Kamis, 03 Maret 2016

Siapakah Qonthuro’ Itu?

“Akan ada segolongan kaum dari umatku yang menetap di sebuah daerah yang mereka namakan Bashroh, di sisi sebuah sungai yang disebut Dijlah (Dajlah), dan di atas sungai itu ada sebuah jembatan. Penduduk daerah itu akan bertambah banyak, dan ia akan menjadi salah satu negeri dari negeri-negeri orang-orang yang berhijrah. [Perowi Muhammad ibnu Yahya berkata: Abu Ma’mar meriwayatkan dengan mengatakan: negeri-negeri kaum muslimin].

Kelak di akhir zaman Bani Qonthuro’ yang berwajah lebar dan bermata sipit akan datang menyerbu, sehingga mereka mencapai tepian sungai Dajlah. Pada saat itulah penduduk daerah itu akan terpecah menjadi tiga kelompok. Satu kelompok mengikuti ekor sapi (menuntun binatang mereka) dan menyelamatkan diri ke pedalaman, Mereka akan binasa. Satu kelompok lainnya memilih menyelamatkan dirinya dengan jalan memilih kekafiran. Adapun kelompok terakhir menempatkan keluarganya di belakang punggung mereka dan bertempur melawan musuh. Mereka itulah orang-orang yang akan mati syahid,” (HR. Ahmad).

Dalam lafal yang lain diterangkan bahwa sisa-sisa kelompok umat Islam yang berperang ini akan mampu mengalahkan Bani Qonthuro’:

“Adapun satu kelompok yang terakhir menempatkan keluarganya di belakang punggung mereka dan mereka maju berperang menyongsong musuh. Orang-orang yang terbunuh di antara mereka adalah orang-orang yang mati syahid, dan Alloh akan melimpahkan kemenangan kepada mereka melalui orang-orang yang tersisa, (Lihat: An Nihayah fil Fitan Wal Malahim).

Inikah bani Qonthuro yang akan menggempur Bashroh?

Bashroh adalah sebuah kota yang dibangun oleh sahabat ‘Utbah bin Ghozwan pada masa penaklukkan Persia di zaman pemerintahan kholifah 'Umar bin Khoththob. Imam Syamsul Haq ‘Azhim Abadi mengutip penjelasan imam al-Asyrof bahwa yang dimaksud dengan Bashroh dalam hadits ini adalah Baghdad yang mendapat julukan negeri kedamaian (madinat al-salam). Alasannya, Dajlah adalah sebuah sungai, sementara jembatan Dajlah tersebut berada di tengah (atas) sungai Dajlah, bukan di tengah kota Bashroh sendiri.

Nabi menyebutkan daerah tersebut dengan nama Bashroh, mengingat di luar kota Baghdad —tepatnya di dekat pintu gerbang masuk kota Baghdad— terdapat sebuah tempat yang disebut Bab Bashroh, pintu gerbang Bashroh. Jadi, Nabi menunjuk kota Baghdad dengan menyebutkan satu bagian darinya. Beliau menyebut nama Bashroh, namun yang beliau maksudkan adalah Bab Bashroh, pintu gerbang Bashroh.

Pada masa Nabi, Baghdad belumlah berwujud seperti keadaannya hari ini. Bahkan nama Baghdad sendiri juga belum ada. Saat itu ia tak lebih dari sebuah daerah pedalaman dalam kekuasaan imperium Persia yang begitu luas. Oleh karenanya dalam hadits ini Rosululloh saw menyebutkan bahwa pada masa yang akan datang ia akan menjadi salah satu negeri kaum muslimin. “…dan ia akan menjadi salah satu negeri dari negeri-negeri kaum muhajirin (dalam riwayat Abu Ma’mar: negeri-negeri kaum muslimin).” demikian sabda beliau.

Siapa Sebenarnya Bani Qonthuro’?
Hadits di atas menjelaskan dua ciri fisik Bani Qonthuro’, yaitu wajah yang lebar dan mata yang sipit. Apabila dua sifat fisik ini dikaitkan dengan hadits-hadits shohih lainnya yang menjelaskan identitas bangsa yang mempunyai ciri-ciri fisik serupa, akan nampak jelas bahwa yang dimaksud dengan Bani Qonthuro’ dalam hadits ini adakah bangsa Turk. Hadits-hadits shohih yang menerangkan hal ini, antara lain adalah:

Dari Abu Huroiroh bahwasanya Rosululloh saw bersabda,

“Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin berperang melawan bangsa Turk, yaitu sebuah kaum yang wajah mereka bagaikan perisai yang berlapis, mereka memakai pakaian yang terbuat dari bulu, dan memakai alas kaki yang juga terbuat dari bulu.”

Hadits di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan bani Qonthuro’ adalah bangsa Turk. Imam al-Bukhori sendiri menempatkan hadits shohih ini dalam bab “Qital al-Turk”, perang melawan bangsa Turk. Begitu pula Imam Ahmad, Abu Daud, Abu Bakr bin Syaibah, dan para ulama lain menempatkan hadits tentang Bani Qonthuro’ di atas dalam kumpulan hadits yang membahas perang umat Islam melawan bangsa Turk. Salah seorang perowi dalam riwayat Ahmad, yaitu al-‘Awwam bin Hausyab dengan tegas menyimpulkan hal ini.

Bangsa Turk yang dimaksudkan dalam hadits ini, wallohu a’lam bi-showab, tidak terbatas pada penduduk sebuah negera yang kini dikenal dengan nama internasional Republik Turki semata. Sekalipun Republik Turki hari ini adalah sebuah negara sekuler yang didirikan oleh Musthafa Kamal Al-Yahudi, namun mayoritas penduduknya adalah kaum muslimin. Padahal hadits-hadits shohih di atas menyebutkan bahwa bangsa Turk yang memerangi kaum muslimin di akhir zaman adalah orang-orang kafir.

Dalam menjelaskan tentang pasukan yang akan menyertai Dajjal, al Hafidz Ibnu Katsir menyebutkan bahwa “Menurut lahirnya -wallohu a’lam- yang dimaksud dengan Tark itu adalah pembantu-pembantu Dajjal.” Hal ini juga dikuatkan dengan riwayat lain dari Abu Huroiroh: “Tidaklah datang kiamat sehingga kamu memerangi bangsa Khouz dan Kirman dari orang-orang Ajam yang wajahnya merah, hidungnya pipih (pesek), ma­tanya sipit, wajahnya seperti tembaga, dan sepatunya beludru. Penjelasan di atas menyebutkan bahwa kelak bangsa Turk atau bani Qonthuro juga termasuk yang akan bergabung dengan pasukan Dajjal di akhir zaman. Ini semakin menguatkan bahwa Bani Qonthuro atau bangsa Turk bukanlah penduduk Turki hari ini yang mayoritas beragama Islam. Bila mereka termasuk pembantu setia Dajjal, maka kedekatan mereka dengan Yahudi secara ideologi dan kebangsaan juga semakin meyakinkan.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar