Jumat, 29 Januari 2016

Lelaki Bervisi Surga

Masih ingat kisah lelaki bervisi surga yang saya ceritakan di buku "Menjadi Pasangan Paling Berbahagia" ?

Saya ceritakan ulang ya... Ini kisah tentang Anwar dan istrinya, Tati. Keduanya nama samaran..

Anwar mendapatkan cobaan berat dalam hidupnya. Tati menderita depresi semenjak hamil anak pertama, karena ada permasalahan dengan orang tua, hingga berlanjut kepada penyakit jiwa yang lebih kompleks. Orang menyebutnya sebagai ‘gila’.

Jika ada pemicu tertentu pada Tati, langsung tampak gejala kegilaannya. Ia bicara sendiri, tertawa sendiri, berperilaku aneh dan tidak terkendali.

Sudah berapa dokter jiwa dikunjungi Anwar untuk menyembuhkan sang isteri, sudah berapa rumah sakit jiwa didatangi untuk menuntaskan kelainan sang isteri, namun belum ada hasil yang memuaskan.

Menurut dokter, Tati menderita penyakit skizofrenia. Dalam kamus medis dinyatakan skizofrenia adalah gangguan jiwa psikotik dengan gejala delusi, halusinasi, hilangnya perasaan afektif atau respons emosional, menarik diri dari hubungan antarpribadi normal, bicara tidak teratur, perilaku tidak teratur, katatonik atau tidak ada gerakan sama sekali, kesulitan bicara, atau kurangnya perilaku bertujuan atau kesulitan mendapatkan hal-hal untuk dilakukan.

Seseorang dikatakan menderita skizofrenia jika gejala-gejala tersebut sudah dialami sekurangnya satu bulan dan gejala menetap sekurangnya enam bulan.

Sehari-harinya Anwar adalah pejabat di instansi pemerintah. Orangnya supel, ramah, cukup tampan, dan memiliki posisi sosial yang dihormati masyarakat sekitar, karena memang ia seorang pejabat.

Setiap hari ia bekerja di kantor pemerintah, dan jika di rumah ia berlaku sebagai pengasuh bagi isteri dan tiga anak-anaknya.

Kondisi Tati tidak memungkinkan untuk bisa mengelola anak-anak. Semua urusan anak dan kerumahtanggaan dilakukan oleh Anwar dengan penuh tanggung jawab sebagai suami dan bapak.

Hal yang kadang membuat Anwar sedih adalah apabila ada kegiatan di instansi tempatnya bekerja untuk menghadiri acara family gathering yang melibatkan keluarga.

Ia hadir bersama tiga anaknya, karena tidak bisa membawa sang isteri, sementara teman-teman dan anak buah di kantor hadir beserta isteri dan anak-anak.

Kondisi ini akhirnya dimaklumi semua teman kerjanya. Mereka bahkan berempati terhadap kondisi keluarga Anwar.

Suatu saat ada seorang teman yang bergurau, “Sudahlah pak Anwar, nikah lagi saja, daripada punya isteri tapi tidak berfungsi”.

Ada pula teman iseng menyarankan, “Ayo cari cewek pak Anwar. Untuk hiburan saja.... Menghilangkan kepenatan mengurus kantor dan keluarga. Bersenang-senanglah, jangan serius terus..... Banyak kok cewek yang mau diajak senang-senang....”

Ada lagi yang bahkan menyarankan dengan serius, “Ceraikan saja Tati, pak Anwar, dan kirim ia ke rumah sakit jiwa.....”

Tahukah anda, apa jawaban Anwar atas semua saran seperti ini? Coba dengarkan baik-baik.....

“Saya tidak pernah berpikir menceraikan Tati. Saya juga tidak berpikir akan menikah lagi. Saya berharap, dengan cara inilah Allah akan memberikan surga bagi saya....”

Masyaallah! Anwar melihat dengan jelas, pintu surga itu ada di depan matanya.

Ia tidak perlu mencari surga di tempat yang jauh. Ia tidak perlu mencari surga dengan berbagai amal yang hebat dan spektakuler. Ia meyakini, Tati itulah pintu surga baginya.

“Kalau saya menikah lagi, atau saya ceraikan Tati, siapa yang akan mengurus dia nanti. Bagaimanapun kondisinya sekarang ini, saya pernah menikmati kebahagiaan bersamanya, terutama saat dulu ia masih normal. Saya tidak mau menyakiti hatinya...” lanjut Anwar.

Saya menangis pertama kali mendengar kisah keluarga Anwar. Saya tidak membayangkan ada lelaki di zaman gadget ini yang berhati semulia Anwar.

Dengan posisi di instansi tempatnya mengabdi, sangat mudah bagi dia untuk selingkuh, jajan, bersenang-senang dengan banyak perempuan, atau menikah lagi. Ada banyak “alasan” yang bisa dipahami masyarakat, terutama terkait kondisi Tati.

Masih adakah lelaki di dunia ini yang berjiwa besar seperti Anwar? Saya yakin masih sangat banyak.

Cobalah sekali lagi memahami jawaban Anwar atas berbagai saran yang ditujukan kepada dirinya:

“Saya tidak pernah berpikir menceraikan Tati. Saya juga tidak berpikir akan menikah lagi. Saya berharap, dengan cara inilah Allah akan memberikan surga bagi saya....”

Ia hanya berharap surga. Dan menurut saya, ia pantas mendapatkannya....

Semoga.

Kontributor: Cahyadi Takariawan

Rabu, 27 Januari 2016

Tokoh-tokoh Ulama Ahlussunnah Asal Iran

Di ujung malam aku termangu. Negeri itu namanya Iran. Alloh Ta’ala pernah limpahkan karunia yang amat sangat besar sehingga bermunculan para ulama ahlussunnah yang ilmunya kita petik hingga hari ini. Tidaklah kita belajar menjadi seorang Muslim yang sungguh-sungguh memahami sunnah, kecuali dengan mengambil sebagian ilmu dari orang-orang Iran yang telah berlalu.

Banyak ulama besar ahlussunnah yang pengaruhnya kokoh hingga hari ini, lahir dan besar di Iran. Dari Naisabur yang terletak di Provinsi Rozavi Khurosan misalnya, kita mengenal Imam Muslim. Di kota itu pula gurunya, yakni Imam Bukhori, pernah mengajar. Hari ini jika kita menyebut Shohihain (Dua yang Shohih), maka yang dimaksud adalah kitab masterpiece hadits yang disusun oleh Imam Bukhori dan masterpiece hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim.

Kita juga mengenal dari kota ini sosok Imam Al-Hakim. Di sini juga muncul sosok berpengaruh dalam hadits, lelaki mulia dari Tirmidz, Jeihan (juga wilayah Iran) yang berguru kepada Imam Muslim maupun Imam Bukhori. Dia adalah Muhammad bin ‘Isa bin Sauroh bin Musa as-Sulami at-Tirmidzi atau lebih kita kenal dengan sebutan Imam At-Tirmidzi. Seorang ulama ahli hadits.

Dari Thus, kita mengenal sosok Imam Al-Ghozali yang penuh warna. Tulisannya sangat banyak dengan cakupan tema yang sangat luas. Salah satu kitabnya yang penuh manfaat ialah Jawahirul Qur’an.

Beberapa nama tersebut hanyalah sedikit dari sangat banyak tokoh ulama ahlussunnah yang sangat berpengaruh dari Iran. Selama berabad-abad lamanya, Iran banyak melahirkan para pembela sunnah yang sangat disegani. Tidak sedikit yang mewariskan pengaruhnya kepada muslimin ahlussunnah hingga masa kini.

Akan tetapi masa bertukar, zaman berganti. Tatkala ‘ashobiyah menggerogoti, hubbud dunya menguasai meskipun mereka mampu mewujudkan kejayaan material di masanya, perselisihan merebak dan dakwah terhenti, maka secara perlahan Iran berubah. Yang dulunya merupakan mercusuar perjuangan dan keilmuan ahlussunnah, sesudahnya justru berbalik. Hari ini, saya tidak tahu, masihkah kita mudah menemukan ahlussunnah di sana...

Apakah majelis ilmu sudah tidak ada sehingga ahlussunnah seolah tak pernah hadir di sana? Bukan. Majelis ilmu masih tumbuh subur. Tapi yang terhenti adalah dakwah. Majelis ilmu banyak digelar, musabaqoh (perlombaan) diselenggarakan, tetapi semakin sepi dari mereka yang berdiri mengingatkan.

Apakah salah menyelenggarakan majelis ilmu? Tidak. Bahkan sangat diperlukan, sebab ilmu mendahului perkataan dan amalan. Maka, kita tidak dapat melakukan amal sholih yang Alloh Ta’ala ridhoi, tidak pula dapat beribadah dengan benar, kecuali dengan mengilmui. Tetapi ketika majelis ilmu tak lagi menumbuhkan iltizam kepada dienulloh, maka orang-orang yang berilmu pun tak lagi menggemari saling mengingatkan dengan berpijak pada sebaik-baik ilmu, yakni pemahaman yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shohihah. Kerusakan dan kesesatan diributkan, tetapi enggan tafaqquh tentang apa yang harus ditegakkan.

Jangan salah! Amru bil ma’ruf dan nahy munkar merupakan keharusan. Inilah jalan untuk mencapai tataran sebaik-baik ummat. Menyeru kepada yang ma'ruf dengan jalan yang ma'ruf, mencegah kemungkaran (termasuk di dalamnya adalah kesesatan dan kerusakan aqidah) serta beriman kepada Alloh Ta'ala dengan sebenar-benar iman. Tetapi nahy munkar sangat berbeda dengan sibuk meneriakkan munkar, sementara dakwah tauhid tidak ditegakkan. Wallohu a’lam bish-showab.

Inilah titik balik yang patut kita renungi. Di sisi lain, ada yang juga perlu kita renungi. Disebabkan hidupnya dakwah, maka Mesir yang awalnya sangat didominasi oleh Syi’ah, berubah menjadi ahlussunnah. Ini terjadi bakda kemenangan Sholahuddin Al-Ayyubi. Sekali lagi, hal penting yang berpengaruh adalah dakwah sunnah yang diilmui.

Nah, bagaimana dengan kita? Kadang kita merasa telah berdakwah, padahal hanya menyelenggarakan keramaian saja.

Mohammad Fauzil Adhim
(Pelayan Calon Da’i Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu)

Cara Abu Bakar ash-Shiddiq Berantas Korupsi

Menjelang akhir hayatnya, sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq rodhiyallohu ‘anhu berpesan kepada anaknya, Ummul Mukminin ‘Aisyah istri Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam. “Tolong periksa seluruh hartaku setelah aku mati. Jika ada pertambahan harta, tolong kembalikan kepada negara melalui Kholifah yang diangkat setelahku.”

Ummul Mukminin ‘Aisyah hanya menangis mendengar wasiat sang ayah. Kesedihannya belum tuntas sebab kematian sang suami yang juga merupakan teladan sepanjang zaman. Apalagi jika harus ditambah dengan kematian ayah yang sangat menyayanginya itu.

Akan tetapi, ajal tak bisa dibendung. Belum genap tiga puluh enam bulan setelah wafatnya Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq menghadap Alloh Ta’ala. Innalillahi wa inna ilaihi roji’un.

Tak lama setelah kelar urusan terkait jenazah, Ummul Mukminin ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anhuma pun melakukan perhitungan. Ditelitilah semua kekayaan ayahnya. Dengan cermat, akhirnya didapati kelebihan harta dari laki-laki berwatak lembut dan santun ini.

‘Aisyah rodhiyallohu ‘anhuma pun mendatangi Kholifah ‘Umar bin Khoththob sembari membawa seekor unta dan seorang hamba sahaya. Lepas bertanya keperluannya dan maksud bawaannya kepada Ummul Mukminin ‘Aisyah, ‘Umar bin Khoththob yang terkenal perkasa, gagah, dan tegas itu tak kuasa membendung tangis. Air matanya tumpah.

“Alloh Ta’ala merohmati Abu Bakar ash-Shiddiq,” ujar ‘Umar bin Khoththob setelah mendengar penjelasan ‘Aisyah dan menerima unta serta budak sahaya itu, “Ia telah menyusahkan orang-orang setelahnya.”

“Unta ini,” terang ‘Aisyah, “digunakan untuk menyirami kebun. Sedangkan budak ini dibeli oleh Ayah, tanpa dipekerjakan. Hanya agar dia nyaman menggendong anaknya yang masih kecil.”

Kisah ini bak mimpi bagi kita. Adakah pejabat dan pimpinan yang bersikap seperti ini menjelang wafatnya? Adakah kita menemui pejabat atau pemimpin yang mengembalikan selisih hartanya setelah memimpin dengan sebelum menjadi pemimpin? Adakah di antara para pejabat-pejabat itu yang kekayaannya tetap? Hanya mengandalkan gaji dan tidak tertarik dengan bisnis-bisnis lain yang berbau kecurangan dan syubhat?

Kepada Abu Bakar ash-Shiddiq, seharusnya kita malu. Apalagi beliau merupakan saudagar cerdas yang amat mungkin bertambah hartanya selama memimpin, sebab perniagaan dan bisnisnya senantiasa berjalan.

Andai langkah ini benar-benar dijalankan oleh mereka yang mengampu kekuasaan dan menjadi pelayan rakyat, Insya Alloh korupsi tidak akan menjadi momok bagi bangsa ini. Sayangnya, tak ada lagi sosok selayak Abu Bakar ash-Shiddiq di negeri yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini.

Wallohu a’lam.

Sumber: www.kisahikmah.com

Selasa, 26 Januari 2016

Kita Pemakan 'Lilin'?

Anda sarapan mie instan tadi pagi? Dengan alasan kepraktisan?

Mengkonsumsi mie instan sesekali waktu masih bisa ditolerir. Namun hati-hati jika sudah kebanyakan. Apalagi kalau menjadi makanan rutin harian. Sangat berbahaya.

Sudah banyak penelitian yang menemukan risiko membahayakan kesehatan jika mengkonsumsi mie instan 2 - 3 kali seminggu.

Di antara bahaya mie instan adalah:

1. Pemicu kanker

Mie instan yang beredar saat ini, ternyata cukup membahayakan. 

Telah diketahui bahwa permukaan mie instan dilapisi oleh lilin, inilah kenapa mie tidak pernah lengket satu sama lain. Lilin ini sangat membahayakan kesehatan tubuh, karena tubuh kita butuh waktu lama untuk mencerna lilin ini, yakni sekitar dua hari.

Jika zat ini terus menumpuk dalam tubuh, kemungkinan kita untuk terkena penyakit kanker sangatlah tinggi. Misalnya, kanker hati, usus, atau leukimia. 

Tidak hanya lilin dari mie instan, bumbunya pun yang mengandung banyak zat adiktif seperti MSG yang bisa menjadi pemicu kanker dalam tubuh.

2. Kerusakan jaringan otak

Mengkonsumsi mie instan terus-menerus sama dengan menumpuk zat-zat kimia berbahaya dalam tubuh dan efeknya bisa merusakkan sel-sel jaringan otak. 

Akibatnya, akan terjadi penurunan transmisi sinyal dalam otak. Selain itu, kerusakan jaringan sel otak ini juga akan memicu penyakit-penyakit lain seperti stroke atau kelumpuhan.

3. Penyebab keguguran

Ditemukan kasus sejumlah perempuan yang mengkonsumsi mie instan selama kehamilan telah mengalami keguguran. 

Kandungan bumbu dan pengawet pada mie instan dapat mempengaruhi perkembangan janin.

4. Gangguan metabolisme

Mengkonsumsi mie instan dalam jangka panjang dapat mempengaruhi metabolisme tubuh, akibat akumulasi dari zat-zat kimia beracun seperti zat pewarna, pengawet, dan adiktif dalam mie.

5. Kerusakan organ

Mie instan mengandung propylene glycol, bahan anti-beku yang mencegah mie dari pengeringan dengan mempertahankan kelembaban. 

Tubuh menyerap zat tersebut dengan mudah dan terakumulasi di jantung, hati, dan ginjal. Hal ini menyebabkan kerusakan dan kelainan organ, dan juga melemahkan sistem kekebalan tubuh. 

Mie instan juga mengandung jumlah natrium yang tinggi. Kelebihan konsumsi natrium bisa menyebabkan hipertensi, penyakit jantung, stroke, dan kerusakan ginjal. 

6. Penyebab obesitas

Mie instan adalah salah satu penyebab utama obesitas karena mengandung sejumlah besar lemak dan natrium yang menyebabkan retensi air dalam tubuh.

Hati-hati ya, terutama bagi yang hobi mie instan. Apalagi ibu atau ayah yang 'malas' memasak untuk anak-anak, dan memilih cara praktis dengan mie instan.

"Karena anak-anak bisa membuat sendiri," kata seorang ibu.

Waspadalah! Sayangi kesehatan keluarga Anda.

Cahyadi Takariawan

Minggu, 24 Januari 2016

Istighfar Si Pembuat Roti

Dikisahkan Imam Ahmad bin Hanbal rohimahulloh bepergian untuk suatu keperluan sampai kemalaman di sebuah kampung. Karena tidak ingin merepotkan siapapun, beliaupun mampir ke sebuah masjid kecil untuk sholat sekaligus berniat bermalam disana. Seusai sholat, ia hendak merebahkan tubuh tua beliau di masjid kecil tersebut guna melepaskan sedikit kepenatan malam itu, tiba-tiba sang penjaga masjid datang dan melarang beliau tidur di dalamnya.

Sang penjaga tidak mengetahui bahwa yang dihadapainya adalah seorang ulama besar. Sementara Imam Ahmad juga tidak ingin memperkenalkan diri kepadanya. Beliau langsung keluar dan berpindah ke teras masjid dengan niat beristirahat di luar masjid itu. Namun sang penjaga tetap saja mengusir beliau secara kasar dan bahkan sampai menarik beliau ke jalanan.

Tepat saat Imam Ahmad sedang kebingungan di jalan itu, melintaslah seseorang yang ternyata berprofesi sebagai pembuat dan penjual roti. Akhirnya dia menawari dan mengajak beliau untuk menginap di tempatnya, juga tanpa tahu bahwa tamunya ini adalah Imam Ahmad bin Hanbal.

Ketika sampai di rumahnya, sang lelaki baik hati itupun segera mempersiapkan tempat bermalam untuk Imam Ahmad dan mempersilakan beliau agar langsung istirahat. Sedangkan dia sendiri justru mulai bekerja dengan menyiapkan bahan-bahan pembuatan roti yang akan dijualnya esok hari.

Ternyata Imam Ahmad tidak langsung tidur, melainkan malah memperhatikan segala gerak-gerik sang pembuat roti yang menjamu beliau. Dan ada satu hal yang paling menarik perhatian beliau dari lelaki ini. Yakni ucapan dzikir dan doa istighfar yang terus meluncur dari mulutnya tanpa putus sejak awal ia mulai mengerjakan adonan rotinya.

Imam Ahmad merasa penasaran lalu bertanya, “Sejak kapan Anda selalu beristighfar tanpa henti seperti ini?”

Ia menjawab, “Sejak lama sekali. Ini sudah menjadi kebiasaan rutin saya, hampir dalam segala kondisi.”

Sang Imam melanjutkan pertanyaan beliau, “Lalu apakah Anda bisa merasakan adanya hasil dan manfaat tertentu dari kebiasaan istighfar Anda ini?”

“Ya, tentu saja,” jawab sang tukang roti dengan cepat dan penuh keyakinan.

“Apa itu, kalau boleh tahu?” tanya Imam Ahmad lagi.

Ia pun menjelaskan, “Sejak merutinkan bacaan doa istighfar ini, saya merasa tidak ada satu doa pun yang saya panjatkan, melainkan selalu Alloh kabulkan, kecuali satu doa saja yang masih belum terkabul sampai detik ini.”

Sang Imam semakin penasaran dan bertanya, “Apa gerangan doa yang satu itu?”

Si lelaki sholih ini pun melanjutkan jawabannya dan berkata, “Sudah cukup lama saya selalu berdoa memohon kepada Alloh untuk bisa dipertemukan dengan seorang ulama besar yang sangat saya cintai dan agungkan. Beliau adalah Imam Ahmad bin Hanbal!”

Mendengar jawaban dan penjelasan terakhir ini, Imam Ahmad terhenyak dan langsung bangkit serta bertakbir, “Allohu Akbar! Ketahuilah, wahai Saudaraku. Alloh telah mengabulkan doamu!”

Sang pembuat roti kaget dan penasaran, “Apa kata bapak? Doaku telah dikabulkan? Bagaimana caranya? Dimana saya bisa menemui Sang Imam panutan saya itu?”

Selanjutnya Imam Ahmad menjawab dengan tenang, “Ya, benar. Alloh telah mengabulkan doamu. Ternyata semua yang aku alami hari ini, mulai dari kemalaman di kampung ini, diusir sang penjaga masjid, bertemu dengan Anda di jalanan, sampai menginap di rumah ini, rupanya itu semua hanya merupakan cara Alloh untuk mengabulkan doa hamba-Nya yang sholih. Ya, orang yang sangat ingin kamu temui selama ini telah ada di rumahmu, dan bahkan di depanmu sekarang. Ketahuilah, wahai lelaki sholih, aku adalah Ahmad bin Hanbal.”

Masya Alloh. Alloh SWT akan mengabulkan doa hamba-Nya yang senantiasa membaca istighfar.

Alloh berfirman, “Maka aku katakan kepada mereka: Mohonlah ampun (istighfar) kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan memperbanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS.Nuh: 10-12).

Dari Ibnu Abbas ra, Rosululloh SAW bersabda, “Siapa yang selalu beristighfar (meminta ampun kepada Alloh), niscaya Alloh akan menjadikan baginya kemudahan bagi setiap kesempitan, kesenangan bagi setiap kesedihan dan memberi rezeki tanpa di duga olehnya.” (HR. Abu Dawud)

Sabtu, 23 Januari 2016

Menilai Seiring Waktu

Saya pernah bertanya kepada peserta pelatihan: "Misalnya Anda bangun terlambat menuju ke bandara. Secara kalkulasi, jelas tidak mungkin terkejar. Tapi Anda teruskan itu perjalanan ke bandara. Eh lha kok macet parah. Menurut Anda, sial atau beruntung?"

Peserta: "Sial, pak. Udah bangun telat eh kena macet."

Saya: "Lha... Ternyata pesawat Anda delay penerbangannya 4 jam. Tapi Anda bisa naik pesawatnya, alias tidak ketinggalan. Ini Anda sial atau beruntung?"

Peserta: "Wah ya beruntung, pak."

Saya: "Nah di ruang tunggu yang sama, ada orang yang mengejar kerjasama bisnis. Kalau terlambat, ia kehilangan proyek bernilai milyaran rupiah. Gara-gara delay pesawatnya, dia kehilangan proyek itu. Menurut Anda, orang itu sial atau beruntung?"

Peserta: "Sial, pak."

Saya: "Nah, tapi beberapa bulan kemudian, ternyata teman orang itu -yang memenangkan proyek karena orang itu pesawatnya delay- ternyata temannya kena tipu milyaran rupiah. Gara-gara pesawat delay 4 jam, orang itu tidak kena tipu. Orang itu sial atau beruntung?"

Peserta: "Ya beruntung, pak."

Dari percakapan di atas, nampak bahwa sebenarnya penilaian kita atas peristiwa bisa berubah seiring waktu. Ya, seiring waktu. Lalu ada kejadian lain setelahnya, maka judgement kita atas peristiwa, bisa berbalik 180 derajat.

Sebuah peristiwa yang kita katakan sial pada suatu waktu, 6 bulan, 1 tahun, 10 tahun mendatang, bisa jadi malah kita syukuri.

Mungkin saja, ada kejadian pagi ini, kemaren, 1 tahun lalu, 5 tahun lalu yang masih sulit Anda terima. "Beruntung dimananya? Jelas-jelas saya disakiti." Mungkin begitu penilaian Anda. Tapi, lihat saja seiring waktu berlalu. Karena semua hal dalam hidup tidaklah tetap. Semuanya mengalir. Semuanya berubah.

Penderitaan dimulai, saat kita kaku dalam menilai. Kita terus menerus memegang penilaian atas sebuah peristiwa yang tidak enak. Dan menutup mata, terhadap peristiwa kelanjutannya. Yang mana sebenarnya peristiwa kelanjutannya itu, menjelaskan fungsi dari peristiwa tidak enak yang sebelumnya.

Kita akan tersesat di Jakarta, kalau menelusuri kota Jakarta tahun 2015, dengan menggunakan peta Jakarta tahun 1950.

Kita perlu meng-update peta kota Jakarta yang kita miliki. Karena Jakarta terus berubah. Kita pun akan tersesat dalam hidup, saat kita tidak meng-update peta penilaian kita atas peristiwa.

Kita melihat orang, dengan peta penilaian jadul. Kita menilai peristiwa dengan peta yang kadaluarsa. Bisa jadi orang yang kita benci 5 tahun lalu, sekarang dia berubah 180 derajat jadi orang baik. Lalu mengapa masih jadi penderitaan bagi kita? Karena kita masih memegang erat peta lama dalam menilai orangnya.

Mari kita update peta kehidupan kita.

Semoga Alloh berkahi sisa usia kita, Alloh berkahi kesehatan kita, Alloh berkahi rezeki kita, dan Alloh berkahi keluarga kita. Aamiin.

Kamis, 14 Januari 2016

Hukuman Itu Bernama Maksiat

Sahabat da'wah,

Benarkah Alloh Subhanahu wa Ta'ala tidak menghukum kita ketika kita bermaksiat?

ﻗﺎﻝ أﺣﺪ ﺍﻟﻄﻼﺏ ﻟﺸﻴﺨﻪ :
ﻛﻢ ﻧﻌﺼﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﻳﻌﺎﻗﺒﻨﺎ ..

Seorang santri bertanya kepada gurunya:

Berapa kali kita bermaksiat kepada Alloh سبحانه وتعالى dan Dia tidak menghukum kita?

ﻓﺮﺩ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺸﻴﺦ :

Maka sang guru pun menjawab:

ﻛﻢ ﻳﻌﺎﻗﺒﻚ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺃﻧﺖ ﻻ ﺗﺪﺭﻱ .. ﺃﻟﻢ ﻳﺴﻠﺒﻚ ﺣﻼﻭﺓ ﻣﻨﺎﺟﺎﺗﻪ .. ﻭﻣﺎ ﺍبتلى أﺣﺪ ﺑﻤﺼﻴﺒﺔ ﺃﻋﻈﻢ ﻋﻠﻴﻪ ﻣﻦ ﻗﺴﻮﺓ ﻗﻠﺒﻪ ..

Berapa kali Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah menghukummu namun kamu tidak mengetahuinya?

Bukankah ketika dihilangkannya dari dirimu akan rasa ni'mat bermunajat kepada-Nya adalah merupakan sebuah hukuman?

Dan tidak ada musibah yang lebih besar menimpa seseorang lebih dari kerasnya hati...

إﻥ أﻋﻈﻢ ﻋﻘﺎﺏ ﻣﻤﻜﻦ أﻥ ﺗﺘﻠﻘﺎﻩ ﻫﻮ ﻗﻠﺔ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ إﻟﻰ أﻋﻤﺎﻝ ﺍﻟﺨﻴﺮ ..

Sesungguhnya hukuman yang paling besar yang mungkin kamu temui adalah sedikitnya taufik kepada perbuatan baik.

أﻟﻢ ﺗﻤﺮ ﻋﻠﻴﻚ ﺍلأﻳﺎﻡ ﺩﻭﻥ ﻗﺮﺍﺀﺓ القرآﻥ ..

Bukankah telah berlalunya hari-harimu tanpa bacaan Al-Quran? (itu adalah sebuah hukuman).

أﻟﻢ ﺗﻤﺮ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻠﻴﺎﻟﻲ ﺍﻟﻄﻮﺍﻝ ﻭﺃﻧﺖ ﻣﺤﺮﻭﻡ ﻣﻦ ﺍﻟﻘﻴﺎﻡ ..

Bukankah telah berlalu malam-malam yang panjang sedangkan engkau terhalang dari sholat malam? (itu juga adalah sebuah hukuman).

أﻟﻢ ﺗﻤﺮ ﻋﻠﻴﻚ ﻣﻮﺍﺳﻢ ﺍﻟﺨﻴﺮ .. ﺭﻣﻀﺎﻥ .. ﺳﺖ ﺷﻮﺍﻝ .. ﻋﺸﺮ ﺫﻱ ﺍﻟﺤﺠﺔ .. ﺍﻟﺦ ﻭﻟﻢ ﺗﻮﻓﻖ إﻟﻰ ﺍﺳﺘﻐﻼﻟﻬﺎ ﻛﻤﺎ ﻳﻨﺒﻐﻲ .. أﻱ ﻋﻘﺎﺏ أﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ؟

Bukankah telah berlalu musim-musim kebaikan, Romadhon, enam hari Syawwal, sepuluh hari Dzulhijjah, dan lainnya, sedangkan engkau tidak mendapatkan taufik untuk memanfaatkannya sebagaimana mestinya. Hukuman manalagi yang lebih banyak dari ini?

أﻻ ﺗﺤﺲ ﺑﺜﻘﻞ ﺍﻟﻄﺎﻋﺎﺕ ..

Tidakkah engkau merasakan beratnya ketaatan?

أﻻ ﺗﺤﺲ ﺑﻀﻌﻒ أﻣﺎﻡ ﺍﻟﻬﻮﻯ ﻭﺍﻟﺸﻬﻮﺍﺕ ..

Tidakkah engkau merasa lemah dihadapan hawa nafsu dan syahwat?

أﻟﻢ ﺗﺒﺘﻠﻰ ﺑﺤﺐ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﻭﺍﻟﺠﺎﻩ ﻭﺍﻟﺸﻬﺮة ..

Bukankah engkau sedang diuji dengan cinta harta, kedudukan, dan popularitas?

ﺃﻱ ﻋﻘﺎﺏ أﻛﺜﺮ ﻣﻦ ﺫﻟﻚ ..

Hukuman mana yang lebih banyak dari itu?

أﻟﻢ ﺗﺴﻬﻞ ﻋﻠﻴﻚ ﺍﻟﻐﻴﺒﺔ ﻭﺍﻟﻨﻤﻴﻤﺔ ﻭﺍﻟﻜﺬﺏ ..

Bukankah engkau merasa ringan untuk berghibah, namimah, dan dusta?

أﻟﻢ ﻳﺸﻐﻠﻚ ﺑﺎﻟﻔﻀﻮﻝ ﻭﺍﻟﺘﺪﺧﻞ ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻚ ..

Bukankah engkau tersibukkan untuk campur tangan pada hal yang tidak bermanfaat untukmu?

أﻟﻢ ﻳﻨﺴﻴﻚ ﺍﻵﺧﺮﺓ ﻭﻳﺠﻌﻞ ﺍﻟﺪﻧﻴﺎ أﻛﺒﺮ ﻫﻤﻚ ..

Bukankah dengan engkau melupakan akhirat menjadikan dunia sebagai tujuan utamamu?

ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺨﺬﻻﻥ ﻣﺎ ﻫﻮ إﻻ ﺻﻮﺭ ﻣﻦ ﻋﻘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ..

Tipuan ini tidak lain kecuali bentuk hukuman dari Alloh.

# ﺇﺣﺬﺭ ﻳﺎ ﺑﻨﻲ ﻓﺎﻥ أﻫﻮﻥ ﻋﻘﺎﺏ ﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﺴﻮﺳﺎ ﻓﻲ ﺍﻟﻤﺎﻝ ﺃﻭ ﺍﻟﻮﻟﺪ ﺃﻭ ﺍﻟﺼﺤﺔ ..

Hati-hatilah anakku, sesungguhnya hukuman Alloh yang paling ringan adalah yang terletak pada materi, harta, anak, kesehatan.

ﻭإﻥ أﻋﻈﻢ ﻋﻘﺎﺏ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻓﻲ ﺍﻟﻘﻠﺐ ..

Dan sesungguhnya hukuman terbesar adalah yang ada pada hati.

ﻓﺎﺳﺄﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻟﻌﺎﻓﻴﺔ ﻭﺍﺳﺘﻐﻔﺮ ﻟﺬﻧﺒﻚ ..

Maka, mintalah keselamatan kepada Alloh, dan mintalah ampunan untuk dosamu.

فإﻥ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﻳﺤﺮﻡ ﺍﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻟﻠﻄﺎﻋﺎﺕ ﺑﺴﺒﺐ ﺍﻟﺬﻧﺐ ﻳﺼﻴﺒﻪ

Karena sesungguhnya seorang hamba yang diharamkan taufik untuk melakukan ketaatan karena sebab dosa yang menimpanya.

Ternyata hukuman Alloh yang terberat itu bukanlah hanya ketika kita kehilangan materi, harta, dan jabatan, tetapi hukuman yang terberat dari Alloh itu adalah ketika Alloh Subhanahu wa Ta'ala telah menutup diri kita untuk dapat berbuat dan melakukan kebaikan-kebaikan.  

@Salaam Huda Cendekia
www.fajrifm.com

Ikhlas Itu...

Ikhlas itu…
Ketika nasehat, kritik, dan bahkan fitnah, tidak mengendorkan amalmu dan tidak membuat semangatmu punah.

Ikhlas itu…
Ketika hasil tak sebanding usaha dan harapan, tak membuatmu menyesali amal dan tenggelam dalam kesedihan.

Ikhlas itu…
Ketika amal tidak bersambut apresiasi sebanding, tak membuatmu urung bertanding.

Ikhlas itu…
Ketika niat baik disambut berbagai prasangka, kamu tetap berjalan tanpa berpaling muka.

Ikhlas itu…
Ketika sepi dan ramai, sedikit atau banyak, menang atau kalah, kau tetap pada jalan lurus dan terus melangkah.

Ikhlas itu…
Ketika kau lebih mempertanyakan apa amalmu dibanding apa posisimu, apa peranmu dibanding apa kedudukanmu, apa tugasmu dibanding apa jabatanmu.

Ikhlas itu...
Ketika ketersinggungan pribadi tak membuatmu keluar dari barisan dan merusak tatanan.

Ikhlas itu…
Ketika posisimu di atas, tak membuatmu jumawa, ketika posisimu di bawah tak membuatmu enggan bekerja.

Ikhlas itu…
Ketika khilaf mendorongmu minta maaf, ketika salah mendorongmu berbenah, ketika ketinggalan mendorongmu mempercepat kecepatan.

Ikhlas itu…
Ketika kebodohan orang lain terhadapmu, tidak kau balas dengan kebodohanmu terhadapnya, ketika kezholimannya terhadapmu, tidak kau balas dengan kezholimanmu terhadapnya.

Ikhlas itu…
Ketika kau bisa menghadapi wajah marah dengan senyum ramah, kau hadapi kata kasar dengan jiwa besar, ketika kau hadapi dusta dengan menjelaskan fakta.

Ikhlas itu…
Gampang diucapkan, sulit diterapkan. Namun tidak mustahil diupayakan.

Ikhlas itu...
Seperti surat Al-Ikhlas. Tak ada kata "ikhlas" di dalamnya.

Satria Hadi Lubis

Rabu, 13 Januari 2016

Proposal Permata Mulia 2016; Pesta Siaga dan Lomba Tingkat 1


PROPOSAL
KEGIATAN PERMATA MULIA
PESTA SIAGA DAN LOMBA TINGKAT 1
GUGUS DEPAN 17.087-17.088 SDIT AL HUSNA

A. Latar Belakang
Menjadikan peserta didik lebih mandiri, lebih peduli, disiplin, bertanggung jawab adalah beberapa aspek yang didamba dalam proses pendidikan di pangkalan SDIT Al Husna.

Oleh karena itu, kami selaku Pembina Gugus Depan 17.087-17.088 pangkalan SDIT Al Husna Parungkuda hendak melaksanakan kegiatan percepatan bagi anggota Gugus Depan, yakni Pesta Siaga dan Lomba Tingkat 1 yang kami kemas dalam acara kompetisi Permata Mulia (Perkemahan Anak Cerdas, Terampil, dan Berakhlak Mulia).

B. Dasar Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan berdasarkan:
1. UU RI nomor 12 tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka;
2. Keputusan Presiden nomor 24 tahun 2009 tentang Anggaran Dasar Gerakan Pramuka;
3. Surat Keputusan Kwartir Nasional nomor 203 tahun 2009 tentang Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka;
4. Surat Keputusan Kwartir Nasional nomor 231 tahun 2007 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Gugus Depan Gerakan Pramuka;
5. Surat Keputusan Kwartir Nasional nomor 193 tahun 1988 tentang Penyempurnaan Petunjuk Penyelenggaraan Pertemuan Pramuka;
6. Surat Keputusan Kwartir Nasional nomor 131 tahun 1976 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Pesta Siaga;
7. Surat Keputusan Kwartir Nasional nomor 194 tahun 1998 tentang Penyesuaian Petunjuk Penyelenggaraan Pesta Siaga;
8. Surat Keputusan Kwartir Nasional nomor 33 tahun 1978 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Lomba Tingkat Penggalang;
9. Surat Keputusan Kwartir Nasional nomor 132 tahun 1979 tentang Petunjuk Penyelenggaraan Syarat Kecakapan Khusus;
10. Program Kerja Gugus Depan 17.087-17.088 SDIT Al Husna.

C. Tujuan Umum
Kegiatan ini secara umum bertujuan untuk:
1. Membina mental dan kepercayaan;
2. Membina dan mengembangkan penghayatan kode kehormatan Gerakan Pramuka;
3. Menumbuhkembangkan sifat kejujuran, mandiri, disiplin, serta bertanggung jawab;
4. Menyuburkan kerekatan ukhuwah.

D. Nama Kegiatan
Kegiatan yang akan diselenggarakan bergelar Permata Mulia (Perkemahan Anak Cerdas, Terampil, dan Berakhlak Mulia); Pesta Siaga dan Lomba Tingkat 1 Gugus Depan 17.087-17.088 pangkalan SDIT Al Husna Parungkuda.

E. Tema Kegiatan
"Ukhuwah"

F. Bentuk Kegiatan
1. Pesta Siaga
Pesta Siaga berisi kegiatan-kegiatan permainan mendidik bagi anggota Pramuka Siaga.
2. Lomba Tingkat 1
Bermuatan kegiatan-kegiatan perlombaan kepramukaan dan non kepramukaan.

G. Pelaksanaan Kegiatan
1. Pesta Siaga
Hari, tanggal: Jum'at, 08 Januari 2016
Pukul: 07.00 - 15.00 WIB
Tempat: Gugus depan 17.087-17.088 pangkalan SDIT Al Husna Parungkuda
2. Lomba Tingkat 1
Hari, tanggal: Jum'at-Sabtu, 08-09 Januari 2016
Pukul: 07.00 (Jum'at) - 15.00 (Sabtu)
Tempat: Gugus depan 17.087-17.088 pangkalan SDIT Al Husna Parungkuda

H. Panitia
Penanggung jawab: Ir. Lia Yusliawati selaku Mabigus
Ketua Panitia: Harmasto Hendro Kusworo
Sekretaris: Suryanto Cahyadi, S.Pd
Bendahara: Yadi Supriadi, S.Pd
Pembidangan:
Koordinator Lapangan (Korlap) Pesta Siaga: Hendri Hermawan, S.Kom
» Juri Karnaval: Suryanto Cahyadi, S.Pd
» Juri Merapikan Tempat Tidur: Susilawati
» Juri Wudhu: Yadi Supriadi, S.Pd (putra), Pipih Arpiah (putri)
» Juri Adzan: Mahrub, S.Pd.I
» Juri Melipat Pakaian: Yuni Lestari
» Juri Pentas Seni: Indah Dwi Rahayu, S.Pd
Koordinator Lapangan (Korlap) Lomba Tingkat 1: M. Aziz Muslim, S.Pd.I
» Juri LKBB: Septiyani
» Juri Maca Sajak: Sri Wahyuni
» Juri Hasta Karya: Harmasto Hendro Kusworo
» Juri Pengetahuan: Hery Hermawan, S.Pd
» Juri Ucap UUD dan Pancasila: M. Aziz Muslim, S.Pd.I
» Juri Ucap Dasa Dharma: Indah Widhiani Kusumah, S.Pd
» Juri Kaligrafi: Mahrub, S.Pd.I
» Juri Semaphore: Sri Mulyawati
» Juri Lagu Nasional: Adin Maulana, S.Pd
» Juri Memasak: Ir. Lia Yusliawati, Lia Marlia, S.Pi, Purwita Cahyanti, S.Si
» Juri Pentas Seni: Dewi Nurhayati, S.Pd.I
» Juri Menaksir Tinggi dan Lebar: Septiyani
» Juri Sketsa Panorama: M. Aziz Muslim, S.Pd.I
» Juri Tali temali dan PPPK: Adin Maulana, S.Pd
» Juri Halang Rintang: Hendri Hermawan, S.Kom
» Juri Ketajaman Indera Manusia (KIM): Hery Hermawan, S.Pd
» Juri Morse: Sri Mulyawati
» Juri Sandi: Vita Sari, S.Pd
» Juri Tata Tenda: Sri Wahyuni
Seksi Hadiah: Yuni Lestari, Vita Sari, S.Pd
Seksi Perlengkapan dan Konsumsi: Abdul Aziz
Dokumentasi: M. Aziz Muslim, S.Pd.I, Badilah Bilqis, Yuni Lestari

I. Peserta
Peserta adalah anggota Pramuka Siaga dan Penggalang Gugus Depan 17.087-17.088 SDIT Al Husna.

J. Estimasi Biaya
Terlampir

K. Jadwal Kegiatan
Terlampir

L. Penutup
Cita-cita besar hanya akan terwujud melalui langkah-langkah besar. Langkah-langkah besar hanya bisa kita wujudkan jika kita berani memulainya dengan langkah kecil. Apa yang kami lakukan hanyalah setapak langkah. Semoga langkah yang setapak ini berarti bagi langkah selanjutnya. Setiap pejuang yang benar di medan juang pasti akan memperoleh hasil yang membahagiakan sepanjang mereka benar dan ikhlas di jalan-Nya.

Medan kata-kata jelas berbeda dengan medan kerja nyata. Apa yang mesti dikerjakan tak semudah apa yang telah kami tuliskan. Tapi kami sadar, bahwa kami harus berani memulai sebelum badai yang lain akan segera datang menerjang.

Ketua Panitia,
Harmasto Hendro Kusworo

Menyetujui,
Mabi Gugusdepan 17.087-17.088
Ir. Lia Yusliawati


Lampiran 1
Petunjuk Teknis Lomba

1. Pesta Siaga
a. Karnaval
» Peserta seluruh Barung.
» Tema: Ukhuwah.
» Pakaian/kostum disiapkan masing-masing peserta.
» Pemilihan kostum dibimbing oleh Guru Kelas.
» Aspek penilaian: Kreativitas dan Keindahan.

b. Merapikan Tempat Tidur
» Peserta berpakaian Pramuka lengkap.
» Perlengkapan lomba disediakan Panitia.
» Setiap Barung mengirim 5 orang.
» Aspek penilaian: Kerapian dan Kecepatan.

c. Wudhu
» Peserta berpakaian Pramuka lengkap.
» Setiap Barung mengirim 6 orang.
» Aspek penilaian: Adab, Benar, Tertib.

d. Adzan
» Peserta berpakaian Pramuka lengkap.
» Setiap Barung mengirim 2 orang.
» Aspek penilaian: Keindahan dan Kefasihan.

e. Melipat Pakaian
» Peserta berpakaian Pramuka lengkap.
» Setiap Barung mengirim 5 orang.
» Aspek penilaian: Kerapian dan Kecepatan.

f. Pentas Seni
» Peserta berpakaian kostum Karnaval.
» Peserta seluruh Barung.
» Tema: Ukhuwah.
» Pemilihan narasi dan kostum dibimbing oleh Guru Kelas.
» Aspek penilaian: Penampilan dan Kekompakan.

2. Lomba Tingkat 1


a. Keterampilan Baris-berbaris
» Berpakaian Pramuka lengkap.
» Peserta 5 orang.
» Waktu 5 menit.
» Ketentuan: PBB dasar.
» Urutan: berdoa, bershof kumpul, berhitung, istirahat di tempat, periksa kerapian, hormat, hadap kanan, laporan, hadap kiri, balik kanan, 3 langkah ke depan-ke belakang, 3 langkah ke kanan-ke kiri, jalan di tempat, langkah tegap, maju jalan, tiap banjar 2 kali belok kanan, dan bubar.


b. Maca Sajak
» Berpakaian Pramuka lengkap.
» Peserta 1 orang.
» Sajak disediakan Panitia.
» Tema: Ukhuwah.


c. Hasta Karya
» Berpakaian Pramuka lengkap.
» Waktu 45 menit.
» Peserta 2 orang.
» Membuat kerajinan dari bahan bekas (sedotan, botol plastik).
» Alat dan bahan disiapkan oleh peserta.


d. Pengetahuan
» Berpakaian Pramuka lengkap.
» Materi: kepramukaan, umum, dan keagamaan.
» Peserta 1 orang.
» Waktu 90 menit.
» Kertas disediakan Panitia.
» Jenis: Pilihan Ganda.


e. Pengucapan UUD 1945 dan Pancasila
» Berpakaian Pramuka lengkap.
» Peserta 1 orang.


f. Pengucapan Dasa Dharma
» Berpakaian Pramuka lengkap.
» Peserta 1 orang.


g. Kaligrafi
» Berpakaian Pramuka lengkap.
» Waktu 90 menit.
» Peserta 1 orang.
» Membawa alat tulis dan perlengkapan yang diperlukan.
» Ketentuan: Asmaul Husna "yang Maha Memiliki Keluhuran dan Kemurahan".
» Kertas disediakan Panitia.


h. Semaphore
» Berpakaian Pramuka engkap.
» Membawa alat tulis.
» Peserta 2 orang.
» Kertas disediakan Panitia.
» Durasi per-tanda 3 detik.
» 1x pengulangan.
» Waktu pengisian 2 menit.


i. Lagu Nasional
» Berpakaian Pramuka lengkap.
» Peserta 3 orang.
» Lagu wajib: Hymne Pramuka.
» Lagu pilihan: Padamu Negeri, Maju Tak Gentar, Satu Nusa Satu Bangsa.


j. Memasak
» Berpakaian Pramuka engkap.
» Peserta tiap Regu.
» Alat dan bahan dibawa peserta.
» Tema: Masakan Sunda.
» Bahan disediakan Panitia.
» Minuman: bebas.
» Waktu 120 menit.


k. Pentas Seni
» Peserta membawa properti masing-masing untuk penampilan.
» Penampilan pentas seni dilaksanakan per-kelas (satuan terpisah).
» Waktu minimal 3 menit dan maksimal 6 menit.
» Tema: Ukhuwah.


l. Menaksir Tinggi dan Lebar
» Peserta memakai pakaian lapangan.
» Membawa perlengkapan masing-masing.
» Kertas disediakan Panitia.
» Waktu 5 menit.
» Peserta 2 orang.


m. Sketsa Panorama
» Waktu 5 menit.
» Peserta 2 orang.
» Peralatan dibawa peserta.
» Kertas disediakan Panitia.


n. Tali temali dan PPPK
    Tali temali
» Peserta 3 orang.
» Membuat tandu menggunakan anak tongkat.
» Perlengkapan dibawa peserta.
   PPPK
» Peserta 2 orang.
» Membawa perlengkapan PPPK.
» Peserta membawa bidai dan mitella.
» Waktu 7 menit.


o. Halang Rintang
» Peserta masing-masing Regu.
» Memakai pakaian lapangan.


p. Ketajaman Indera Manusia (KIM)
» Memakai pakaian lapangan.
» Peserta 1 orang.
» Membawa alat tulis.
» Kertas disediakan Panitia.
» Jenis KIM: Lihat dan Raba.


q. Morse
» Memakai pakaian lapangan.
» Peserta 2 orang.
» Membawa alat tulis.
» Kertas disediakan Panitia.
» Jenis: morse peluit.
» Durasi per-tanda 2 detik.
» 1x pengulangan.
» Waktu pengisian 2 menit.


r. Sandi
» Memakai pakaian lapangan.
» Peserta 2 orang.
» Sandi umum.
» Membawa alat tulis.
» Kertas disediakan Panitia.
» Waktu 45 menit.


s. Tata Tenda
» Kebersihan dan Kerapian tenda.


t. Medali (Tiska) Pemimpin Regu

3. Ketentuan Umum
a. Penentuan Regu berprestasi diambil dari total medali yang dikumpulkan selama kegiatan (kumulatif).
b. Hasil LT 1 tahun 2016 adalah Regu berprestasi tingkat Gugusdepan.
c. Regu berprestasi tersebut terdiri dari berprestasi emas, perak, atau perunggu.
d. Regu berprestasi mendapatkan tanda penghargaan dari pangkalan.
e. Hasil penilaian bidang Penjurian merupakan keputusan yang tidak bisa diganggu gugat.

Contoh format medali:
Bahan: kertas PVC, pita, peniti, kawat.
Alat: printer warna, gunting, benang, jarum, paku atau pelubang kawat, tang (long nose plier).
Tutorial [video]

Proposal [download]

Selasa, 05 Januari 2016

Sunnah Penebus Dosa

Betapa sering kita bersemangat akan hal-hal besar dalam cita untuk memperjuangkan agama, lalu lalai bahwa Rosululloh ﷺsaw adalah teladan dalam tiap detak dan semua laku, pun juga yang sekecil-kecilnya.

Pada zaman di mana banyak ‘amal besar dikecilkan oleh niat yang tak menyurga; betapa penting bagi kita mentarbiyah niat dalam ‘amal-‘amal kecil yang luput dilirik manusia, tapi berpeluang menjadi tinggi nilai bersebab niatnya.

“Adalah Imam Abu Dawud, penulis Kitab Sunan”, demikian Al-Hafizh Ibnu Hajar menukil riwayat dari Ibnu ‘Abdil Barr, “Berada di atas perahu penyeberangan di Sungai Dajlah. Tiba-tiba, beliau mendengar orang bersin di tepian dan membaca “Alhamdulillah”.

Maka Imam Abu Dawud menyerahkan uang 1 dirham pada si tukang perahu agar mau mendekatkan sampannya sejenak ke tepian, sehingga beliau bisa menghampiri orang yang bersin dan mendoakannya, “Yarhamukallooh”. Maka orang itupun membalas sambil tersenyum, “Yahdikumulloohu wa yushlihu baalakum.”

Perjalanan pun dilanjutkan. Dengan heran, bertanyalah orang kepada beliau mengapa sesusah-payah itu rela membayar demi mendoakan orang bersin dan mendapat doa darinya. Maka beliaupun menjawab,

لعله يكون مجاب الدعوة

“Mudah-mudahan menjadi doa yang mustajab.”

Ketika mereka (para penumpang perahu seperjalanan Imam Abu Dawud) tertidur, tetiba semuanya mendengar dalam mimpinya ada yang berkata, “Wahai para penumpang perahu, sesungguhnya Abu Dawud telah membeli surga dari Alloh dengan satu dirham.” Mereka pun saling menceritakannya satu sama lain.

Kisah ini dicantumkan Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqolany dalam Fathul Bari, 10: 610. Beliau menyatakan, “Sanadnya baik.”

Imam Abu Dawud, Alloh merahmatinya; hadits telah dilunakkan baginya sebagaimana besi dilunakkan bagi Nabi Dawud. Lunak bukan hanya karena riwayatnya yang jadi ‘ilmu manfaat, tak putus pahala hingga hari kiamat. Lunak, sebab hatinya yang lembut amat peka untuk beramal dengan sunnah kekasih yang dirindukannya, meski terlihat remeh dalam pandangan manusia.

Narasumber: Salim A. Fillah