi beliau tidak memungkinkan untuk memenuhi permintaan orang lain maka akan menawarkan kepada para sahabat. Maka kemudian seorang sahabat bernama Abu Tholhah al-Anshori bersedia menjamu tamu tersebut. Dibawalah ke rumahnya tamu tersebut. Sampai di rumah Abu Tholhah berbicara kepada istrinya Ummu Sulaim. Namun kata Ummu Sulaim, “Kita tidak punya apa-apa. Hanya ada makanan. Itupun hanya untuk anak kita.” Namun Abu Tholhah menjawab, “Lakukan apa yang kuminta ini, pura-puralah bahwa minyak kita habis sehingga lampu tidak dinyalakan malam ini dan segera tidurkan anak-anak.”
“Kemudian hidangkan segera makanan itu untuk
tamu kita dalam satu piring dan hidangkan sebuah piring kosong untukku. Aku
akan menemani dia makan.” Kemudian makanan dihidangkan dalam ruangan gelap.
Sebuah piring kosong dihidangkan di depan Abu Tholhah dan piring yang berisi
makanan dihidangkan dihidangkan dihadapan tamu tersebut. Tamu itu makan dengan
lahap sedangkan Abu Tholhah berpura-pura seolah-olah makan dengan cara mengerik
piring kosong yang ada di hadapannya sampai kemudian tamu itu selesai makan.
Pagi harinya, Rosululloh saw menemui Abu Tholhah dengan wajah
berseri-seri kemudian berkata, “Alloh SWT takjub kepada apa yang kalian lakukan
tadi malam.”
Kisah Itsar dalam Hal Harta
Suatu saat Madinah mengalami kekeringan yang cukup panjang. Warga Madinah saat itu mengandalkan air dari sebuah sumur milik seorang Yahudi. Orang Yahudi itu menjual air per ember kepada penduduk Madinah. Sampai suatu saat ‘Utsman menemui orang Yahudi itu. ‘Umar berkata, “Maukah kau menjual sumur ini kepadaku?” Yahudi itu menjawab, “Oh tidak bisa! Sumur ini adalah mata pencaharianku. Bagaimana mungkin aku menjualnya?” “Bagaimana kalau engkau jual separuhnya?” kata ‘Utsman. “Bagaimana caranya?” “Kita bagi harinya. Aku bayar separuh harga sumur ini, lalu giliranku ambil airnya satu hari, giliranmu satu hari berikutnya.” kata ‘Utsman. “Aku setuju.” kata si Yahudi. Dan ‘Utsman membayar 12 ribu dirham kepada orang Yahudi tersebut.
Itsar dalam Memberi Kehidupan
Ini adalah kisah sahabat Ikrimah dalam perang
Yarmuk, yakni perang tentara Muslim dengan tentara Romawi. Setiap musuh yang mendekat
pasti mati di tangan Ikrimah. Sampai kemudian Ikrimah terluka sangat parah.
Dalam keadaan sakaratul maut, ada seseorang yang menawarkan air minum kepada
Ikrimah. Namun Ikrimah menolak karena mendengar suara prajurit lain yang
terluka dan sama-sama memerlukan air. Ikrimah mendahulukan air untuk orang itu.
Saat si pembawa air mau menuangkan air pada mulut prajurit yang terluka,
prajurit itu menolak karena mendengar prajurit lain yang sama-sama terluka
merintih meminta air. Ia pun meminta si pembawa air untuk memberikan pada orang
prajurit ketiga. Namun sesampainya si pembawa air di prajurit ketiga, ternyata
prajurit itu sudah syahid. Saat ini berlari kembali ke prajurit kedua, dia pun
sudah syahid, begitu pun saat ia berlari kembali kepada Ikrimah, ternyata
Ikrimah pun sudah syahid. Semua yang melihat peristiwa itu menitikkan air mata.
Mereka berkata, “Subhanalloh, mereka pasti menjadi tetangga yang mesra di surga
karena itsar.”
Sumber: http://www.4shared.com/mp3/Dwrh7p_4/Kedasyatan_Itsar_Para_Sahabat.html
Sumber: http://www.4shared.com/mp3/Dwrh7p_4/Kedasyatan_Itsar_Para_Sahabat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar