Sehabis pulang dari sawah, kerbau rebahan di kandang dengan wajah capek dan nafas yang berat. Datanglah anjing. Kerbau lalu berucap:
"Ahh... teman lama. Aku sungguh capek dan besok mau istirahat sehari."
Anjing pergi dan jumpa kucing di sudut tembok, dan berkata:
"Tadi saya jumpa kerbau. Dia besok mau istirahat dulu. Pantaslah, sebab boss kasih kerjaan terlalu berat sih."
Kucing lalu cerita ke kambing dan berkata:
"Kerbau komplain, boss kasih kerja terlalu banyak dan berat. Besok gak mau kerja lagi."
Kambing jumpa ayam dan berucap:
"Kerbau gak suka kerja untuk boss lagi, sebab mungkin ada boss lain yang lebih baik."
Ayam jumpa monyet dan berkata:
"Kerbau gak akan kerja untuk bossnya dan ingin cari kerja di tempat yang lain."
Saat makan malam, monyet jumpa boss dan berkata:
"Boss, si kerbau akhir-akhir ini sudah berubah sifatnya dan mau meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain."
Mendengar ucapan monyet, boss marah besar dan membunuh si kerbau karena dinilai telah mengkhianatinya.
Ucapan asli kerbau:
"SAYA SUNGGUH CAPEK DAN BESOK MAU ISTIRAHAT SEHARI".
"Si Kerbau akhir-akhir ini telah berubah sifatnya dan mau meninggalkan boss untuk kerja dengan boss lain."
Sangat baik untuk disimak:
• Ada kalanya suatu ucapan harus berhenti (stop) sampai telinga kita saja. Tidak perlu diteruskan ke orang lain.
• Jangan percaya begitu saja apa yang dikatakan orang lain, meskipun itu orang terdekat kita. Kita perlu check and recheck kebenarannya sebelum bertindak.
• Kebiasaan melanjutkan perkataan orang lain dengan kecenderungan menambahi (mengurangi), bahkan menggantinya berdasarkan PERSEPSI SENDIRI bisa berakibat fatal.
• Bila ragu-ragu akan ucapan seseorang yang disampaikan via orang lain, sebaiknya kita langsung bertanya pada yang bersangkutan.
Bila ingin menyampaikan sesuatu kepada orang lain, baik juga memakai 3 kriteria yang harus dipenuhi:
- Apakah benar?
Rujuklah sebuah berita kepada orang yang ahli, jika kita tidak memahami. Apakah layak kita konsumsi kemudian boleh disebarkan.
- Apakah baik?
Pikirkan isi beritanya. Jika isi dan tujuannya baik maka bisa dikonsumsi.
- Apakah berguna?
Jika informasinya sudah dipastikan kebenarannya, maka hendaknya memikirkan efek atau akibat dari disebarkannya informasi tersebut. Apakah menambah kebaikan dakwah atau merugikannya.
Sedangkan dari sisi objek (penerima informasi), juga perlu memperhatikan kaidah dan aturan yang telah digariskan para ahli ilmu.
Di antaranya; jika beritanya menyangkut saudara Muslim, maka kedepankanlah husnuzhzhon sebelum ada pembuktian sebaliknya. Jika datang berita maka carilah sumber lain yang terpercaya beserta bukti-buktinya. Dan jika informasi yang disampaikan kepada kita berupa berita yang susah dipahami, maka hendaknya dikembalikan kepada orang yang ahli di bidangnya.
Karena itu, di zaman dimana media sosial menjadi konsumsi banyak orang, maka setiap kabar dan informasi harus ada tabayyun kepada sumber dan verifikasi terhadap isinya. Tidak asal sharing atau posting.
"Wahai orang-orang yang beriman, jika ada seorang fasiq datang kepada kalian dengan membawa suatu berita penting, maka tabayyunlah (telitilah dulu), agar jangan sampai kalian menimpakan suatu bahaya pada suatu kaum atas dasar kebodohan, kemudian akhirnya kalian menjadi menyesal atas perlakuan kalian."
(QS. al-Hujurot: 6)
Boleh jadi kitalah yang disebut orang "fasiq" itu. Dan tidak selalu istilah "fasiq" tersebut tertuju pada orang lain.
Mudah-mudahan ini menjadikan kita lebih memahami akan pentingnya kebenaran sebuah berita serta membuat kita lebih berhati-hati lagi dalam menyampaikan informasi.
Wallohu a'lam bishshowab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar