Rabu, 21 Agustus 2013

Ketika Alloh ‘Menampar’ Kita dengan Mesir dan Suriah

Kita membaca tarikh dan musuhpun menyimak sejarah; Al-Aqsho dan Palestina selalu dibebaskan dari paduan dua arah; Mesir dan Suriah. Ini pertarungan.

Kholid dari arah Suriah dan ‘Amr ibn Al-‘Ash dari arah Mesir; maka Alloh memilih Abu ‘Ubaidah membebaskan Al-Aqsho dan ‘Umar menerima kuncinya.

Setelah mengambil-alih Mesir dari kebobrokan Fathimiyah dan mewarisi Nuruddin Mahmud Zanki di Suriah; Sholahuddin Al-Ayyubi membebas Al-Aqsho.

Maka hari ini; kaum Muslimin yang sempat tersenyum oleh Mursi di Mesir dan menaruh harap pada Mujahidin di Suriah; harus lagi memanjang sabar.

Banyak kepentingan yang belum merelakan dua negeri ini menjadi pangkalan perjuangan agar Ummat kembali dapat sholat dan beri’tikaf di Al-Aqsho.

Hendaknya lalu kita tahu; kepedulian soal Mesir dan Suriah bersatumuara ke iman kita, cinta kita, rindu kita; tuk menziarahi Al-Aqsho merdeka.

Hari-hari ini Mesir gegap gempita; “Suara damai ini lebih tajam dari peluru; tekad kami lebih baja dari senjata”; maka Alloh menguji mereka.

Alloh menyiramkan darah agar bumi Mesir subur; mengambil syuhada’ agar anak-anak sejarah tahu betapa mahal dan berharga apa nan diperjuangkan.

Juga sejak dua tahun sebelumnya; Suriah telah membayarkan 100.000 nyawa; tapi mata dunia belum utuh terbuka bahwa musuh kemanusiaan ini nyata.

Maka hari ini; jika puasa terasa melemahkan; jika tarawih melelahkan; jika tilawah memayahkan; mari menatap sejenak ke arah Mesir dan Suriah.

Sebab mereka nan mewakili kita di garis depan iman; dibakar musim panas, direpotkan hajat, dicekam ancaman, disuguhi besi dan api; tapi teguh.

Mereka nan darahnya mengalir dengan tulang pecah; tapi tak hendak membatalkan shoum sebab ingin syahid berjumpa Robbnya dalam keadaan puasa.

Mereka gadis-gadis belia yang menulis nama di tangannya; agar jika syahadah menjemput dan jasad remuk tiada yang susah bertanya siapa namanya.

Hari ini ketika kolak dan sop buah tak memuaskan ifthor kita; tataplah sejenak ke negeri yang kucing pun jadi halal karena tiadanya makanan.

Hari ini sungguh kita ditampar Alloh dengan Mesir; dengan kepahlawanan mereka nan lebih suka bertemu Alloh daripada hidup membenarkan tiran.

Hari ini sungguh kita ditampar Alloh dengan Suriah; ketika kisah ibu yang memasak batu dan menidurkan anaknya dalam hujan peluru adalah fakta.

Sebab mungkin 60 tahun penjajahan kiblat pertama, masjid suci ketiga, dan penzholiman atas ahlinya belum utuh mencemburukan hati imani kita.
[Sumber: @salimafillah]

Download Link | [Mediafire]
File Size | 51.06 MB
File Type | PDF

Tidak ada komentar:

Posting Komentar