Kita membaca tarikh dan musuhpun menyimak sejarah; Al-Aqsho
dan Palestina selalu dibebaskan dari paduan dua arah; Mesir dan Suriah. Ini
pertarungan.
Kholid dari arah Suriah dan ‘Amr ibn Al-‘Ash dari arah Mesir;
maka Alloh memilih Abu ‘Ubaidah membebaskan Al-Aqsho dan ‘Umar menerima
kuncinya.
Setelah mengambil-alih Mesir dari kebobrokan Fathimiyah dan
mewarisi Nuruddin Mahmud Zanki di Suriah; Sholahuddin Al-Ayyubi membebas Al-Aqsho.
Maka hari ini; kaum Muslimin yang sempat tersenyum oleh Mursi
di Mesir dan menaruh harap pada Mujahidin di Suriah; harus lagi memanjang sabar.
Banyak kepentingan yang belum merelakan dua negeri ini
menjadi pangkalan perjuangan agar Ummat kembali dapat sholat dan beri’tikaf di
Al-Aqsho.
Hendaknya lalu kita tahu; kepedulian soal Mesir dan Suriah
bersatumuara ke iman kita, cinta kita, rindu kita; tuk menziarahi Al-Aqsho
merdeka.
Hari-hari ini Mesir gegap gempita; “Suara damai ini lebih
tajam dari peluru; tekad kami lebih baja dari senjata”; maka Alloh menguji
mereka.
Alloh menyiramkan darah agar bumi Mesir subur; mengambil
syuhada’ agar anak-anak sejarah tahu betapa mahal dan berharga apa nan
diperjuangkan.
Juga sejak dua tahun sebelumnya; Suriah telah membayarkan
100.000 nyawa; tapi mata dunia belum utuh terbuka bahwa musuh kemanusiaan ini
nyata.
Maka hari ini; jika puasa terasa melemahkan; jika tarawih
melelahkan; jika tilawah memayahkan; mari menatap sejenak ke arah Mesir dan
Suriah.
Sebab mereka nan mewakili kita di garis depan iman; dibakar
musim panas, direpotkan hajat, dicekam ancaman, disuguhi besi dan api; tapi
teguh.
Mereka nan darahnya mengalir dengan tulang pecah; tapi tak
hendak membatalkan shoum sebab ingin syahid berjumpa Robbnya dalam keadaan
puasa.
Mereka gadis-gadis belia yang menulis nama di tangannya; agar
jika syahadah menjemput dan jasad remuk tiada yang susah bertanya siapa namanya.
Hari ini ketika kolak dan sop buah tak memuaskan ifthor kita;
tataplah sejenak ke negeri yang kucing pun jadi halal karena tiadanya makanan.
Hari ini sungguh kita ditampar Alloh dengan Mesir; dengan
kepahlawanan mereka nan lebih suka bertemu Alloh daripada hidup membenarkan
tiran.
Hari ini sungguh kita ditampar Alloh dengan Suriah; ketika
kisah ibu yang memasak batu dan menidurkan anaknya dalam hujan peluru adalah
fakta.
Sebab mungkin 60 tahun penjajahan kiblat pertama, masjid suci
ketiga, dan penzholiman atas ahlinya belum utuh mencemburukan hati imani kita.
[Sumber: @salimafillah]
Download
Link | [Mediafire]
File
Size | 51.06 MB
File
Type | PDF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar