Percaya pada Nabi dan Rosul serta hari kiamat merupakan rukun iman, karenanya kita sebagai muslim wajib mempercayainya. Pada suatu ketika Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam pernah berkhutbah dengan suara yang begitu keras dan terlihat seperti sedang meneriaki sebuah pasukan. Lalu Rosululloh bersabda:
بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةَ كَهَاتَيْنِ
“Jarak antara pengutusanku dan hari kiamat bagaikan dua jari ini.”
[Kemudian beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam berisyarat dengan jari tengah dan jari telunjuk]
(HR. Muslim no. 7597)
Sudah kewajiban kita sebagai umat muslim untuk percaya bahwa kiamat sudah semakin dekat. Tanda-tanda kecil kiamat seperti maraknya perzinahan, fitnah, dan bahkan percintaan sesama jenis.
Tanda-tanda kiamat besar salah satunya adalah turunnya Imam Mahdi yang menandakan dimulainya perang akhir zaman. Ketika Imam Mahdi muncul, setiap orang yang beriman harus berbaiat padanya, lalu Imam Mahdi menyerukan jihad kepada seluruh muslim. Pada saat itu seluruh muslim wajib berjihad sesuai dengan kemampuan masing-masing, yang menolak akan menjadi kafir.
Salah satu bentuk persiapan yang wajib dilakukan seorang muslim adalah dengan ber-i’dad seperti yang disebutkan dalam ayat berikut:
Alloh berfirman,
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ
Persiapkanlah untuk menghadapi mereka, segala kekuatan yang kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Alloh dan musuhmu (QS. al-Anfal: 60)
Dari Abu Huroiroh bahwa Rosululloh SAW bersabda: “Barangsiapa mati, sedang ia tidak pernah berjihad dan tidak mempunyai keinginan untuk jihad, ia mati dalam satu cabang kemunafikan.” Muttafaq ‘Alaihi.
Dari Anas bahwa Nabi SAW bersabda: “Berjihadlah melawan kaum musyrikin dengan hartamu, jiwamu, dan lidahmu.” Riwayat Ahmad dan Nasa’i. Hadits shohih menurut Hakim.
Bentuk dari persiapan berperang adalah dengan melatih fisik agar menjadi kuat, salah satunya adalah dengan belajar beladiri. Beladiri yang dipelajari haruslah sesuai dengan syari’at. Dikutip dari perkataan Ustadz Ammi Nur Baits (dewan pembina Konsultasisyariah.com), beladiri yang sesuai syariat haruslah:
Beladiri hanyalah sebagai olah raga dan permainan. Jangan jadikan beladiri sebagai sebab membenci seseorang hanya karena berbeda aliran. Ini sesuai dengan sabda Rosululloh:
Dari Jundub bin ‘Abdillah al-Bajali rodhiyallohu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عِمِّيَّةٍ يَدْعُو عَصَبِيَّةً أَوْ يَنْصُرُ عَصَبِيَّةً فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ
“Siapa yang terbunuh karena latar belakang yang tidak jelas, menghidupkan semangat kesukuan atau membela kelompok, maka dia mati dalam kondisi jahiliyah.” (HR. Muslim 1850).
Ini tentu berbeda dengan realita yang ada di masyarakat, dimana permusuhan atau benci bisa muncul hanya karena berbeda golongan walaupun mereka sesama muslim. Sementara yang diajarkan dalam Islam adalah loyalitas dan persatuan atas iman dan takwa.
Alloh berfirman,
إِنَّمَا الْمُؤْمِنونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ
“Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu.” (QS. al-Hujurot: 10)
Menyikapi perbedaan aliran dalam beladiri antar sesama muslim haruslah disikapi dengan sikap positif, sikap saling mendukung jika memang tujuannya adalah ridho Alloh semata, bukan malah saling berselisih.
Hindari semua yang berbau kesyirikan atau mempersekutukan Alloh. Banyak ditemukan di masyarakat beladiri yang menggunakan pernapasan ditambah dengan amalan-amalan tertentu. Amalan-amalan tersebut umumnya bertujuan untuk membuat sakti. Kesaktian yang didapatkan bisa berupa tubuh kebal pukul, menjatuhkan lawan dari jauh, bertarung dengan mata tertutup dan sejenisnya. Dikatakan syirik adalah dengan menggunakan kaidah: “mengambil sebab yang bukan sebab, itu kesyirikan.”
Maksudnya adalah ketika ingin mendapatkan sesuatu namun cara yang digunakan tidak logis, misal ingin tahan pukul lalu melakukan ibadah tertentu sebagai syarat untuk mendapatkannya. Seperti yang biasa terjadi pada beladiri di masyarakat, contohnya adalah:
Menggunakan jimat. Kalau dalam sebuah perguruan dikatakan jika sudah mencapai tingkatan tertentu maka akan mendapatkan jimat, baik berupa cincin, sabuk, gelang, kalung atau apapun bendanya, sebaiknya Anda menghindarinya. Apalagi jika cara untuk mendapatkan benda-benda tersebut harus melalui amalan-amalan tertentu seperti wirid, puasa, semedi di kuburan atau tempat keramat, bahkan hingga sholat tahajud di malam Jum’at. Walaupun dibungkus dengan ibadah, pada hakikatnya ritual itu bertujuan untuk mendatangkan jin yang akan membantunya. Menawarkan ilmu kanuragan. Apapun metode ataupun cara yang digunakan untuk mendapatkan ilmu kanuragan adalah termasuk dalam kategori sihir. Meskipun menggunakan cara-cara seperti wirid, dzikir, amalan, suluk, dan yang lainnya. Karena yang demikian merupakan ibadah dalam rangka pemujaan terhadap jin atau setan.
Latihan pernapasan dengan ditambah dzikir atau wirid tertentu. Dengan tujuan yang tidak masuk akal, seperti dapat memukul lawan dari jauh maupun bisa kebal pukulan atau senjata. Dibilang tidak masuk akal karena memang diluar kemampuan manusia. Struktur pembentuk kulit manusia tidak mampu menahan tajamnya senjata kecuali jika memiliki kulit bersisik seperti buaya.
Mendapatkan kemampuan telepati antara guru dan murid. Bisa terhubung jalinan batin yang kuat, seperti dengan menyebut nama guru atau mengingat wajah guru dapat menjadi sumber kekuatan.
Prinsip beladiri adalah olahraga murni dengan latihan fisik, jauhkan semua bentuk ibadah, suluk, amalan dan ideologi.
Hindari bentuk salam yang dilarang, misalnya dengan membungkuk seperti orang rukuk, baik kepada guru maupun kepada teman seperguruan. Rosululloh bersabda:
Syaikhul Islam mengatakan,
وأما الإنحناء عند التحية: فينهى عنه، كما في الترمذي عن النبي صلى الله عليه وآله وسلم أنهم سألوه عن الرجل يلقى أخاه ينحني له؟ قال : لا) ولأن الركوع والسجود لا يجوز فعله إلا لله عزوجل
“Membungkuk ketika memberi salam hukumnya terlarang.” Sebagaimana diriwayatkan Turmudzi dari Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, bahwa para sahabat bertanya, jika ada orang yang ketemu temannya, bolehkah dia membungkuk? Jawab Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam, ‘Tidak boleh.’ Karena rukuk dan sujud tidak boleh dilakukan kecuali untuk Alloh. (Majmu’ Fatawa, 1/377)
Tentunya beberapa beladiri mengajarkan untuk rukuk maupun sujud, sebaiknya hindari gerakan-gerakan seperti itu.
Jangan sombong, jangan sampai kemampuan Anda membuat hati menjadi sombong. Bisa jadi setan memanfaatkan kondisi Anda untuk menjadikan ada seorang yang zholim.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَكُونُوا عَوْناً لِلشَّيْطَانِ عَلَى أَخِيكُمْ
“Janganlah kalian menjadi penolong bagi setan untuk menzholimi saudara kalian.” (HR. Ahmad 4252 dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).
Karenanya Anda harus memiliki kepandaian dalam menjaga emosi, terlebih ketika Anda sudah ahli dalam beladiri.
Saya rasa Anda pasti manggut-manggut mendengar penjelasan di atas. Itu wajar saja, karena hal tersebut jamak ditemui di sekitar kita. Karena beladiri tidak hanya menanamkan kemampuan fisik dan mental, namun juga menanamkan ideologi.
Itulah mengapa sebaiknya Anda berlatih beladiri yang sesuai dengan syariat Islam, karena ideologi yang ditanamkan adalah murni untuk mencari ridho dari Alloh subhanahu wa ta‘ala. Ideologi ini dapat menghindarkan Anda dari rasa sombong atau rasa ingin mencari yang terkuat, karena sebaiknya sesama muslim berlomba-lomba dalam kebaikan ( فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ).
.:: Mengenal Thifan Po Khan, Kung fu Muslim yang Berumur Lebih dari 10 Abad
Thifan Po Khan (kepalan tangan bangsawan) adalah beladiri yang dikembangkan oleh suku-suku muslim di dataran Cina. Singkatnya, Thifan Po Khan merupakan Kung Fu muslim yang dikhususkan untuk kalangan bangsawan.
Ada beberapa macam sejarah yang penulis temukan mengenai asal-usul dari Thifan. Diantaranya:
Sejarah Versi 1:
Thifan Po Khan merupakan perpaduan dari berbagai macam beladiri dari suku-suku muslim di dataran saldsyuk (seljuk) Cina. Pada saat Islam mulai menyebar ke kawasan Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara, kaum muslimin di daerah ini mempelajari beladiri masyarakat setempat.
Pada waktu itu, seorang bangsawan dari suku Tayli yang bernama Je’nan menghimpun berbagai macam ilmu beladiri yang tersebar dari taran Saldsyuk sampai dataran Cina. Bersamaan dengan para pendekar muslim lainnya yang memiliki berbagai keahlian beladiri seperti gulat Mogul, Tatar, Saldsyuk, silat Kittan, Tayli, lalu mereka membentuk sebuah aliran baru yang bernama Shurul Khan.
Dari beladiri bernama Shurul Khan ini lalu terbentuk lagi berbagai aliran seperti: Naimanka, Kraiddsyu, Suyi, Syirugrul, Namsuit, Bahroiy, Tae Fatan, Orluq, dan Payuq. Ke-9 aliran tersebut lalu diteliti dan diolah sehingga akhirnya menjadi cikal bakal lahirnya Thifan Po Khan.
Sejarah Versi 2:
Thifan adalah nama dari salah satu daerah jajahan Cina yang terletak di Negeri Turkistan Timur, daerah ini kemudian diganti namanya menjadi Sin Kiang yang berarti Negeri Baru (Turkistan: Negeri Islam yang Hilang, DR. Najib Kalilany).
Namun jika dilihat pada peta dunia, yang akan ditemukan adalah nama Turfan, yaitu daerah otonomi wilaya Cina Utara.
Wilayah Turkistan Barat dijajah oleh Rusia dan akhirnya menjadi bagian dari Uni Soviet. Sebelum Islam sampai ke tempat ini, daerah ini memiliki beberapa suku asli seperti: Tayli, Kimak, Doghan, Oirat, Kitan, Mongol, Naiman, dan Kati.
Suku-suku tersebut memiliki ilmu beladiri purba berbentuk gumulan, sepak tinju, kagrul (permainan senjata) dan dipadukan dengan kampa (pengaturan napas).
.:: Thifan Masuk ke Indonesia
Sekitar abad ke-16, Raja dari Kerajaan Aceh yang bernama Sultan Malik Muzafar Syah mendatangkan para pelatih Thifan asal Turki Timur untuk melatih para bangsawan di Sumatera. Sejak saat itulah nama Thifan mulai dikenal di Indonesia.
Ini mungkin karena pada saat itu Aceh merupakan salah satu persemakmuran dari ke khalifahan islam yaitu Turki Utsmani/Ottoman, karenanya Aceh dikirimkan para pendekar dari Turki.
Lalu pada abad ke-18, Tuanku Rao dan kawan-kawannya menyebarkan beladiri Thifan ke daerah Tapanuli Selatan, Minang dan akhirnya ke Sumatera bagian timur sampai dengan Riau yang berpusat di Batang Uyun/Merbau. Thifan juga sampai ke daerah Betawi dan sekitarnya berkat Tuanku Haji atau Hang Udin.
Thifan mulai masuk ke pulau Jawa dari para pedagang asal Tartar. Sambil menjual kain, mereka juga sekaligus memperkenalkan Thifan pada masyarakat setempat. Sedangkan di luar Jawa, Thifan disebarkan oleh pendekar yang berpetualang bahkan sampai ke Malaysia dan Thailand Selatan.
.:: Metode Latihan Thifan Po Khan
Pada awalnya, beladiri Thifan Po Khan ini hanya untuk kalangan bangsawan (khan) dan paham agama. Konon katanya, harus mempunyai hafalan Qur’an dan Hadist dalam jumlah tertentu barulah bisa berlatih Thifan.
Thifan terdiri dari 12 tingkatan, 6 tingkatan dasar dan 6 tingkatan selanjutnya disebut tingkatan pendekar dengan metode latihan selama 4-6 jam perhari pada waktu pagi dan sore. Tempat latihannya di pesantren. Jadi, tidak hanya melatih fisik namun juga belajar ilmu agama dan lainnya. Ini mirip seperti para biksu Shaolin yang berlatih kung fu sambil belajar agama Buddha di kuil. Di lanah (tempat latihan) tersedia hampir semua jenis senjata dalam thifan yang berjumlah sekitar 12 jenis.
Metode latihannya cukup berat, mulai dari sparring di tepi tebing, tepi laut, atas tonggak, lalu berjalan jauh sejauh 100 mil, membaca jejak bahkan sampai memanjat tebing. Karena para tamid (murid) berasal dari kalangan bangsawan, maka sehabis latihan yang berat mereka bisa potong kambing alias makan makanan bergizi. Biasanya lulusan dari Thifan akan menjadi panglima perang atau laksamana.
Tentunya para tamid juga belajar kitab strategi perang Shenzo setebal 16 jilid yang berisi tentang strategi pengaturan pasukan dll. Senjata yang digunakan dalam kitab Shenzo baru sampai meriam peledak.
Konon katanya, seorang guru Thifan pada saat itu adalah seseorang yang sudah pernah memenangkan setidaknya 1000 pertempuran.
.:: Perkembangan Thifan Zaman Sekarang
Ust. AD Marsedek adalah orang yang mengenalkan Thifan Po Khan untuk masa modern (sekarang) dan masih keturunan asli Tartar (nama Marsedek sendiri berarti Umar Sidik dalam dialek Urwun). Khususnya di Jawa Barat. Beliau merupakan guru besar dari Thifan Po Khan di Indonesia.
Pada jaman Orla (Order lama atau masa presiden Soekarno) ketika PKI sedang berjaya, banyak santri maupun ustadz menjadi incaran para komunis. Kejadian ini mirip dengan kejadian revolusi budaya Cina pada zaman Mao Tse Tung. Untuk menghadapinya, banyak dari santri dan ustadz di daerah Jawa Barat yang mempelajari Thifan Po Khan.
Selain ancaman dari PKI, pada saat itu juga bermunculan aliran beladiri dari luar yang tidak sesuai dengan syariat keislaman. Melihat itu, ust. Marsedek mendirikan Thifan Po Khan sebagai pilihan bagi para muslim yang ingin belajar beladiri Islami.
Pada awalnya, latihan Thifan dilakukan pada malam hari (mengikuti metode asalnya). Ini dilakukan agar jurus tidak dicuri oleh lawan.
Ketika masuk zaman Order Baru (masa presiden Soeharto), PKI sudah diberantas sehingga umat muslim tidak lagi dalam ancaman, sehingga semangat berlatih yang tadinya membara mulai padam. Juga karena rezim Orde Baru agak alergi dengan sesuatu yang berbau Islam, termasuk beladiri muslim.
.:: Metode Latihan Thifan Zaman Sekarang
Pada zaman ust. Marsedek, latihan thifan cukup keras. Terkadang tahun pertama belum belajar jurus, masih latihan fisik. Metodenya masih metode lama, yaitu metode 12 tingkat dengan porsi latihan seminggu sekali selama 4 jam. Thifan yang masih menggunakan metode ini adalah thifan yang memakai seragam biru atau putih telur asin.
Pada sekitar tahun 90-an, kepemimpinan Thifan jatuh ke tangan murid terbaik ust. Marsedek, yaitu ust. Habib. Berbagai lanah Thifan dan Taesyukan kemudian berafiliasi kesini, lalu lahirlah Tsufuk yang menandakan Thifan asli dari ust. Marsedek. Ini juga untuk menandakan bahwa Tsufuk sebagai cabang tersendiri. Thifan Tsufuk memiliki seragam berwarna merah dengan strip hijau dengan lambang tulisan dan gambar tsufuk.
Lalu Ust. Habib mengubah metode latihan agar sesuai dengan zaman sekarang. Agar beladiri ini cocok dipelajari berbagai kalangan seperti para pekerja, mahasiswa maupun orang yang memiliki aktivitas lainnya.
Fokus latihan pada Thifan Tsufuk ini berfokus pada pengolahan jurus/teknik. Lama latihan menjadi 2 jam namun bisa seminggu 2 kali dan ditambah dengan PR di rumah. Latihan fisik dikurangi, push up dan scoach jump dihapus. Beberapa gerakan seperti lompat harimau dan salto tidak dianjurkan untuk orang dewasa. Metode 12 tingkat diubah menjadi metode:
BAB 1: mempelajari pukulan dan langkah.
BAB 2: mempelajari tendangan dan kombinasi tendangan.
BAB 3: mempelajari pukulan lurus depan, tendangan, kombinasi tangan, dan kaki.
BAB 4: mempelajari tangan terbuka atau tangan kipas.
BAB 5: mempelajari patahan dan kuncian.
BAB 6: mempelajari teknik asahan serangan melayang.
BAB 7: mempelajari teknik asahan senjata.
Lalu sekitar tahun 2002, lahirlah tahapan tsenkay yang berjumlah 6 tingkat sebagai pendahuluan. Tsenkay berisi jurus-jurus dari bab 1 sampai akhir yang dirangkai menjadi sebuah gerakan. Gampangnya pada tahapan tsenkay, Anda akan belajar berjurus dengan cepat, lalu selanjutnya jurus Anda akan di asah pada tahapan bab, sehingga serangan menjadi lebih tajam.
Walaupun syarat untuk belajar Thifan sudah tidak harus bangsawan, namun ada syarat yang tetap tidak boleh dilanggar, yaitu harus beragama islam. Ini sesuai dengan petuah para Badur/Pendekar pada masa lalu yang berbunyi “Bahwa ilmu ini di wakafkan/diberikan cuma-cuma untuk umat Islam dan untuk membela Islam”.
.::Prinsip-prinsip dalam Thifan:
Tidak menyekutukan Alloh, tidak percaya pada takhayul, khurofat, dan tidak berbuat bid’ah dalam syaro.
Berusaha amar ma’ruf nahi munkar (mengajak berbuat kebajikan dan melarang berbuat kemungkaran).
Bertindak teliti dan tekun mencari ilmu.
Tidak menganut asas ashobiah (kesukuan, kelompok). Tidak menggunakan lambang-lambang, upacara-upacara, dan penghormatan-penghormatan yang menyalahi syaro.
.:: Urutan Latihan Thifan Tsufuk
» Pemanasan Umum (General Warming Up);
Senam sendi: leher, bahu, sikut, tangan, pinggang, pinggul, kaki atas, lutut, dan pergelangan kaki.
Senam jantung (aerobik): berlari di tempat dan lompat tali.
Dynamic stretching: tangan dan kaki.
» Latihan power (dengan senam pernafasan): pengerasan perut, dada, leher, kepalan tangan, jari, kaki, dan seluruh tubuh.
» Pemanasan Spesifik (Specific Warming Up)
Dalam tahapan ini, tamid melakukan teknik bela diri dengan perlahan, tidak boleh menggunakan tenaga yang besar karena badan belum sepenuhnya siap untuk menerima gerakan berat (full power). Pemanasan spesifik ini merupakan persiapan untuk masuk ke latihan utama.
» Latihan Utama (Main part of training)
Pada tahap ini dilakukan semua teknik bela diri sesuai dengan metodologi yang digunakan.
» Pendinginan (cooling down)
Pada tahap ini dilakukan relaksasi tangan dan kaki untuk menutup pelatihan yang telah dilakukan.
.:: Liputan stasiun televisi
Thifan sekarang sudah semakin terkenal, terbukti dari beberapa stasiun televisi yang datang untuk meliput.
Sudah Siapkah Anda untuk Bergabung?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar