Kamis, 25 Februari 2016

Menjadi Jomblo yang Sakinah, Muntijah, wa Barokah

Semua manusia religius pasti ingin membentuk keluarga yang sakinah, mawadah wa rahmah. Sebuah keluarga yang menenteramkan jiwa, memberikan balutan cinta, kasih dan sayang, sehingga kehidupan menjadi indah dan bahagia. Namun keinginan untuk membentuk keluarga kadang harus menghadapi realitas yang berbeda, misalnya karena belum segera ketemu jodohnya. Sudah sangat ingin menikah, namun belum juga datang jodoh yang sesuai kriteria.

Orang-orang yang belum menikah ini sering kali disebut dengan istilah gaul sebagai “Jomblo”. Konon, kata jomblo berasal dari bahasa Sunda, JOMLO, yang artinya gadis tua. Dalam pengucapan, rupanya lebih enak dengan tambahan huruf “b”, sehingga menjadi jomblo. Ternyata kata jomblo tidak dijumpai dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adanya kata jomlo. Namun saat ini, kata jomblo sudah sangat populer untuk menyebut mereka yang masih lajang atau belum maupun sedang tidak berpasangan.

Seseorang menjadi jomblo ada sangat banyak sebab. Ada yang disebabkan belum siap menikah karena faktor usia, ada yang karena tengah menunggu datangnya jodoh, ada yang karena menjanda atau menduda setelah bercerai ataupun ditinggal mati pasangan tercinta, atau sebab-sebab lainnya. Ada pula “jomblo sementara” karena tinggal secara terpisah dari pasangan, seperti orang yang menjadi TKI dan TKW di manca negara. Situasi dan kondisi para jomblo tentu tidak sama.

Apapun sebabnya, namun kondisi jomblo ini sesungguhnya bukanlah penghalang untuk menjalani kehidupan dengan penuh kebaikan. Maka jika Anda masih jomblo, atau tengah berstatus jomblo, hendaknya menjadi jomblo yang Sakinah (tenang), Muntijah (produktif), wa Barokah (penuh nilai tambah kebaikan). Jomblo yang kehidupannya lurus, produktif, dan penuh berkah. Jomblo yang membawa nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Seperti apakah jomblo yang sakinah, muntijah, dan barokah itu?

Jomblo Sakinah
Yang dimaksud dengan sakinah adalah ketenangan, ketenteraman atau kedamaian. Para jomblo bisa mendapatkan kondisi sakinah dari kegiatan ibadah ruhaniyah dan usaha pendekatan diri kepada Allah. Bagi jomblo muslim, ketenangan bisa Anda dapatkan dengan menjalankan ibadah yang diwajibkan, maupun ibadah yang disunnahkan. Karena semua aktivitas ibadah akan mendatangkan ketenangan jiwa dan ketenteraman raga.

Jomblo muslim bisa memperbanyak tilawah Al Qur’an, dzikir, istighfar, shalat malam, puasa sunnah, dan lain sebagainya. Selain itu Anda juga bisa merutinkan diri mendatangi majlis ilmu, pengajian, dan kegiatan positif bersama orang-orang salih. Dengannya anda akan selalu mendapat ketenangan dan ketenteraman. Anda akan menjadi jomblo yang damai dan tidak lebay.

Jomblo yang tidak sakinah berpotensi merusak diri dan lingkungan. Betapa banyak kegiatan “pelarian” dari perasaan kesepian, atau pelarian dari permasalahan, dengan mabok, narkoba, pergaulan bebas, tawuran dan lain sebagainya. Mencari kesibukan dan kegiatan yang tidak konstruktif, karena kegelisahan jiwa yang tidak mendapat penyaluran secara benar dan positif.

Jomblo yang teler, jomblo yang tawuran, mabok, pergaulan bebas, jomblo yang merusak, merampok, menjarah, dan membikin keonaran, adalah jomblo yang gelisah. Mereka jauh dari nilai-nilai sakinah, karena tidak melakukan pendekatan diri kepada Allah, tidak melakukan ibadah dengan kesungguhan hati. Akhirnya terjebak dalam perilaku hedonis, memuaskan kesenangan sesaat, dan akhirnya terjatuh dalam kubangan ketagihan yang sulit dikendalikan.

Jomblo Muntijah
Yang dimaksud dengan muntijah adalah produktif. Bukan hanya tenang dan damai, di saat yang sama Anda harus menjadi jomblo penuh karya, kreatif, inovatif, produktif, dan konstruktif. Anda harus melakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Betapa banyak orang-orang yang menorehkan karya terbaik bagi negara, memberikan sumbangan berupa karya ilmiah, prestasi, penemuan, kejuaraan, dan lain sebagainya. Inilah yang dimaksud dengan muntijah.

Bangsa ini memerlukan sumbangan karya dan kreativitas dari semua pihak, untuk memajukan dan membangun masyarakat. Betapa banyak hal bisa dilakukan untuk memberikan karya terbaik, prestasi terindah, torehan citra kebaikan bagi bangsa dan negara, dimanapun kita berada. Jika para jomblo selalu produktif dalam karya kebaikan, di bidang keahlian dan keunikan masing-masing, akan memberikan banyak kemanfaatan yang konstruktif bukan hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi bangsa dan negara.

Perhatikan manajemen waktu Anda. Sejak dari bangun tidur pagi hari, lakukan hal-hal yang produktif. Melakukan kegiatan rutin, apakah sekolah, kuliah, bekerja, olah raga, membaca, mengaji, ibadah, silaturahim, dan hal-hal produktif lainnya. Sampai saatnya Anda tidur kembali di malam hari untuk istirahat, tidur pun dalam konteks yang produktif. Yaitu tidur yang benar-benar memberikan rehat bagi jiwa dan raga. Tidur nyenyak yang memberikan tenaga untuk keesokan harinya. Bangunnya produktif, tidurnya juga produktif.

Dalam lintasan sejarah Islam, ada banyak ulama yang tidak menikah hingga akhir hayat mereka. Namun mereka sangat produktif dalam kebaikan. Sebutlah Abu Ja’far Ath Thabari. Beliau ahli dalam berbagai disiplin ilmu, seperti tafsir, hadits, fikih, ushul fikih, qira’at, sejarah, lughah, nahwu, dan sastra. Beliau dikenal pula dengan sebutan Ibnu Jarir Ath Thabari. Kitab tafsirnya yang sangat terkenal berjudul Jami’ Al Bayan fi Wujuhi Ta’wili Ayyi Al Qur’an. Al Khathib menceritakan bahwa setiap hari Ibnu Jarir menulis kitab sebanyak 40 lembar selama 40 tahun. Bisa kita bayangkan berapa banyak kitab telah ditulisnya dalam waktu tersebut.

Ada pula Abu Qasim Az Zamakhsyari, seorang imam yang sangat mendalami tafsir, sastra, ilmu nahwu, dan ilmu bahasa. Telah menyusun banyak kitab dalam bidang tafsir, hadits gharib, ilmu nahwu dan lain sebagainya, seluruhnya berjumlah sekitar 50 kitab. Kitab tafsirnya berjudul Al Kasyaf fi Tafsiril Qur’an. Az Zamakhsyari tidak menikah sampai akhir hayat beliau, dan beliau menganggap memiliki banyak kitab lebih utama daripada memiliki anak.

Ada pula Imam An Nawawi. Seluruh waktu beliau habiskan untuk mengkaji, menulis kitab, mengajarkan ilmu, beribadah, berdzikir kepada Allah serta melaksanakan puasa wajib maupun sunnah. Di antara kitab yang sangat terkenal karya beliau adalah Syarh Shahih Muslim, Riyadhus Shalihin, Al Adzkar, Al Arba’in, dan Fatawa. Beliau tidak menikah sampai akhir hayatnya, dan berkonsentrasi pada menambah dan mengajarkan ilmu serta beribadah kepada Allah.

Demikian pula Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. Beliau adalah seorang imam besar yang mengarang sekitar 500 kitab, beliau hafizh, ahli fikih, mujtahid, ahli tafsir, dan ahli zuhud. Waktu beliau habis untuk mempelajari ilmu, menulis, dan mengajarkan ilmu. Buku-buku beliau menjadi rujukan hingga saat ini di berbagai belahan bumi. Sampai akhir hayatnya, beliau tidak menikah, namun meninggalkan karya abadi yang sangat bermanfaat bagi umat berupa kitab-kitab. Di antaranya adalah Siyasah Syar’iyah.

Mereka ini adalah para ulama yang salih nan alim. Hendaknya kita semua mengambil pelajaran dari semangat dan motivasi mereka dalam melakukan hal-hal produktif bagi kebaikan. Maka jika Anda menjadi jomblo, jangan menjadi jomblo yang menganggur, merana, melamun, membuang waktu dengan keluyuran yang tidak produktif. Jangan menjadi jomblo yang kerjanya sekedar kongkow tanpa melakukan hal-hal yang membawa produktivitas. Jangan menjadi jomblo yang bingung dengan apa yang akan dilakukan, tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Sangat sayang bahwa masa-masa emas produktivitas hilang begitu saja, karena larut dalam pergaulan yang tidak membawa kemanfaatan kebaikan.

Jomblo Barokah
Di antara makna kata barokah (Arab: al-barokah) adalah bertambahnya kebaikan. Waktu yang Anda miliki harus mampu memberikan sangat banyak kemanfaatan kebaikan bagi orang lain, dengan memberikan kontribusi optimal dalam berbagai bidang kehidupan. Di sinilah nilai barokah itu. Selalu memberikan nilai tambah kebaikan, bukan hanya bagi diri sendiri, namun juga bagi orang lain.

Jika Anda menjadi jomblo yang sakinah dan muntijah, maka segala kegiatan hidup Anda akan melipatgandakan nilai kebaikan. Seakan-akan hanya melakukan suatu kegiatan kecil, padahal ternyata nilai kemanfaatan dan nilai produktivitasnya sangat besar bagi orang lain. Ada nilai tambah kebaikan yang Anda berikan, bahkan mungkin saja tidak Anda sadari. Ketika Anda selalu berada dalam jalan kebenaran dan kebaikan, hal ini telah menyelamatkan bukan saja diri Anda, namun juga keluarga, masyarakat bangsa, dan negara.

Tidak bisa dibayangkan bagaimana masa depan bangsa dan negara di Indonesia, jika generasi mudanya berada dalam kubangan penyimpangan. Bayangan Indonesia yang kuat dan bermartabat sudah pasti akan segera lenyap dan tidak bisa diharapkan jika generasi penerus bangsa tidak memiliki jati diri yang mulia. Maka jangan menjadi jomblo lebay, yang meresahkan diri, keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Tapi jadilah jomblo yang sakinah, muntijah, wa barokah.

Tentu saja, Anda harus berusaha untuk mendapatkan jodoh, agar bisa membentuk keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah serta penuh berkah melimpah.

Bahan Bacaan: Abdul Fatah Abu Ghaddah, “Ulama Yang Tidak Menikah”, Pustaka Azzam, Jakarta, 2001

@pakcah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar