Kamis, 08 Mei 2025

Wahyu Pertama dan Awal Dakwah

(Bagaikan) Berita Gembira di Suatu Pagi dan Terbitnya Kebahagiaan

Rosululloh saw. genap berusia 40 tahun. Saat itu dunia bagai berada di bibir jurang neraka. Perjalanan manusia melangkah cepat menuju kebinasaan. Pada saat itulah muncul kabar yang menggembirakan dan terbitnya kebahagiaan, yakni tibanya saat bi'tsah (diutus atau diangkatnya seorang rosul). Itulah Sunnatulloh yang berlaku pada saat dunia berada dalam keadaan sangat gelap dan telah lama merasakan penderitaan.

Kegelisahan dirasakan oleh Rosululloh saw. karena menyaksikan sikap jahiliyah kaumnya, khurofat dan penyembahan berhala, serta terbitnya bimbingan dan hidayah dari Sang Pencipta alam, Sang Pencipta langit dan bumi, kegelisahan yang mencapai puncaknya. Seakan-akan ada sesuatu yang mendorongnya, sehingga beliau menjadi senang menyendiri. Tidak ada yang lebih disukainya selain menyepi seorang diri. Beliau sering meninggalkan Makkah. Beliau meninggalkan rumah, merambah celah-celah bukit di Makkah, cekungan-cekungan dan lembah-lembahnya. Setiap batu dan pohon yang dilaluinya, berucap: “Assalamu 'alaika, ya Rosululloh!” (Salam sejahtera untukmu, wahai Utusan Alloh). Muhammad menoleh ke sekitarnya, ke sebelah kanan dan kirinya, serta ke belakangnya. Tapi ia tidak melihat siapa pun selain bebatuan dan pepohonan. Adapun permulaan wahyu dari Alloh adalah dalam bentuk ar-Ru'ya ash-Shodiqoh (mimpi yang benar) pada waktu beliau tidur. Beliau tidak menyaksikan apapun dalam mimpinya kecuali seperti cahaya di waktu shubuh.

Menyepi di Gua Hiro

Biasanya beliau menyepi di Gua Hiro. Beliau tinggal di sana beberapa malam berturut-turut dengan membawa bekal untuk itu. Beliau beribadah dan berdoa menurut cara agama Ibrohim yang lurus dan fitrah murni yang kembali kepada Alloh.

Bi'tsah (Pengangkatan Muhammad saw. sebagai Nabi dan Rosul)

Dalam satu kesempatan, datanglah kepada beliau hari yang telah ditetapkan sebagai waktu pengangkatan beliau sebagai utusan Alloh. Saat itu adalah tanggal 17 bulan Romadhon tahun ke-41 dari kelahiran beliau, bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610 Masehi.

Ketika itu beliau dalam keadaan terjaga dan sadar sepenuhnya. Malaikat mendatanginya saat beliau berada di Gua Hiro, seraya berkata, “Bacalah!” Beliau menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Rosululloh saw. menceritakan, “Ia (malaikat) menarik dan mendekapku hingga aku merasa kepayahan. Kemudian ia melepaskanku. Ia kembali berkata,'Bacalah!' Maka aku menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Ia kembali menarik dan mendekapku hingga aku merasa kepayahan. Kemudian ia melepaskanku kembali dan berkata, 'Bacalah!' Aku kembali menjawab, 'Aku tidak bisa membaca.' Ia kembali menarik dan mendekapku untuk ketiga kalinya hingga ia merasa kepayahan. Kemudian ia melepaskanku dnn mengatakan, 'Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia, yang mengajarkan dengan perantaraan qolam (pena), mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.' (al-'Alaq [96]: 1-5).”

Itulah hari pertama kenabian dan wahyu pertama dari Al-Quran.

Di Rumah Khodijah ra.

Rosululloh saw. merasa ketakutan karena belum pernah mendengar dan mengalaminya. Masa Fatroh (selang waktu vakum kenabian) memang berlangsung lama. Jarak antara masa Arab jahiliyah dan masa kenabian dan para Nabinya memang sangat jauh. Rosululloh saw. khawatir pada dirinya sendiri. Beliau pulang ke rumah dengan gemetar. Beliau berkata, “Selimuti aku! Selimuti aku! Aku sangat takut!”

Khodijah rodhiyallohu 'anha menanyakan apa sebabnya. Rosululloh saw. menceritakan kisahnya. Khodijah adalah seorang wanita yang cerdas dan mulia. Ia telah mendengar tentang kenabian, para nabi dan para malaikat. Ia sering berkunjung kepada Waroqoh bin Naufal, anak pamannya yang menganut agama Nasrani. Waroqoh bin Naufal telah membaca Al-Kitab, dan juga mendengar dari ahli Taurot dan Injil. Khodijah juga seorang yang mengingkari perilaku penduduk Makkah yang bertoiak belakang dengan fitrah manusia yang murni dan akal yang sehat.

Khodijah ra. adalah orang yang paling mengenal perilaku Rosululloh saw. karena kedudukannya sebagai istri; karena pergaulannya dengan beliau, serta lantaran ia mengetahui “luar dalam”-nya beliau. Khodijah telah menyaksikan perilaku Rosululloh saw. dan tabiatnya; sebagai suatu tanda yang menunjukkan bahwa beliau adalah laki-laki yang diberi petunjuk dan perlindungan oleh Alloh, laki-laki yang dipilih Alloh diantara seluruh makhluk-Nya, laki-laki yang perjalanan hidup dan perilakunya diridhoi oleh Alloh. Bahwa orang yang memiliki akhlak dan perjalanan hidup seperti beliau tidak perlu dikhawatirkan terkena pengaruh setan atau sentuhan dari jin. Semua gangguan itu tidak akan terjadi, karena ia mengetahui kebijaksanaan dan kasih sayang Alloh terhadap makhluk-Nya. Maka Khodijah ra. berkata dengan penuh kekuatan, keyakinan, keimanan, dan dukungan, “Tidak akan terjadi apa-apa! Demi Alloh, Dia tidak akan pernah mempermalukan engkau selamanya. Sungguh engkau benar-benar menyambung hubungan kasih sayang, meringankan beban orang-orang yang menderita, memberi orang yang kehilangan, menghormati tamu, dan selalu menolong atas dasar kebenaran.”

Di Hadapan Waroqoh bin Naufal

Khodijah mengatakan hal tersebut berdasarkan akal yang bersih, fitrah yang benar, pengalamannya dalam kehidupan dan pengetahuannya tentang manusia. Akan tetapi persoalannya lebih besar dari itu. Beliau memerlukan seseorang yang memiliki pengetahuan tentang agama dan sejarahnya, tentang kenabian dan tradisi-tradisinya, serta tentang ahii Kitab yang memiliki berita-berita para Nabi dan ilmu mereka.

Oleh karenanya, ia merasa perlu untuk meminta bantuan kepada anak pamannya yang alim, Waroqoh bin Naufal. Khodijah ra. menemuinya bersama Rosululloh saw.

Rosululloh saw. menceritakan apa yang telah dialaminya. Waroqoh bin Naufal berkata, “Demi Dzat yang diriku berada dalam kekuasaan-Nya. Sesungguhnya engkaulah Nabi umat ini. Sesungguhnya engkau telah didatangi An-Namus al-Akbar, yang pernah datang menemui Musa. Dan, sesungguhnya kaummu akan mendustakanmu, menyakitimu, mengusirmu, bahkan akan memerangimu.”

Rosululloh saw. merasa heran ketika Waroqoh bin Naufal mengatakan “sesungguhnya mereka akan mengusirmu”, karena beliau mengetahui kedudukannya di hadapan kaum Quroisy. Mereka tidak memanggilnya dan tidak berbicara dengannya kecuali dengan panggilan “ash-Shodiq” (orang yang jujur) atau “al-Amin” (orang yang terpercaya). Maka beliau bertanya dengan penuh keheranan, “Apakah mereka benar-benar akan mengusirku?”

Waroqoh bin Naufal menjawab, “Benar. Tidak seorang pun yang membawa seperti apa yang engkau bawa, kecuali akan dimusuhi dan diperangi oleh manusia. Seandainya aku menemui saat itu, dan usiaku panjang, niscaya aku akan menolongmu dengan sekuat tenaga.”

Setelah jeda beberapa lama, maka wahyu pun turun berturut-turut. Maka mulailah Al-Quran diturunkan.

Islamnya Khodijah ra. dan Akhlaknya

Khodijah ra. beriman kepada Muhammad saw. Ia adalah orang pertama yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya. Ia selalu membantu di samping suaminya, meringankan kesedihannya, dan menganggap ringan terhadap orang-orang yang akan menghalangi suaminya.

Islamnya 'Ali bin Abi Tholib dan Zaid bin Haritsah ra.

Kemudian 'Ali bin Abi Tholib masuk Islam. Ketika itu ia berusia sepuluh tahun dan dalam asuhan Rosululloh saw. sejak seberum Islam. Beliau mengambilnya dari Abu Tholib pada masa-masa sulit, dan mengajak hidup bersamanya. Zaid bin Haritsah juga masuk Islam. Ia adalah pelayan beliau yang diangkat sebagai anak.

Keislaman mereka merupakan kesaksian orang-orang yang paling dekat dengan Rosululloh saw. mereka adalah orang yang paling mengenal beliau, paling tahu tentang kejujuran, keikhlasan, dan kesempurnaan perilaku beliau. Anggota keluarga memang yang paling mengetahui apa yang ada di dalamnya.

Islamnya Abu Bakar bin Abi Quhafah dan Keutamaannya dalam Dakwah

Abu Bakar bin Abi Quhafah masuk Islam. Ia adalah seorang yang memiliki kedudukan di kalangan suku Quroisy lantaran kepintaran, harga diri, dan kesederhanaannya. Ia kemudian menampakkan keislamannya. Ia seorang laki-laki yang penyayang dan mudah bergaul. Ia mengetahui nasab-nasab Quroisy dan kisah-kisahnya. Ia seorang pedagang dan memiliki moral yang baik. Maka mulailah ia berdakwah, mengajak beriman kepada Alloh dan masuk agama Islam. Ia mengajak orang-orang dari kaumnya yang tsiqoh (percaya) kepadanya, yang biasa bergaul dengannya.

Islamnya Para Pembesar Quroisy

Dengan dakwah yang dilakukan oleh Abu Bakar, maka beberapa pembesar Quroisy masuk Islam. Mereka memiliki kedudukan dan kepemimpinan. Diantara mereka adalah 'Utsman bin 'Affan, Zubair bin al-'Awwam, 'Abdurrohman bin 'Auf, Sa'ad bin Abu Waqqosh, Tholhah bin 'Ubaidillah. Mereka mendatangi Rosululloh saw. menyatakan keislamannya.

Mereka diikuti oleh beberapa tokoh Quroisy yang memiliki kemuliaan dan kedudukan: Abu 'Ubaidah bin al-Jarroh, Al-Arqom bin Abil Arqom, 'Utsman bin Mazh'un, 'Ubaidah bin Al-Harits bin 'Abdul Mutholib bin 'Abdu Manaf, Sa'id bin Zaid, Khobbab bin Al-Arots, 'Abdulloh bin Mas'ud, Ammar bin Yasir, Shuhaib dan lain-lain rodhiyallohu 'anhum.

Dan, orang-orang pun masuk Islam, laki-laki dan perempuan, sehingga penyebutan Islam menjadi umum di Makkah dan menjadi perbincangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar