Saat ini, banyak sekali pasangan muda yang belum lama menikah akhirnya bercerai. Fenomena seperti itu kian meningkat. Padahal waktu mereka berpacaran, sepertinya tidak ada masalah. Namun setelah memasuki dunia pernikahan banyak hal yang mereka temui, bahkan mungkin hal-hal sepele, yang menjadi pemicu keretakan dalam rumah tangga. Ternyata pada saat “penjajakan”, masing-masing dari mereka tidak sempat mengenali pasangannya dari sudut pandang pengasuhan. Mereka tidak menyadari bahwa di dalam diri pasangan atau diri mereka sendiri, terdapat jiwa-jiwa Peter Pan dan Cinderella.
Apa itu Sindrom Peter Pan?
Peter Pan adalah seorang tokoh dalam cerita anak-anak yang ditulis JM Barrie (1860-1937), seorang sastrawan dari Skotlandia. Peter Pan digambarkan sebagai karakter bocah lelaki nakal yang bisa terbang dan secara magis menolak menjadi dewasa.
Watak Peter Pan yang serba kekanak-kanakan ini oleh Dan Kiley (1983) dijadikan sebuah “penyakit” psikologis, yang disebut sindrom Peter Pan. Sindrom Peter Pan ditujukan untuk orang dewasa yang secara sosial tidak menunjukkan kematangan. Sindrom ini lazim diderita kaum lelaki yang secara psikologis, seksual, dan sosial menunjukkan perilaku yang keluar dari pengasuhan.
Sindrom tersebut memakai nama Peter Pan, karena memang Peter Pan ‘menolak’ menjadi dewasa karena tak mau kehilangan masa kanak-kanaknya. Karena itu sangat sesuai untuk menggambarkan laki-laki dewasa yang masih bersifat kekanak-kanakkan.
Apa ciri-ciri orang yang mengalami sindrom Peter Pan?
– tidak sudi/cenderung tidak bertanggung jawab
– suka melawan
– sulit berkomitmen
– manja
– tidak suka bekerja keras
– pemarah (mudah marah jika keinginannya tak terpenuhi), suka mengamuk
– cinta diri sendiri secara berlebihan (narsis)
– mengalami ketergantungan pada orang lain/dependency (bahkan hingga hal-hal yang kecil)
– senang memanipulasi (manipulativeness), jago ‘bicara’ untuk membuktikan bahwa dia yang benar
– memiliki keyakinan yang melampaui hukum-hukum dan norma masyarakat.
– enggan untuk hidup sendiri dan selalu merasa sendiri
– tidak berani mengambil keputusan dan menanggung resiko
– mudah sakit hati
– tidak bisa menerima kritikan
– kurang percaya diri
– menolak berhubungan dengan lawan jenis
– pemberontak
Salah satu penyebab munculnya sindrom ini adalah akibat pola asuh yang tidak sengaja salah semasa kanak-kanak. Misalnya kalau anak melakukan kesalahan, orang tua selalu membelanya. Orang tua terlalu melindungi anaknya, selalu turun tangan dalam setiap masalah anaknya, terlalu menuruti permintaan anak. Akibatnya meski sudah dewasa tetap saja seperti anak anak. Hal ini bisa difahami, karena kepribadian seorang anak, 80% dipengaruhi oleh lingkungannya (lingkungan terdekat seorang anak adalah kedua orang tuanya), dan hanya 20% dipengaruhi oleh faktor keturunan (genetik).
Seorang laki-laki yang mengalami sindrom Peter Pan, sangat membutuhkan seorang istri yang bersifat seperti ibunya. Layaknya seorang ibu yang akan menyayangi, melindungi, dan melayani anaknya. Jika ia tidak mendapatkan sosok istri yang seperti itu, ia akan sangat mudah untuk membanding-bandingkan istrinya, dan merasa istrinya tidak bisa mengurusinya sebagai suami, dan ia akan sering kali ‘pulang’ dan bermanja-manja kepada ibunya.
Apa itu Cinderella Compleks?
Seperti yang telah kita ketahui, Cinderella mengambarkan tokoh dalam film kartun anak-anak, yang semasa kecilnya hidup bahagia bersama ayah dan ibunya. Namun menjelang remaja, kehidupannya berubah karena, ibu kandungnya meninggal dan ayahnya menikah dengan wanita lain. Setelah ayahnya menikah, kehidupan Cinderella menjadi sangat tidak bahagia. Karena ibu dan 2 saudara tirinya itu sangat membenci Cinderella. Kehidupan Cinderella menjadi sangat pahit, menyebabkan ia merindukan sosok lelaki seperti ayahnya yang akan melindungi dan menyayangi dirinya.
Istilah sindrom Cinderella Complex menggambarkan sebuah ketakutan tersembunyi pada perempuan untuk mandiri. Karena yang ada dalam pikiran mereka adalah keinginan untuk selalu diselamatkan, dilindungi, dan tentunya disayangi oleh “sang pangeran”.
• Dalam keseharian, “penyakit psikologis” ini biasa disebut dengan Syndrom Umur 20, Syndrom Umur 21, Syndrom Umur 22, Syndrom Umur 23, dan seterusnya sepanjang si perempuan itu addicted dengan khayalan akan bertemu dengan pangeran impiannya sebagaimana yang terjadi di dalam dongeng Cinderella.
Seorang wanita yang mengalami Cinderalla Compleks, sangat membutuhkan seorang suami yang bersifat seperti ayahnya, yang dewasa, mengayomi, dan selalu melindungi.
Anda-kah orang tua yang menumbuhkan jiwa Peter Pan dan Cinderella pada jiwa anak?
Seperti apa pola pengasuhan orang tua yang menyebabkan anak memiliki jiwa Peter Pan dan Cinderella?
» Ortu yang selalu melindungi
» Ortu yang membiarkan anak bermanja-manja secara berlebihan
» Ortu yang tidak membangun jiwa BMM (Berfikir-Memilih-Mengambil Keputusan)
Mengapa bisa demikian?
» Ortu tidak siap menjadi ortu
» Ortu yang kehidupannya dahulu sangat susah, sehingga kini memiliki ‘dendam positif’ ingin memanjakan anak dengan berbagai kemudahan
» Ayah-Ibu dengan pengasuhan bertentangan. Ayah mau A, Ibu mau B. Tidak pernah kompak, sehingga anak menjadi bingung.
» Ortu yang lama sekali baru dikaruniai seorang anak.
Jika sudah terlanjur, harus bagaimana?
» Laki-laki yang mengalami sindrom Peter Pan tidak akan mengalami kesulitan dalam pernikahannya, jika mendapatkan istri dengan karakter keibuan.
» Begitu pula sebaliknya, bagi sang ‘Cinderella’ yang mendapatkan suami dengan karakter ke‘ayah’an yang kuat.
» Untuk istri-istri yang jadi ibu bagi Peter Pan harus memahami mengapa suaminya bersifat kekanak-kanakan, harus mau berkorban dan ‘tega’ untuk membentuk kembali jiwa kemandiriannya.
» Untuk suami-suami yang jadi ayah bagi Cinderella juga harus memahami mengapa ia bersikap seperti itu dan ajak bicara secara baik-baik.
Bagaimana menghilangkan ‘penyakit psikologis’ tersebut?
– Harus ada keinginan dalam diri sendiri untuk berubah
– Lingkungan harus mendukung
– Jika diperlukan terapi, mengapa tidak?
– Minta pertolongan kepada Allah.
Pesan
Anak-anak kita kelak akan tumbuh menjadi orang dewasa yang akan memasuki dunia pernikahan dan memiliki kehidupan rumah tangga sendiri. Pengasuhan kita kepada mereka sangat berpengaruh bagi perkembangan jiwa-jiwa mereka. Apakah anak lelaki kita akan tumbuh menjadi orang dewasa dengan jiwa yang kekanak-kanakan? Apakah anak perempuan kita akan tumbuh menjadi orang yang merindukan ‘pangeran’? Semuanya tergantung pada pengasuhan kita. Jika kita merindukan anak-anak kita kelak tumbuh menjadi orang yang dewasa sesungguhnya, maka marilah kita buat pengasuhan dalam rumah-rumah kita menjadi lebih baik.
-Elly Risman-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar