Jumat, 23 November 2018

Resensi: Perang Konvoi

Jika kita menyaksikan cuplikan film dokumenter di youtube, di sana disematkan judul “The Battle of Bojongkokosan”. Tetapi Kolonel Doulton dalam “The Fighting Cock” menyebut peristiwa ini dengan “The Java War”. Ini artinya, Perang Konvoi adalah pengalaman tempur yang dahsyat dan berkesan bagi pihak militer Inggris. Bahkan Jenderal (Purn) A.H. Nasution mengatakan bahwa Perang Konvoi sempat menggegerkan parlemen Inggris. Ya. Mereka tak percaya bahwa tentara mereka yang baru saja menang dalam Perang Dunia II dapat di kalahkan oleh taktik militer kesatuan tentara sebuah negara yang baru lahir.

Keinginan Sekutu memulangkan tentara Jepang dari Indonesia tak sepenuhnya berjalan damai. Sebab, aroma kelicikan dan kebohongan santer ditimbulkan dari pasukan Sekutu. Tanpa sepengetahuan pemerintah Indonesia, Sekutu menandatangani kesepakatan dengan Belanda untuk membantu mengembalikan wilayah yang pernah diduduki di India Belanda.

Konvoi kendaraan Sekutu yang membawa perbekalan tahanan perang sengaja mengambil rute Bogor-Sukabumi-Cianjur untuk kemudian bermarkas di Bandung.

Pasukan TKR pun menyiapkan “neraka” bagi Sekutu sepanjang jalan Cigombong (Bogor) sampai Ciranjang (Cianjur).

Bencana bagi Sekutu –yang dikawal tentara Jats dan Gurkha– dirasai pertama kali di Bojongkokosan. Konvoi tank, panser, Bren Carrier, dan 150 truk sepanjang 12 kilometer itu kocar-kacir oleh taktik hit and run-nya Letkol Eddie Soekardi. Meski porak-poranda, mereka masih bisa melanjutkan misi sampai kota Sukabumi. Tetapi sesampainya di kota, pasukan Jats dan Gurkha tak berani melanjutkan misi ke Bandung.

Dan memang setiap hal tak pernah kenal kata sempurna. Penyerangan oleh pos Cigombong pada 9 Desember 1945 itu tak seperti yang diharapkan Letnan Kolonel Eddie Soekardi. Instruksi yang disampaikan adalah hit and run; tetapi tampaknya, semangat menyerang sedang ingin dilampiaskan. Akibatnya, beberapa TKR tertawan dan di jebloskan dalam penjara di Bogor. Dan pada masa kekuatan TKR diperhitungkan oleh pihak Sekutu, Letnan Kolonel Eddie Soekardi dapat membebaskan tawanan melalui jalan diplomasi.

Sebelum pasukan Patiala –yang anti-bacok– dari Bandung merapat ke kota Sukabumi, Letkol Eddie Soekardi menghujani pasukan yang terperangkap di kota Sukabumi tersebut dengan taktik kirikumi.

Konten Bahasan di dalamnya:
1. NICA di Belakang Sekutu;
2. Sekutu di Jawa Barat;
3. Sukabumi di Ambang Perang;
4. Perang Konvoi I;
5. Mencari Jalan Damai;
6. Konsolidasi di Masa Damai yang Rentan;
7. Perang Konvoi II, 10-14 Maret 1946;
8. Kirikumi;
9. Mimpi Buruk Wingrove;
10. Mengepung Sukabumi.

Masukan: masih pada peningkatan kualitas kerja editornya.

Judul: Perang Konvoi Sukabumi-Cianjur 1945-1946
Penyusun: Drs. Yoseph Iskandar; Drs. Dedi Kusnadi; Drs. Jajang Suryani
Tebal: xvi+202 hal.
Dimensi: 14x21 cm
Cetakan: I, 2016
ISBN: 
978-602-1634-17-2
Penerbit: MataPadi Pressindo, Yogyakarta

Resentator: Harmasto Hendro Kusworo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar