Minggu, 31 Juli 2016

Simbol Penaklukan Jakarta?

Betawi tidak bisa dilepaskan dari Islam. Adakah Menara Jakarta sebagai simbol penaklukan basis Islam Jakarta oleh kekuatan Salib?

Banyak sejarawan menganggap nama Jakarta muncul pertama kali dalam naskah Joao de Barros, Da Asia; Xacatra por outro nome Caravam Xacatra yang disebut juga ‘Caravam’ (Karawang) terbitan tahun 1552.

Padahal pada tahun 1527, Fatahillah telah menamakan daerah pelabuhan yang ramai ini dengan sebutan Jayakarta. Kota kemenangan.

Setelah berhasil menghalau armada Portugis dari Sunda Kelapa, Fatahillah bersama 1452 orang laskar Islamnya menamakan kota pelabuhan tersebut dengan sebutan Jayakarta. Nama ini diambil dari salah satu ayat dalam Al-Qur’an yang berarti kemenangan yang besar.

Sejarah Jakarta berawal dari pelabuhan Sunda Kelapa, pelabuhan utama kerajaan Hindu Sunda. Ibukota kerajaan ini Pakuan Padjadjaran terletak di Batutulis (Bogor). Sejak dulu, Sunda Kelapa adalah pelabuhan yang ramai. Kapal-kapal dari Palembang, Tanjungpura, Malaka, Makassar, Madura, bahkan pedagang-pedagang dari India, Tiongkok Selatan, dan Kepulauan Ryuku (Jepang) biasa berlabuh di sana.

“Kelapa” sama artinya dengan pohon kelapa. Pedagang dari Cina lazim menyebutnya kota Yecheng atau Kota Kelapa.

Pada tahun 1513, kapal Eropa pertama, yakni empat kapal Portugis mengunjungi Sunda Kelapa. Mereka datang dari Malaka untuk mencari rempah-rempah, khususnya lada.

Pada 12 Agustus 1552, suatu perjanjian persahabatan antara kerajaan Sunda dan pihak Portugis dijalin. Sebagai tanda perjanjian tersebut, sebuah batu besar ditanam di pantai, yang disebut Padrao.

Dengan perjanjian tersebut, Portugis mendapat izin untuk mendirikan sebuah gudang dan benteng di tepi sungai Ciliwung. Kerajaan Sunda Hindu memandang kehadiran Portugis ini mempunyai dua manfaat. Pertama, dapat memperkokoh posisi kerajaan Sunda Hindu dalam urusan niaga, terutama lada. Kedua, memperkokoh mereka dalam menghadapi laskar Islam dari kesultanan Demak.

Saat itu, laskar Demak sudah membebaskan Banten, kota pelabuhan kedua paling ramai setelah Sunda Kelapa.

Sebab itu, kerajaan Sunda Hindu merasa terancam. Mereka membutuhkan orang-orang Portugis untuk melindungi pelabuhannya yang penting itu.

Pada tahun 1527, Fatahillah yang kala itu sebagai Panglima Laskar Cirebon (yang bersekutu dengan Demak), mendatangi Sunda Kelapa. Fatahillah sangat membenci orang Portugis yang telah menjajah kota kelahirannya, Pasei di Aceh, pada tahun 1521.

Laskar Islam di bawah pimpinan Fatahillah berhasil mengusir penjajah Portugis dari Sunda Kelapa. Ini terjadi tanggal 22 Juni 1527. Sejak saat itu hingga kini, hari jadi kota Jakarta diperingati tiap tanggal 22 Juni sepanjang tahun.

Walau telah menjadi salah satu kantong Islam, bahasa Sunda tetap dipakai dalam kegiatan keseharian. Budaya dan adat istiadat lama pun tidak dirusak dan tetap dipelihara. Dakwah Islam dilakukan dengan cara-cara damai dan sejuk.

Inilah perbedaan besar antara pembebasan yang dilakukan kaum Muslimin di suatu daerah, dengan penaklukkan yang dilakukan tentara kafir di berbagai wilayah.

Sejarawan Sunda -Ayatrohaedi (1992) mencatat, walau nama Sunda kelapa diganti dengan sebutan Jayakarta, namun bahasa keseharian yang dipakai masih bahasa Sunda. Sisa-sisa bahasa Sunda itu setidaknya masih tersimpan dalam beberapa nama kampung di Jakarta sekarang, seperti Menteng, Gandaria, dan lainnya. Itu nama-nama buah dalam bahasa Sunda. Ada juga daerah yang berawalan suku kata awal Ci (cai), seperti Cililitan, Ci(hi)deng, dan Cipinang.

Sejak itu, Islam tumbuh pesat dengan damai di Jayakarta. “Islam masuk ke Nusantara lewat jalan damai, dibawa oleh para pedagang yang berinteraksi dengan penduduk pribumi. Namun Kristen masuk ke Nusantara lewat jalan darah, dibawa para penjajah yang masuk ke Nusantara,” ujar sejarawan Mansur Suryanegara.

Penguasaan Fatahillah -menantu Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati- atas Jayakarta memang tidak lama (1527-1610). Namun ini kelak menunjukkan bahwa oada masa kekuasaannya, beliau berhasil menyebarkan Islam secara damai di Jayakarta. Sehingga kita pelabuhan ini menjadi salah satu basis Muslim terkuat di Nusantara.

Salah satu peninggalan kekuasaannya atas Jakarta antara lain bisa dilihat dari kehidupan masyarakat di daerah Jatinegara Kaum. Kampung ini merupakan peninggalan dari masa Pangeran Jayakarta. Di daerah tersebut terdapat sebuah perkampungan yang hingga kini masih berbahasa Sunda dalam pergaulan keseharian penduduknya.

Peninggalan-peninggalan bersejarah yang menjadi bukti keislaman masyarakat Betawi antara lain bentuk masjid-masjid yang masih berdiri hingga sekarang.

Pada 30 Mei 1610, pasukan Salib Belanda menyerbu dan menghancurkan kota Jayakarta yang sedang lemah karena pertikaian antara Banten dengan Pangeran Jayawikarta, putra dari Pangeran Tubagus Angke (Adipati Jayawikarta II). Setelah Jayakarta jatuh, Belanda mengubah nama Jayakarta jadi Batavia.

Komposisi penduduk Jakarta berubah total sejak kedatangan Belanda. Gubernur Jenderal VOC, Jan Pietterszoon Coen, mendirikan pagar tinggi sebagai batas antara kota Batavia dengan daerah pinggiran. Kota Batavia tertutup bagi penduduk asli yang banyak melarikan diri ke Selatan.

Dinding batas kota tersebut dijaga siang-malam oleh serdadu VOC. Hanya orang Belanda, para pengawal VOC, dan budak-budaknya saja yang diperbolehkan masuk. Setelah kedatangan pasukan Salib Belanda inilah, banyak penduduk asli Jayakarta dijadikan budak. Hal yang tidak ada selama Islam bersinar di Jayakarta.

Belanda juga banyak mendatangkan orang-orang dari Indonesia Timur. Coen mendatangkan mereka dalam rangka mempertahankan Jakarta dari serangan Sultan Agung (1628).

Orang asing lainnya adalah hadirnya orang-orang “Mardijkers”, yaitu orang-orang Portugis hitam yang sudah dimerdekakan dari status budak. Mereka juga memeluk agama Kristen, sama dengan Belanda. Oleh VOC, awalnya mereka diberi tempat di dalam kota. Gereja-gereja pun didirikan.

Beberapa tahun kemudian, nereka dipindahkan ke luar tembok kota dan diberi gereja yang dikenal dengan nama Portuguesche Buitenkerk; gereja di luar tembok kota. Gereja itu lebih dikenal dengan sebutan Gereja Sion.

Pakar sejarah Jakarta, Ridwan Saidi, memaparkan bahwa orang-orang Mardijker ini sesungguhnya orang Yahudi. Penamaan gereja mereka sebagai Gereja Sion adalah salah satu buktinya. Sion berasal dari kata “Zion”.

Didatangkannya orang-orang Yahudi Portugis ke Jakarta oleh pasukan Salib Belanda -oleh sejumlah kalangan, dinilai membuktikan adanya konspirasi kekuatan “Salib dan Bintang David” dalam menguasai Nusantara.

Wa lan tardho ankal yahudu wa nashoro hatta tattabi'an millatahum; tak kan sudi kaum Yahudi dan Nashoro padamu hingga engkau mengikuti keyakinan mereka.” Maha Benar Alloh dengan segala firman-Nya.

Setelah kedatangan VOC, penduduk asli Jayakarta yang tidak mau jadi budak melarikan diri ke pinggir kota. Mereka membaur menjadi satu dengan laskar Islam yang dikirim Sultan Agung untuk menyerbu Batavia. Setelah menemui kegagalan, laskar yang berasal dari Jawa Tengah ini tidak kembali ke daerah asal, namun menetap di pinggir Batavia bersama-sama penduduk asli yang juga Muslim.

Betawi tidak terpisahkan dari Uslam. Islamlah pedoman hidup mereka. Ini tampak pada pakaian, upacara-upacara inisiasi, seni sastra, serta sebagian dari seni pertunjukan. Bahkan demikian kuatnya kepercayaan mereka, sehingga apa yang berbau Belanda dianggap kafir.

Sebab itu, adalah aneh bin ajaib jika Jakarta sebagai salah satu kantong Islam di Nusantara kelak akan memiliki ikon Menara Doa Jakarta, yang berfungsi sebagai pusat kebaktian Kristiani.

Apakah pembangunan proyek ini merupakan upaya penaklukan simbol Jakarta sebagai salah satu kantong Islam di Indonesia oleh kekuatan Salib? Bukankah hakikatnya sama persis dengan ditaklukkannya Muslim Jayakarta oleh pasukan Salib VOC beberapa abad lalu? Apa benar demikian? Wallohu a’lam.

Kredit: majalah Saksi no.15 tahun VI; 26 Mei 2004

Senin, 25 Juli 2016

Peran Pahlawan Muslim dalam Kemerdekaan Indonesia

1. Indonesia baru terbentuk pada tanggal 28 Oktober 1928. Karena kata "Indonesia" menjadi sebuah nation imagination yang baru tercetus tahun 1921.

2. Ketika para pelajar Hindia Belanda yang sedang sekolah di Amsterdam yang terhimpun dalam Indische Vereeniging (Perhimpunan Pelajar-pelajar Hindia Belanda)

3. yang diketuai Datuk Nasir Pamuncak (19 tahun), Sekretarisnya Ahmad Soebardjo (18 tahun), dan Bendaharanya Mohammad Hatta (16 tahun).

4. Salah satu kegiatannya adalah mengadakan diskusi-diskusi tentang advokasi terhadap bumi putera di Hindia Belanda.

5. Satu hari mereka mendatangkan Adolf Bastian seorang profesor Etnografi dari Jerman. Beliau mengatakan dahulu daratan Hindia Belanda adalah sebuah benua.

6. Sebuah benua yang terbentang dari Madagaskar sampai Tanjung Harapan. Tapi karena peristiwa geologis, akhirnya terpecah menjadi rangkaian pulau-pulau.

7. Pulau-pulau tersebut didiami suatu etnik yang berkulit sawo matang, berambut lurus, dan bertutur kata halus.

8. Mereka ini disebut oleh Adolf Bastian sebagai etnik Indonesia.

9. Kuliah tersebut menginspirasi anak-anak muda itu. "Kalau begitu kita ini bukan Hindia Belanda (konotasinya 'inlander')."

10. "Kita harus merubah mind set... kita harus membangun kebangsaan sendiri. Bukan klaim dari pemerintah Belanda."

11. Mereka mengubah nama organisasi dari Indische Vereeniging menjadi Perhimpunan Indonesia. Di situlah istilah "Indonesia" pertama kali digunakan sebagai nama entitas.

12. Tahun 1922 menerbitkan majalah dengan judul "Indonesia Merdeka". Dan terbit 10 hari sekali dengan isi menggugah kemerdekaan.

13. Pemerintah Hindia Belanda melarang aktivitas mereka. Dan akibat penerbitan majalah tersebut, mereka di skors.

14. Mereka tidak berhenti bergerak ketika majalah tersebut di beredel. Mereka ganti nama menjadi "Daulat Ra'jat". Imajinasi tentang kemerdekaan Indonesia sangat cepat tersebar di Hindia Belanda.

15. Hal ini menggugah para pejuang Hindia Belanda (Douwes Dekker, Soekarno, Soetomo, dll) dan mereka mengajak para pemuda.

16. Mereka membuat identitas atas kesukuan seperti Jong Celebes, Jong Ambon, Jong Bali, Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamiten Bond.

16. Dihimbau segera bersatu di bawah organisasi Pemuda Indonesia yang didahului berdirinya Persatoean Peladjar-peladjar Indonesia. Tahun 1925 terjadi fusi.

17. 1928 diadakan kongres. Di akhir kongres, Moh. Yamin meminta di notulasi rapat dibacakan sebuah ikrar.

18. "Kami putra-putri Indonesia mengaku bertumpah darah satu, tanah air Indonesia. Kami putra-putri Indonesia mengaku berbangsa satu, bangsa Indonesia.

19. Kami putra-putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia."

20. Disitulah awal mula lahir Indonesia. Tetapi Indonesia saat itu belum punya negara.

21. Jika dihitung, perjuangan memerdekakan Indonesia dimulai dari saat itu. Tetapi jika kemerdekaan dari Hindia Belanda, mulai 1605.

22. Ketika Jan Pieterszoon Coen mendarat di tanah Jawa. Karena dari saat itulah Belanda menjajah Indonesia.

23. Padahal sebelum itu, sudah ada upaya Portugis untuk menguasai Nusantara, yaitu misi pertama kapal Portugis masuk ke Jawa.

24. Tapi kapalnya kandas di laut Selatan di bawah kapiten Baron Scheiber (Jawa= Baron Sekeber) di daerah Gunung Kidul yang sekarang dikenal pantai Baron.

25. Portugis mengambil pelabuhan Sunda Kelapa. Fatahillah berhasil merebut. Sunda Kelapa diganti Jayakarta (kemenangan gilang gemilang).

26. Belanda berhasil merebut. Untuk menghapus kesan "kemenangan gilang gemilang", Belanda mengganti Jayakarta jadi Batavia/Betawi.

27. Jadi, jika dilihat dari masa perlawanan bangsa ini membebaskan diri dari cengkeraman penjajah, dari perlawanan terhadap Portugis.

28. Fatahillah adalah pemuda Palestina yang dikirim untuk da'wah di Jawa Barat oleh Sultan Muhammad I dari Turki.

29. Islam masuk ke Nusantara oleh tim yang solid. Tim yang dibentuk oleh Sultan Muhammad I atas laporan pengembara Muslim: Ibnu Batutah.

30. Isi risalah Ibnu Batutah: ada rangkaian pulau yang dihuni oleh para penyembah berhala, negerinya bagus.

31. Di ujung ada negeri indah berbukit seperti Andalusia= Andalas/Sumatera.

32. Sampai di ujung Timur ada rangkaian pulau. Banyak pulau-pulau kecil. Di tiap pulau ada rajanya. Maka disebut Jazirotul Muluk.

33. Jaziroh Raja-raja/Maluku. Jadi, peta pertama Nusantara dibuat oleh Ibnu Batutah.

34. Pengiriman tim du'at ini disebut Wali Sana (wali terhormat) yang dipusatkan di kerajaan terbesar= Majapahit. Singasari mulai runtuh.

35. Pengiriman tim du'at berdasar pemetaan kebutuhan target wilayah da'wah. Majapahit dominan rawa-rawa.

36. Pertama, seorang da'i yang ahli irigasi untuk menyiasati rawa-rawa menjadi lahan pertanian, bernama Maulana Malik Ibrohim yang wafat di Gresik. Disebut Sunan Gresik.

37. Daerah rawa tersebut banyak penyakit malaria. Tim kedua dikirim tim kesehatan: Maulana Ishaq.

38. Tanah Jawa konon banyak jin, maka dikirim Syaikh Subakir dari Iran. Makamnya di gunung Tidar.

39. Dikirim tim ahli syari'ah dan tata kota: Syaikh Ahmad Jumadil Kubro dari Maroko. Ditempatkan di Merapi. Dikenal "mbah Petruk", mancung seperti Petruk.

40. Dari Maroko lagi untuk menata pengairan di Jolotundo Boyolali: Maulana Maghribi (Jawa= Ki Ageng Gribig).

41. Dikirim ahli politik untuk persiapan di bawah naungan khilafah Turki: Maulana 'Aliyuddin dan Maulana Taqiyyuddin di Banten.

42. Sultan Ageng Tirtayasa adalah keturunan dari tim politik ini.

43. Dikirim pula ahli politik dan ahli militer dari Palestina: Sayyid Ja'far Shodiq. Wilayah da'wah di pesisir Utara, dia beri nama Al Quds/Kudus.

44. Masjidnya pun diberi nama Al Aqsho/masjid Menara Kudus. Meski berbentuk Pura Hindu.

45. Itu gambaran da'wah yang terencana. Survey, bank data potensi dan kebutuhan, delegasi profesional.

46. Kini, terjadi krisis da'wah yang luar biasa. Da'wah tidak terencana.

47. Dulu para du'at yang dikirim adalah para ahli sesuai kebutuhan untuk mengubah kondisi menjadi lebih produktif.

48. Kini yang kita temui adalah para du'at yang ahli syari'ah. Syari'ahnya "fiqih". Mudah menghukumi. Meributkan celana, jenggot, salah sujud...

49. Kini terjadi penyusutan peran da'wah dari Islam yang lengkap menjadi Islam yang sempit. Sehingga tidak ada kemajuan dalam da'wah.

50. By the way, gerakan perlawanan untuk kemerdekaan ini adalah hasil kongres khilafah yang diselenggarakan oleh organisasi Jami'at Khoir berpusat di Jakarta 1903.

51. Mengundang pula utusan kholifah dari Turki: Muhammad Amin Bey. Keputusan: "Kaum Muslimin haram tunduk pada kaum kafir!"

52. Pemerintah Belanda mengeluarkan Staatblad (peraturan perundangan untuk wilayah jajahan) no. 6 tahun 1923 sebagai reaksi kongres khilafah.

53. "Pertama, tidak boleh ada kunjungan orang-orang Arab ke kota-kota besar di Indonesia." Khawatir akan terprovokasi kepada upaya merdeka.

54. "Kedua, para sultan, punggawa, abdi dalem kerajaan-kerajaan di Nusantara tidak boleh pergi haji." Khawatir terwarnai pan-Islamisme di Timur Tengah.

55. "Ketiga, setiap yang pulang haji, harus mencantumkan gelar haji di depan namanya." Ini upaya pemerintah memonitor aktivitasnya.

56. Karena masa itu, setiap Muslim yang pulang haji, pasti membawa perubahan.

57. Ahmad Rifa'i dari Cirebon membuat perlawanan kepada Belanda dengan melarang kaum Muslim menerima tamu orang kafir.

58. Hal ini membuat kebingungan pemerintah Hindia Belanda untuk menarik pajak. Karena ditinggal pergi tuan rumah: "Haram menerima tamu kafir!"

59. Akhirnya ditangkap Belanda dan dibuang ke Maluku. Bentuk perlawanannya unik. Karena Belanda mengalami kebangkrutan luar biasa oleh VOC.

60. Selain itu, Hindia Belanda diwajibkan menyetor dana besar ke Belanda untuk pesta Jubilee (peringatan bertahtanya ratu Belanda).

61. Patih dari Madiun juga memilih mundur sebagai Patih dan berangkat haji: Tjokroaminoto. Sepulang haji, namanya di tambah "Oemar Said".

62. Seorang juragan genteng dari Jatiwangi Majalengka: Ahmad Halim, pulang haji mendirikan Persatuan Umat Islam.

63. Penghulu muda/khotib muda kraton Jogjakarta, pulang haji mendirikan Muhammadiyah: Ahmad Dahlan.

64. Sekarang, sepulang haji minta disebut haji padahal tidak melakukan perubahan apa-apa.

65. "Keempat, tidak boleh membangun masjid di pusat-pusat keramaian." Jangan sampai anak-anak muda di Nusantara ini ke masjid.

66. Strategi Hindia Belanda adalah membangun masjid di pojok-pojok desa berdekatan dengan kuburan.

67. Dan menjadikan masjid dan kuburan sebagai satu paket. Bagi orang Jawa, kuburan punya kesan sendiri (seram).

68. Strategi ini kini ditiru oleh Israel: yang belum berumur 60 tahun tidak boleh masuk masjid Al Aqsho. Anak muda hanya bisa lihat masjid Al Aqsho dari TV.

69. Padahal zaman kerajaan dulu, masjid selalu menjadi pusat aktivitas masyarakat. Kraton satu paket dengan masjid agung, dan alun-alun.

70. Untuk pengembangan ekonomi, dibangun juga pasar. Tetapi agak jauh dari ketiga unsur tadi. Jadi, raja, ulama, dan rakyat itu bisa menyatu.

71. Jadi, titik balik perlawanan untuk merdeka dimulai tahun 1903 yang melahirkan gerakan-gerakan menuju kemerdekaan.

72. 1903, bung Karno masih berumur 2 tahun. Jadi, kaum Muslimin jauh sebelum bung Karno sudah mencanangkan kemerdekaan negeri ini.

73. Tahun 1905, seorang pedagang batik dari Solo: KH. Saman Hudi menggalang dana umat (penguatan ekonomi) dengan mendirikan Sarekat Dagang Islam.

74. Sehingga saat itu, kekuatan ekonomi umat Islam di Solo sangat luar biasa. Selain membangun institusi Islam, juga lahir banyak pergerakan Islam di sana.

75. Sebagai gambaran, gaji Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu 3.800 gulden sebulan. Penghasilan KH. Saman Hudi 18.000 gulden sehari!

76. Ketika Hindia Belanda bersama orang Cina menguasai ekonomi, orang Islam terpinggirkan. Dan pemerintah Hindia Belanda akhirnya menghancurkan sistem ekonomi Islam.

77. Kini kebangkitan ekonomi Cina sangat luar biasa. Dulu Cina menguasai ekonomi berkat Gubernur Jenderal Hindia Belanda, kini Jakarta punya Gubernur dari Cina.

78. Perputaran ekonomi tertinggi di Indonesia (80%) di Jakarta. Bersiaplah akan kebangkitan Revolusi Kuning di Indonesia.

79. Upaya pembebasan akhirnya diperjuangkan dengan berbagai bentuk. Ahmad Dahlan merintis pendidikan Muhammadiyah. "Bangsa harus dicerdaskan".

80. Tjokroaminoto merintis Sarekat Islam. Dan beliau jadi guru bagi para pejuang kemerdekaan.

81. Soekarno berguru sejak umur 13 tahun. Sekartadji Maridjan Kartosuwirjo yang di DO dari kedokteran OSVIA karena ditemui banyak mengoleksi buku-buku Marxis.

82. Mereka berdua nyantri ke Tjokroaminoto. Kemudian hari mereka jadi Presiden: Soekarno Presiden Indonesia, Kartosuwirjo Presiden Negara Islam Indonesia.

83. Hampir seluruh organisasi pergerakan di Indonesia berakar dari rahim Sarekat Islam.

84. Saat itu, tema perjuangan Sarekat Islam kental untuk rakyat. Perjuangannya sungguh luar biasa. Semangatnya tertuang dalam kongres.

85. Indische National Congress (INTICO) I bertema kerakyatan: tanah untuk rakyat, tegakkan undang-undang agama, dan pembelaan terhadap buruh.

86. INTICO II bertema "Kapitalisme Berdosa dan Bersatulah Kaum Melarat." INTICO III bertema "Islam dan Sosial Demokrasi."

87. Simbol "Rakyat" diambil sebagai ejawantah hadits Rosul saw
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ  

88. "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya...

89. ...Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas rakyatnya."

90. Tahun 1931, Sarekat Islam mengalami kemunduran. Kata "Rakyat" menyempit menjadi "Umat".

91. Seolah-olah organisasi Islam hanya membela umatnya sendiri dan tidak membela rakyat secara umum.

92. Sampai saat ini, kita tidak mempunyai "tokoh rakyat" dari Islam. Yang ada adalah "tokoh umat". Itupun dipersempit jadi "tokoh organisasi".

93. Seolah-olah "rakyat" ada di luar Islam. Sehingga sangat terasa eksklusivisme Islam dalam kancah perjuangan Indonesia saat ini.

94. Krisis percaya diri Sarekat Islam sangat parah. Sehingga partai berhaluan sekuler lebih menonjol dalam hal isu.

95. Hingga sampai masa kemerdekaan, umat Islam punya peran penting. Tetapi tidak mempunyai peran sentral. Karena berjuang bukan untuk rakyat, tetapi untuk umat (Islam) saja.

96. Bung Tomo menjadi contoh bagaimana menggerakkan rakyat jelata Surabaya dengan takbir. Dan dahsyat sekali hasilnya.

97. Inggris dari sejak purba belum pernah kehilangan Jenderal dalam perang, kecuali di Surabaya.

98. Brigadir Jenderal Malabi -yang dikawal ketat oleh tim elit bayaran dari suku Gurka (India)- tewas di Jembatan Merah.

99. Para analis sejarah masih berpolemik siapa yang berhasil membunuh Malabi yang pengawalannya sulit -bahkan mustahil- di tembus rakyat Surabaya.

100. Dugaan kuat ditembak tentara bayarannya sendiri. Karena orang Gurka adalah Muslim. Kemungkinan teriakan takbir rakyat Surabaya menyadarkan keharaman darah seaqidah.

101. Jadi, peran tokoh-tokoh Islam dalam kemerdekaan adalah sentral sebagai penggagas kemerdekaan di awali dari kongres Khilafah.

102. Tokoh-tokohnya menjadi perintis gerakan-gerakan kemerdekaan. Tetapi sejak krisis simbol kepemimpinan, gerakan Islam mengalami kemunduran luar biasa.

103. Oleh karenanya harus kita bangun lagi kebersamaan umat Islam di Indonesia. Terutama membangun ulang dakwah politik.

104. Dakwah yang mengarah pada bangsa ini dipimpin oleh Islam, dengan nilai-nilai Islam sebagai dasar utamanya.

105. Keberhasilan dakwah yang luar biasa sudah ditunjukkan oleh angkatan du'at yang pertama yang terencana dengan baik. Ketika tidak sekadar ahli syari'at yang diturunkan.

106. Tetapi tim du'at yang lengkap sesuai kebutuhan lapangan. Di mana Wali Sana ini diutus dalam 7 angkatan.

107. Semua data lengkap rapat dan tokoh Wali Sana tercatat di Copra Ferara (notulasi lembar daun lontar hasil sidang-sidang para wali) yang tersimpan di Leiden.

108. Catatan lengkap sidang-sidang para Wali dari sejak sidang di Ampeldento Surabaya sampai sidang terakhir di Trowulan.

109. Pidato Trisakti bung Karno memuat "Berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam bidang budaya".

110. Dalam kedaulatan politik, Indonesia masih di bawah intervensi asing. Terbukti dalam satuan kepolisian menunjukkan kendali masih di tangan asing.

111. Istilah "Densus 88" sangat kentara. Angka "88" adalah jumlah korban warga Australia di bom Bali I. Jadi, keberadaan Densus 88 atas sponsor Australia.

112. Mandiri ekonomi. Hari ini, 90% kekayaan alam Indonesia di tangan asing. Kilang minyak berbendera Pertamina kalah banyak dari Cevron, Shell, Exxon, Caltex, dll.

113. Kapal-kapal nelayan penangkap ikan di lautan Indonesia 85% berbendera asing. Dan ini di lawan oleh Susi Pujiastuti.

114. Uniknya, Puji minta tolong US Navy untuk mengawal perairan Indonesia mengusir nelayan asing. Ini menampar 'muka' TNI AL.

115. Mandiri budaya. Hari ini kita tidak punya budaya nasional. Malaysia sudah punya strategi kebudayaan: 2020 Malaysia sebagai pusat budaya melayu Nusantara.

116. Ke depan, Indonesia menjadi bagian dari Malaysia. Bukan Malaysia menjadi bagian Indonesia. Jargon "betul betul betul" sangat membumi di Indonesia.

117. Meski di sana ada Susanti yang mewakili karakter Indonesia, Jarjit mewakili India, Mei Mei mewakili Cina, tetapi tokoh sentral tetaplah Upin Ipin. Etnis lain hanya jadi pelengkap.

118. Sampai hari ini, Indonesia belum punya strategi kebudayaan. Sebagaimana ketidakjelasan jatidiri kementerian kebudayaan yang di ombang-ambing sana-sini.

119. Kita belum merdeka. Kita baru di "depan pintu gerbang" kemerdekaan sebagaimana tertuang dalam UUD 1945. Kita belum masuk dalam ranah merdeka.

120. Jadi, kembalikan lagi semangat "Dari Masjid Menyiapkan Pemimpin Bangsa", bukan pemimpin umat.

Oleh ustadz Jazir ASP (penasihat Sultan Hamengku Buwono X dan Dewan Pembina Masjid Jogokariyan Yogyakarta).

Sabtu, 16 Juli 2016

Pengantar Syaroh Hadits Arba'in Nawawiyah

Muqoddimah
Al-Arba’un An-Nawawiyah adalah sebuah kitab kecil yang berisi kumpulan hadits sebanyak empat puluh dua hadits yang disusun oleh seorang imam fiqih dan hadits, zahid, wiro’i, dan pemberani yakni Imam An-Nawawi rohimahulloh. Walaupun kitab ini bernama Arba’in (empat puluh) tetapi jumlah hadits yang terdapat di dalamnya adalah empat puluh dua hadits, bukan empat puluh.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin rohimahulloh menjelaskan tentang kitab tersebut:  

وقد ألف مؤلفات كثيرة من أحسنها هذا الكتاب: الأربعون النووية، وهي ليست أربعين،بل هي اثنان وأربعون، لكن العرب يحذفون الكسر في الأعداد فيقولون: أربعون. وإن زاد واحداً أو اثنين، أونقص واحداً أواثنين.

Beliau (Imam An-Nawawi) telah banyak menyusun karya tulis, yang terbaik di antaranya adalah kitab ini: Al-Arba’un An-Nawawiyah. Buku tersebut bukan empat puluh hadits (arba’in), tetapi empat puluh dua hadits (itsnan wa arba’un), namun orang Arab menghilangkan kasroh dalam bilangan, maka mereka menyebut: arba’un (empat puluh), walaupun ditambahkan satu atau dua, atau dikurangi satu atau dua.” (Syaikh Muhammad bin Sholih Al-‘Utsaimin, Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hal. 2. Mawqi’ Ruh Al-Islam). 

Sebelum Imam An-Nawawi, sudah banyak para imam kaum muslimin menyusun kitab serupa seperti yang diceritakan oleh Imam An-Nawawi sendiri dalam muqoddimah kitab ini, mereka adalah ‘Abdulloh bin Mubarok, Muhammad bin Aslam Ath-Thusi, Hasan bin Sufyan An-Nasa’i, Abu Bakr Al-Ajuri, Abu Bakar Muhammad bin Ibrohim Al-Ashfahani, Daruquthni, Al-Hakim, Abu Nu’aim, Abu ‘Abdurrohman As-Sulami, Abu Sa’id Al-Malini, Abu ‘Utsman Ash-Shobuni, ‘Abdulloh bin Muhammad Al-Anshori, Al-Baihaqi, dan ulama lain yang tak terhitung jumlahnya. 

Besarnya perhatian para imam kaum muslimin terhadap upaya pengumpulan ‘empat puluh hadits’ ini karena didasari berbagai riwayat yang menunjukkan keutamaannya. Hanya saja -sebagaimana kata Imam An-Nawawi sendiri- semua riwayat tersebut adalah dho’if (lemah) menurut kesepakatan ahli hadits. Imam An-Nawawi mengatakan:

فقد روينا عن علي بن أبي طالب، وعبد الله بن مسعود، ومعاذ بن جبل، وأبي الدرداء، وابن عمر، وابن عباس، وأنس بن مالك، وأبي هريرة، وأبي سعيد الخدري رضي الله تعالى عنهم من طرق كثيرات بروايات متنوعات: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "من حفظ على أمتي أربعين حديثاً من أمر دينها بعثه الله يوم القيامة في زمرة الفقهاء والعلماء" وفي رواية: "بعثه الله فقيها عالما".
وفي رواية أبي الدرداء: "وكنت له يوم القيامة شافعا وشهيدا".وفي رواية ابن مسعود: قيل له: "ادخل من أي أبوب الجنة شئت" وفي رواية ابن عمر "كُتِب في زمرة العلماء وحشر في زمرة الشهداء". واتفق الحفاظ على أنه حديث ضعيف وإن كثرت طرقه.

“Kami telah meriwayatkan dari ‘Ali bin Abi Tholib, ‘Abdulloh bin Mas’ud, Mu’adz bin Jabal, Abu Ad-Darda, Ibnu ‘Umar, Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Abu Huroiroh, dan Abu Sa’id Al-Khudri rodhiyallohu ‘anhum dari banyak jalan dan riwayat yang berbeda: bahwa Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa di antara umatku menghapal empat puluh hadits berupa perkara agamanya, maka Alloh akan membangkitkannya pada hari kiamat bersama rombongan fuqoha dan ulama.” Dalam riwayat lain: “Alloh akan membangkitkannya sebagai seorang yang faqih (ahli fiqih) dan ‘alim.”

Dalam riwayat Abu Ad-Darda: “Maka aku (Nabi) pada hari kiamat nanti sebagai syafa’at dan saksi baginya.” Dalam riwayat Ibnu Mas’ud: “Dikatakan kepadanya: masuklah kau ke surga melalui pintu mana saja yang kamu kehendaki.” Dalam riwayat Ibnu ‘Umar: “Dia dicatat termasuk golongan ulama dan dikumpulkan pada golongan syuhada.”

Para huffazh (ahli hadits) sepakat bahwa hadits-hadits ini dho’if walaupun diriwayatkan dari banyak jalan.” (Imam Ibnu Daqiq Al-‘Id, Muqoddimah Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah, hal. 16-17. Maktabah Al-Misykat).

Hanya saja memang, jumhur (mayoritas) ulama –Imam An-Nawawi mengatakan kesepakatan ulama- membolehkan menggunakan hadits dho’if (seperti hadits-hadits di atas) hanya untuk tema-tema fadhoilul a’mal, targhib wat tarhib, dan hal-hal semisal demi menggalakkan amal sholih dan kelembutan hati dan akhlak. Tetapi pembolehan ini pun bersyarat, yakni: tidak ada rowi yang tertuduh sebagai pemalsu hadits atau pembohong, tidak bertentangan dengan tabiat umum agama Islam, dan jangan menyandarkan atau memastikan dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam ketika mengamalkannya. Mereka yang membolehkan di antaranya adalah Imam Ahmad, Imam Al-Hakim, Imam Yahya Al-Qohthon, Imam ‘Abdurrohman bin Al-Mahdi, Imam Sufyan Ats-Tsauri, Imam An-Nawawi, Imam As-Suyuthi, Imam ‘Izzuddin bin ‘Abdissalam, Imam Ibnu Daqiq Al-‘Id, dan lainnya.

Sedangkan yang menolak adalah Imam Al-Bukhori, Imam Muslim, Imam Yahya bin Ma’in, Imam Ibnu Hazm, Imam Ibnul ‘Arobi, Syaikh Ahmad Muhammad Syakir, Syaikh Nashiruddin Al-Albani dan lainnya dari kalangan hambaliyah  kontemporer, juga yang nampak dari pandangan Syaikh Yusuf Al-Qorodhowi Hafizhohulloh. 

Khusus untuk Al-Arba’un An-Nawawiyah ini, telah banyak  ulama yang memberikan perhatian terhadapnya, yakni dengan memberikan syaroh (penjelasan) terhadap seluruh hadits yang ada di dalamnya, mereka adalah Imam Ibnu Daqiq Al-‘Id,  Al ‘Allamah Isma’il bin Muhammad Al-Anshori,  Al-‘Allamah Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin, dan lainnya. Juga diantara ulama, ada yang mentakhrij dan mentahqiq (meneliti) kualitas validitas hadits-hadits dalam kitab ini, yakni Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rohimahulloh. Hal ini lantaran betapa lengkapnya muatan dan tema yang dihimpun oleh Imam An-Nawawi, yakni berupa dasar-dasar agama, hukum, ibadah, muamalah, dan akhlak. Sedangkan ulama lain, ada yang menyusun empat puluh hadits tentang persoalan tertentu saja, ada yang akhlak saja, atau jihad, atau adab, atau zuhud. Inilah letak keistimewaan kitab ini.

Boleh dikatakan, kitab ini -dan kitab beliau lainnya, yakni Riyadhus Sholihin- adalah kitab beliau yang paling luas peredarannya dan paling besar perhatian umat Islam terhadapnya, baik kalangan ulama,  dosen, mahasiswa, dan  orang umum. Ini merupakan petunjuk atas keikhlasan penulisnya sehingga Alloh Ta’ala mengabadikan karya-karyanya di tengah manusia walau dirinya telah wafat berabad-abad lamanya.

Semoga kita semua bisa mengikuti jejak langkah para ulama robbani dan mengambil banyak manfaat dari karya dan keteladanan kehidupan mereka. Aamiin.

Kredit: ust. Farid Nu’man Hasan

Senin, 11 Juli 2016

Puasa Nabi Adam as Hingga Nabi Muhammad saw

Puasa adalah salah satu dari tiga ibadah yang sama tuanya dengan umur manusia di muka bumi ini. Dua ibadah lainnya adalah sholat, seperti disebutkan dalam surat Al-Mudatstsir [74]: 40-43, dan Qurban seperti disebutkan dalam surat Al-Ma’idah [5]: 27. Sementara ibadah puasa terdapat dalam surat Al-Baqoroh [2]: 183 yang artinya,
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu agar kamu bertaqwa”.

Sejarawan Muslim Ibnu Katsir meyakini bahwa ajaran puasa sudah ada sejak zaman Adam dan Hawa. Menurut dia, Adam berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun.

Ada pula yang mengatakan, Adam berpuasa pada 10 Muharrom sebagai rasa syukur karena bertemu dengan istrinya, Hawa, di Arofah. Sementara yang lain berpendapat, Nabi Adam berpuasa sehari semalam pada waktu dia diturunkan dari taman surga oleh Alloh.

Ada juga yang mengatakan Adam berpuasa 40 hari 40 malam setiap tahun. Pendapat lainnya mengatakan Adam berpuasa dalam rangka mendoakan putra-putrinya.

Selain itu, ada yang menjelaskan, Adam berpuasa pada hari Jum’at untuk mengenang peristiwa penting, yakni dijadikannya dia oleh Alloh, hari diturunkannya ke bumi, dan diterimanya taubat Adam oleh Alloh.

“Sesungguhnya Alloh menjadikan Adam pada hari Jum’at, diturunkan di bumi pada hari Jum’at, dia bertaubat kepada Alloh atas dosanya memakan buah khuldi pada hari Jum’at dan wafat pun pada hari Jum’at.” (HR. Bukhori).

Walaupun dalam Al Qur’an maupun Hadits tidak dijelaskan bagaimana bentuk puasa Adam dan generasi sesudahnya, tetapi ada petunjuk-petunjuk bahwa agama-agama yang dibawa oleh para rosul terdahulu itu adalah agama monotheisme yang mengajarkan kepercayaan pada keesaan Tuhan (Alloh).

Contohnya adalah Nabi Nuh yang berpuasa selama tiga hari setiap bulan sepanjang tahun, seperti puasanya Nabi Adam. Puasa inilah yang kita kenal dengan puasa putih yang juga sunnah untuk dikerjakan pada setiap tanggal 13, 14, dan 15 setiap bulan dalam kalender hijriyah.

Nabi Nuh juga memerintahkan kaumnya untuk menyembah Alloh dan berpuasa ketika mereka berbulan-bulan hidup terkatung-katung di dalam perahu besar di tengah samudera luas akibat bencana banjir besar, seraya bertobat kepada Alloh.

Nabi Daud juga melanjutkan tradisi puasa dengan cara sehari puasa dan sehari berbuka. Dalam pernyataannya Nabi Daud as berkata, “Adapun hari yang aku berpuasa di dalamnya adalah untuk mengingat kaum fakir, sedangkan hari yang aku berbuka untuk mensyukuri nikmat yang telah dikaruniakan oleh Alloh SWT.” Pernyataan Nabi Daud as tersebut ditegaskan oleh Rosululloh SAW dalam sabdanya, “Sebaik-baiknya puasa adalah puasa Daud, yaitu sehari berpuasa dan sehari berbuka.” (HR. Muslim).

Al-Qurthubi, dalam kitab Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an, menyebutkan bahwa Alloh Swt telah mewajibkan, puasa kepada Yahudi selama 40 hari, kemudian umat nabi Isa selama 50 hari. Tetapi kemudian mereka merubah waktunya sesuai keinginan mereka. Jika bertepatan dengan musim panas mereka menundanya hingga datang musim bunga. Hal itu mereka lakukan demi mencari kemudahan dalam beribadah. Itulah yang disebut nasi’ seperti disebutkan dalam surat At-Taubah: 37 yang artinya: 
“Sesungguhnya mengundur-undurkan bulan haram itu adalah menambah kekafiran, disesatkan orang-orang yang kafir dengan mengundur-undurkan itu, mereka menghalalkannya pada suatu tahun dan mengharamkannya pada tahun yang lain, agar mereka dapat menyesuaikan dengan bilangan yang Alloh mengharamkannya maka mereka menghalalkan apa yang diharamkan Alloh…”

Hal itu menggambarkan betapa umat Yahudi selalu menghindarkan diri untuk melaksanakan ibadah dengan sempurna sesuai aturan Tuhan. mereka menginginkan puasa dilaksanakan selalu pada musim dingin atau musim bunga yang siangnya lebih pendek dari malam, berbeda dengan puasa pada musim panas, di samping suhu yang panas siang juga lebih panjang dari malam hari. Sehingga, puasa akan terasa sangat sulit dan melelahkan. 

Namun, begitulah hikmahnya Alloh memerintahkan puasa berdasarkan perjalanan bulan bukan matahari agar puasa dirasakan pada semua musim dan semua kondisi. Sebab, jika puasa berdasarkan perjalanan matahari, maka ibadah puasa akan selalu berada dalam satu keadaan. Jika tahun ini puasa di mulai pada musim panas, maka selamanya puasa akan berada pada musim panas. Berbeda dengan perjalanan bulan yang selalu berubah, di mana jika tahun ini puasa dilaksanakan pada musim panas, maka tahun depan atau beberapa tahun kemudian puasa akan dilaksanakan pada musim dingin atau semi dan seterusnya. Begitulah yang disebutkan Alloh swt, dalam surat Al-Baqoroh: 185 yang artinya “…karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu…”

Menurut para ahli tafsir, Musa dan kaum Yahudi telah melaksanakan puasa selama 40 hari (QS. Al-Baqoroh: 40). Salah satunya jatuh pada tanggal 10 bulan Muharrom yang dimaksudkan sebagai ungkapan syukur atas kemenangan yang diberikan oleh Alloh SWT dari kejaran Fir’aun. Puasa 10 Muharrom ini dikerjakan oleh kaum Yahudi Madinah dan Rosululloh saw menegaskan umat Islam lebih berhak berpuasa 10 Muharrom dari pada kaum Yahudi karena hubungan keagamaan memiliki kaitan yang lebih erat dibandingkan dengan hubungan kesukuan. Untuk membedakannya, Rosululloh saw kemudian mensyari’atkan puasa sunnah tanggal 9 dan 10 Muharrom, selain untuk membedakan puasa kaum Yahudi, juga ungkapan simbolik kemenangan kebenaran atas kebatilan.

Umat Yahudi juga diperintahkan berpuasa 1 hari pada hari ke-10 bulan ke-7 dalam hitungan bulan mereka selama sehari semalam. Sementara masyarakat Mesir kuno, Yunani, Hindu, Buddha, juga melaksanakan puasa berdasarkan perintah tokoh agama mereka.

Umat Nashroni juga berpuasa dalam hal-hal tertentu, seperti puasa daging, susu, telur, ikan, bahkan berbicara. Seperti yang pernah dilakukan Maryam ibu Nabi Isa as sebagaimana firman Alloh Swt dalam surat Maryam [19]: 26 yang artinya: “…Sesungguhnya aku telah bernazar berpuasa untuk Tuhan yang Maha Pemurah, maka aku tidak akan berbicara dengan seorang manusia pun pada hari ini".

Sebelum puasa Romadhon diwajibkan pada tahun ke-2 Hijriyah, Rosul SAW telah memerintahkan kaum Muslimin puasa Asyuro tanggal 9 dan 10 Muharrom. Namun begitu perintah puasa Romadhon tiba, puasa Asyuro menjadi puasa sunnah. Tingginya tingkat kesulitan dalam melaksanakan puasa Romadhon menjadikan syari’at ini turun belakangan setelah perintah haji, sholat, dan zakat. Wajar jika kemudian ayat-ayat tentang puasa Romadhon turun secara berangsung-angsur: Pertama, perintah wajib puasa Romadhon dengan pilihan. (QS. Al-Baqoroh: 183-184).

Kaum Muslimin boleh memilih berpuasa atau tidak berpuasa, namun mereka yang berpuasa lebih utama dan yang tidak berpuasa diharuskan membayar fidyah. Kedua, kewajiban berpuasa secara menyeluruh kepada kaum Muslimin, dengan pengecualian bagi orang-orang yang sakit dan bepergian serta manula yang tidak kuat lagi berpuasa (QS. Al-Baqoroh: 185).

Awal mulanya kaum Muslimin berpuasa sekitar 22 jam karena setelah berbuka mereka langsung berpuasa kembali setelah sholat Isya. Namun, setelah sahabat ‘Umar bin Khoththob mengungkapkan kejadian mempergauli istrinya pada satu malam Romadhon kepada Rosul SAW, turunlah QS. Al-Baqoroh: 187 yang menegaskan halalnya hubungan suami-istri di malam Romadhon dan ketegasan batas waktu puasa yang dimulai dari terbitnya fajar hingga terbenam matahari. Inilah syari’at puasa dalam Islam yang menyempurnakan tradisi puasa seluruh agama samawi yang ada sebelumnya.

Mengetahui sejarah puasa umat terdahulu penting untuk diketahui agar kita jangan mencontoh puasa umat lalu, seperti umat Yahudi yang memilih waktu puasa seenaknya bukan menurut aturan Alloh. Sebab, ibadah yang lakukan dengan “kelicikan” kerugiannya akan diderita oleh manusia itu sendiri. Kita juga harus menyadari bahwa puasa adalah ibadah yang pelaksanaannya menuntut keimanan dan kesadaran. Ibadah puasa adalah untuk manusia itu sendiri. Bukankah Alloh menegaskan bahwa tujuan puasa adalah untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Puasa akan menjadikan manusia berubah dari tingkat mukmin menjadi muttaqin.

Untuk bisa berubah ke arah dan bentuk yang lebih baik, bukan hanya manusia yang berpuasa, akan tetapi sebagian binatang pun ketika bermetamorfosis (mengubah wujud) juga berpuasa, seperti halnya kupu-kupu yang berubah dari ulat yang bentuk dan rupanya jelek dan berjalan melata, menjadi seekor kupu-kupu yang bersayap dan berwarna indah serta bisa terbang karena berpuasa.

Minggu, 10 Juli 2016

Islam Agama Paling Damai

Apa itu iman? Iman yang sempurna adalah bentuk pembenaran dari hati, diikrarkan dengan lisan, dan dibuktikan dengan amal keseluruhan.

Ketidakutuhan aspek iman adalah sebuah cacat bagi keimanan itu sendiri.

Iman adalah ketika setiap orang merasa aman baginya, nyaman, dan bermanfaat baginya.

Mukmin itu adalah orang yang menghadirkan rasa aman bagi sesama.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : (( مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ ، وَمَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ اْلآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ)). رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ.

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, dari Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda: “Barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barangsiapa beriman kepada Alloh dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Seorang mukmin bukan ancaman. Tidak membawa bahaya, tidak mengganggu, tidak membawa mafsadat, kerusakan-kerusakan pada orang lain.

Bahkan dalam hal berperang pun, Alloh membedahnya:

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci...” (QS. Al-Baqoroh [2]: 216)

Ayat ini turun untuk Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Al ‘allamah ‘Abdurrohman bin Nashir as-Sa’di dalam tafsirnya Taisir Karimirrohman fit Tafsiri Kalamil Mannan mengatakan, “Sifat sejati seorang mukmin: tidak suka berperang”. Jadi, jika ada orang yang suka perang, berarti dia bermasalah pada keimanannya.

Karena ayat ini turun untuk menegaskan kepada Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang imannya paling kuat, imannya paling mulia, iman yang paling indah tentang sifat dasar kaum mukmin yang sejatinya tidak menyukai perang. “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.”

Tetapi jika Alloh yang memerintahkan maka ilmu Alloh di atas ilmu kalian (orang mukmin), cinta kepada Alloh harus di atas kebencian kalian kepada perang itu.

...وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُون

“...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Alloh mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqoroh [2]: 216)

Maka tugas kita adalah mengikuti petunjuk Alloh swt.

Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah berpesan kepada sahabatnya Abu Dzar Al-Ghifari rodhiyallohu ‘anhu:
“Jangan sekali-kali engkau meremehkan perkara kebaikan walaupun hanya berwajah cerah ketika engkau bertemu dengan saudaramu.” (HR. Muslim)

Hadits di atas diberi judul oleh Al-Imam An-Nawawi rohimahulloh dalam syarohnya terhadap Shohih Muslim: “Disenanginya berwajah cerah ketika bertemu.”

Al-Qodhi Iyadh rohimahulloh berkata, “Hadits ini menunjukkan bahwa berwajah cerah/berseri-seri kepada kaum muslimin dan menunjukkan rasa senang kepada mereka merupakan perkara yang terpuji, disyari’atkan, dan diberikan pahala bagi pelakunya.”

Beliau rohimahulloh juga mengatakan, “Cukuplah bagi kita akhlak Nabi kita shollallohu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini dan sifat beliau yang Alloh subhanahu wa ta’ala sebutkan dalam Al-Qur’an, dan Alloh subhanahu wa ta’ala bersihkan beliau dari sifat yang sebaliknya seperti dalam tersebut dalam firman-Nya (yang artinya): “Sekiranya engkau bersikap keras, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali ‘Imron: 159) [Ikmalul Mu’allim bi Fawa’id Muslim, 8/106]

Masih dalam hadits yang disampaikan oleh Abu Dzar rodhiyallohu ‘anhu, Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Senyumanmu di wajah saudaramu (seagama) adalah sedekah.” (HR. At-Tirmidzi)

Maksud hadits di atas, engkau menampakkan wajah cerah, berseri-seri dan penuh senyuman ketika bertemu dengan saudaramu akan dibalas dengan pahala sebagaimana engkau diberi pahala karena mengeluarkan sedekah. (Tuhfatul Ahwadzi, kitab Al-Birr wash Shilah, bab Ma Ja’a fi Shona’i Al-Ma’ruf, ketika membahas hadits di atas)

Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Sholih Al-’Utsaimin rohimahulloh berkata, “Sepantasnya ketika seseorang bertemu saudaranya ia menunjukkan rasa senang dan menampakkan wajah yang manis/cerah serta bertutur kata yang baik. Karena yang demikian ini merupakan akhlak Nabi. Tentunya, sikap seperti ini tidak merendahkan martabat seseorang bahkan justru mengangkatnya. Ia pun mendapatkan pahala di sisi Alloh subhanahu wa ta’ala dan mengikuti sunnah Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam. Karena beliau selalu cerah wajahnya, tidak kusut ketika bertemu orang lain, dan beliau banyak melempar senyuman. Karena, itu sepantasnya seseorang berjumpa saudaranya dengan wajah yang cerah dan mengucapkan ucapan yang baik. Sehingga dengannya ia dapat meraih pahala, rasa cinta, dan kedekatan hati; di samping jauh dari sikap takabbur dan merasa tinggi dari hamba-hamba Alloh subhanahu wa ta’ala yang lain. (Syarhu Riyadhush Sholihin, 2/500)

Jumat, 08 Juli 2016

Sejarah Islam di Spanyol (1)

Suku Visigoth mendirikan kerajaannya sendiri ketika Kekaisaran Romawi runtuh pada 418 M. Mereka menguasai sebagian besar Perancis Tenggara (Aquitaine), sebuah daerah yang sangat subur yang sudah diolah oleh Romawi. Pada awalnya, suku Visigoth bertindak kurang lebih sebagai perwakilan pemerintah Romawi, menjaga keamanan bagi Romawi di Aquitaine. Namun seiring berjalannya waktu dan Romawi mulai melemah, suku Visigoth mulai bertindak sekehendak mereka sendiri. Ketika suku Vandal meninggalkan Spanyol menuju Afrika pada tahun 429 M, suku Visigoth mulai mengambil alih Spanyol. Mereka ternyata mengurus wilayah tersebut dengan lebih baik daripada suku Vandal.

Pada tahun 509 M bencana menimpa kerajaan Visigoth di Perancis Selatan (yang ketika itu dikenal sebagai Kerajaan Toulouse). Suku Franka, yang telah menguasai Perancis Utara, berupaya untuk menerobos ke Mediterania di bawah pimpinan raja muda mereka, Klovis. Salah satu alasan mengapa suku Visigoth bermusuhan dengan suku Franka adalah karena suku Visigoth penganut Kristen Arian sedangkan suku Franka penganut Katholik.

Setelah pertempuran besar di Vouillé, suku Franka menang dan suku Visigoth kalah, dan raja mereka juga terbunuh. Suku Franka merebut sebagian besar Perancis Selatan dan banyak orang Visigoth yang pindah ke Spanyol. Di sana mereka mendirikan ibukota yang baru di Toledo, sehingga kerajaan ini kemudian dikenal sebagai Kerajaan Toledo.

Di Spanyol, suku Visigoth dikuasai oleh suku Ostrogoth. Karena raja baru Visigoth -Amalarik- masih kecil, kakeknyalah yang berkuasa, Theodorik Orang Ostrogoth, bertindak sebagai wali untuknya. Setelah Amalarik dewasa, dia dibunuh sehingga terjadi perang saudara antara orang-orang yang ingin menjadi raja, yaitu antara Athanagild dan Agila. Athanagild yang kalah meminta kaisar Romawi Timur -Justinianus- untuk membantunya. Justinianus menanggapi dan segera mengirimkan pasukan yang berhasil membuat Athanagild merebut tahta dan membunuh Agila. Akan tetapi ketika Athanagild berterima kasih kepada pasukan Romawi dan mengatakan bahwa mereka boleh pulang, pasukan Romawi punya rencana lain. Mereka berniat merebut kembali Spanyol. Selama sekitar tujuh puluh tahun berikutnya, suku Visigoth berjuang untuk mengusir Romawi dari Spanyol.

Pada tahun 600 M suku Visigoth adalah satu-satunya kelompok penganut Arian di Mediterania dan pada akhirnya mereka pun berpindah menjadi penganut Katholik di bawah raja mereka, Rekkared.

Dari tahun 600 hingga 700 M, raja-raja Visigoth menjadi semakin lemah. Meskipun mereka berhasil mengusir Romawi, mereka tidak lagi memiliki kekuasaan yang besar. Mereka memberikan banyak tanah mereka kepada para pendukung mereka, dan mereka tidak cukup kuat untuk menarik banyak pajak.

Pada akhirnya pada tahun 711 M orang Arab dan Moor datang menyerang dari Afrika, menyeberangi Selat Gibraltar. Mereka berhasil merebut Spanyol dan menjadikannya bagian dari Kekhalifahan Islam.