Para sarjana Muslim berhasil merekam sifat-sifat Nabi dalam karya-karya khusus, selain juga terekam di kitab-kitab hadits secara umum.
Rosululloh memiliki fisik dan akhlak terindah dibanding siapapun. Fisik Rosululloh sebaik-baiknya fisik, akhlak Rosululloh sebaik-baiknya akhlak.
Membicarakan keindahan fisik Rosululloh SAW, tidak jarang kita terhalang untuk merasakan keindahan itu. Keindahan tinggi badan beliau, warna kulit, rambut, cara jalan beliau, dan keindahan fisik lainnya.
Persepsi yang hadir dan terbayang dalam benak kita adalah persepsi rupa (forma) hasil cerapan objek empiris yang pernah kita rasakan dan kita alami.
Persepsi seperti ini tidak bisa digunakan untuk membayangkan keindahan yang belum pernah dialami.
Karenanya para ulama melarang membuat film dengan menampilkan peran pengganti Nabi.
Sosok pengganti tidak akan mampu mewakili keindahan fisik baginda Nabi. Alih-alih menampilkan keindahan, justru berpeluang besar menurunkan kualitas keindahan fisik Nabi.
Tirai penghalang antara realitas nyata dengan apa yang terbayang dalam benak kita dapat kita lacak muasalnya dengan psikologi-kognisi dalam tradisi Islam.
Di dalam psikologi-kognisi Islam dikatakan, bahwa manusia memiliki 2 indera; indera luar dan indera dalam.
Indera luar meliputi indera penglihatan, pendengaran, perasa, penyentuh, dan penciuman. Indera dalam (batin) memiliki 5 fakultas (quwwah); 1) fakultas Hiss Musytarok, 2) Mushowwiroh, 3) Mutakhoyyilah, 4) Wahimah, 5) fakultas Hafizhoh.
Fakultas mushowwiroh bekerja mengabstraksi (merangkai) hasil tangkapan hiss musytarok (common sense) yang lebih dulu bekerja.
Hasil dari abstraksi adalah rupa objek empiris (forma) yang selanjutnya disimpan di potensi mutakhoyyilah (representasi).
Fakultas mutakhoyyilah berisikan berbagai forma (rupa) hasil bentukan fakultas mushowwiroh atas objek cerapan hiss musytarok (الحس المشترك).
Informasi-informasi rupa (forma) ini selanjutnya akan digunakan dan ditindaklanjuti oleh quwwah wahimah (estimasi), sesuai dengan tujuan penggunanya.
Berkhayal berarti menggerakkan jiwa terhadap informasi-informasi empiris yang tersimpan di lumbung mutakhoyyilah.
حركة النفس في المحسوسات
Manusia dapat berkhayal karena punya simpanan informasi empiris di mutakhoyyilah. Semakin banyak simpanan informasi, semakin kuat daya khayalnya.
Konsep di atas sejalan dengan apa yang dituturkan Nabi, bahwa berita tidak sama dengan pengalaman.
ليس الخبر كالمعاينة
Dari penjelasan di atas, dapat dipahami jika pembaca Asy-Syamail kesulitan mencapai hakikat keindahan Nabi, karena pembaca belum punya simpanan informasi empiris yang sama dengan Nabi.
Kita hanya mencoba
menerka-nerka keindahan fisik beliau berdasar bekal informasi yang pernah kita
alami.
Satu cara untuk sampai pada keindahan Nabi melalui jalur mimpi. Pertemuan dengan Rosululloh di dalam mimpi benar adanya; karena setan tidak mampu menyerupai Nabi.
Dari semua keterbatasan yang kita miliki, di saat terbayang fisik dan akhlak Nabi, sesungguhnya Nabi lebih indah dari yang kita bayangkan.
Wallohu a’lam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar