Kalender adalah sebuah perhitungan waktu dengan menggunakan fenomena alam
sebagai ukurannya. Fenomena alam itu dapat berupa matahari, bulan, musim, dan
lain sebagainya. Kalender pun menjadi sebuah perhitungan manusia untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi alam yang ada.
Di dalam sejarah kehidupan manusia, telah terdapat banyak jenis kalender, seperti Kalender Mesir Kuno, Kalender Babilonia, Kalender Yahudi, Kalender Julius, Kalender Gregorius, Kalender Hijriyah, dan lain-lain. Memang kini kalender, atas pengaruh globalisasi dan sekularisasi, lebih dipahami sebagai sebuah perhitungan yang hanya berkaitan dengan perihal kehidupan manusia di dunia yang tidak memerlukan keketatan perhitungan. Maksudnya, jikalau terdapat kesalahan dalam perhitungan tersebut, maka hal itu tidak menjadi sebuah masalah yang besar. Hal yang perlu dilakukan hanyalah melakukan koreksi terhadap kesalahan tersebut.
Contoh dari hal tersebut ada pada fakta bahwa Setelah Kalender Julius berusia 1600 tahun ternyata pada hari paskah (Easter) matahari belum mencapai equinox, perlu 10 hari lagi; Tahun 1852 Paus Gregorius XIII membuang 10 hari, sehingga 4 Oktober loncat ke 15 Oktober tanpa mengubah urutan nama hari; banyak pula kaum Kristen yang tidak terlalu peduli tentang ketepatan peringatan Natal dengan kelahiran Yesus itu sendiri. Tanggal 25 Desember tersebut juga tidak terlalu dipersoalkan apakah sungguh-sungguh tepat atau tidak.
Sesungguhnya pandangan bahwa kalender hanya berhubungan dengan perhitungan untuk mengatur kehidupan manusia an sich, adalah sebuah pandangan yang sekular. Jika ditelusuri secara sekilas, kalender-kalender yang sudah ada sejak dahulu sesungguhnya sangat berhubungan dengan aktivitas peribadatan di dalam sebuah kebudayaan. Kita dapat mengingat bagaimana di Mesir, perhitungan kalender itu sangat penting dalam menentukan ritual ibadah mereka yang terhubung dengan matahari. Di Babilonia pun perhitungan yang sedemikian rumit tentang letak bintang pun dilakukan karena terdapat pandangan bahwa posisi bintang-bintang di angkasa itu sebenarnya sangat menentukan apa yang terjadi di bumi, bahkan pada perilaku manusia. Demikian juga jika kita mengamati kebudayaan-kebudayaan yang ada di Indonesia, maka kita akan menemukan bahwa kalender yang ada itu berhubungan dengan ritual-ritual budaya setempat. Hal ini jelas menunjukkan bahwa pandangan sekular terhadap kalender merupakan sesuatu yang relatif baru.
Pandangan sekular ini juga bermasalah atas beberapa alasan. Pertama, manusia cenderung menentukan sebuah momentum untuk melakukan sebuah aktivitas tertentu. Kedua, manusia menempatkan tindakan atau aktivitas manusia pada tingkatan yang berbeda. Ketiga, pandangan sekular mengabaikan kecenderungan dasar manusia untuk bertuhan dan menyembah Tuhan, padahal hal ini menempati tingkatan yang tinggi dalam aktivitas manusia. Keempat, pandangan sekular cenderung menempatkan peringatan-peringatan kenegaraan, seperti hari kemerdekaan, hingga pada taraf yang menyamai peringatan keagamaan.
Setelah melihat hal tersebut, ketepatan juga merupakan sesuatu yang juga penting untuk diperhatikan. Sebab, ketepatan, khususnya dalam kalender Hijriyah, menentukan keshohihan sebuah tindakan yang bersesuaian dengan waktu pelaksanaannya. Kita dapat melihat kondisi nyata tersebut dari aktivitas sholat lima waktu yang dilakukan sehari-hari. Bukankah letak persis matahari itu sangat menentukan waktu sholat yang akan kita lakukan? Bukankah kita akan melakukan sholat saat waktunya telah tiba? Bukan mendahului atau setelah waktunya. Bahkan, jika seseorang beribadah, misalnya puasa, sudah lewat dari waktunya, maka bisa saja seseorang tersebut melakukan tindakan yang bernilai haram. Kalender yang sangat menuntut ketepatan memang adalah kalender Hijriyah. Sebab, ketepatan waktu juga diiringi dengan nilai hukum yang jelas dan kuat, sehingga membuat muslim dihinggapi sikap hati-hati. Kalender Hijriyah juga didukung dengan sistem peredaran bulan yang tidak memerlukan koreksi. Bersamaan dengan itu, hal ini pula yang mendorong muslimin untuk menelusuri perihal ini hingga pada perhitungan yang jauh lebih canggih daripada kalender yang lain.
Sekilas
Kalender Masehi
Kalender
Julian
Kalender
Julian di perkenalkan oleh Julius
Caesar 45 tahun sebelum Masehi. Merupakan tahun surya dengan jumlah hari tetap
setiap bulannya, dan disisipi satu hari tiap 4 tahun untuk penyesuaian panjang
tahun tropis. Kalender ini digunakan secara resmi di seluruh Eropa, sampai
kemudian diterapkannya reformasi dengan Kalender Gregorian pada tahun 1582.
Era
sebelum 45 SM, dinamakan era bingung, karena Julius Caesar menyisipkan 90 hari
ke dalam kalender tradisional Romawi, untuk lebih mendekati ketepatan
pergantian musim. Penyisipan ini sedemikian cerobohnya sehingga bulan-bulan
dalam kalender itu tidak lagi tepat dengan perhitungan candra (purnama
tilem), walaupun sebenarnya dasar dari kalender Romawi adalah luni-solar.
Akhirnya dengan nasehat Sosigenes, seorang astronom dari Alexandria, Caesar
menetapkan kalendernya menjadi 12 bulan, masing-masing dengan jumlah hari
tertentu seperti sekarang, dengan penetapan tahun kabisat setiap 4 tahun,
dengan keyakinan bahwa panjang 1 tahun surya adalah 365.25 hari saat itu.
Sejak
meninggalnya Caesar, penerapan tahun kabisat salah terap. Kabisat diberlakukan
tiap menginjak tahun ke 4, jadi 3 tahun sekali. Keadaan ini konon dibetulkan
kemudian oleh Kaisar Agustus, dengan meniadakan semua kabisat dari tahun 8 SM
sampai tahun 4 Masehi. Setelah itu kalender Julian berfungsi dengan jauh lebih
baik.
Caesar
mendefinisikan 1 Januari sebagai awal tahun baru, meskipun demikian banyak yang
menetapkan selain itu. Yang paling populer di antaranya adalah 1 Maret, 25
Maret, dan 25 Desember.
Penetapan
hari pertama tiap bulan juga berkembang. Secara Kalends, yaitu mulai hari
pertama bulan baru (di Bali penanggal), Nones yaitu mulai pada
pertengahan bulan (Purnama), atau Ides yaitu 8 hari setelah purnama(panglong
8). Sejalan perkembangan waktu, Kalends lebih banyak diikuti, dari sinilah
mungkin istilah kalender berasal.
Demikian
menurut Cappelli (1930), Grotefend & Grotefend (1941),
dan Cheney (1945).
Kalender Masehi
dan Hari Minggu
Kalender
Masehi seperti yang dikenal sekarang keseragamannya dimulai pada tahun 1752
untuk seluruh dunia. Tetapi perhitungan bulan, hari sudah ada jauh sebelumnya.
Kalender Roma Kuno (Julian) satu tahun terdiri dari 10 bulan
saja dari Maret sampai Desember. Desember adalah bulan kesepuluh.
Bahasa latin, angka sepuluh = “decem”.
Pada abad 8 SM, satu tahun diubah menjadi 12 bulan, mulai dari bulan Januari, Februari, Maret.
Januari (1) terambil dari nama dewa Roma “Janus”.
Dewa ini mempunyai dua wajah. Yang satu melihat masa yang telah lalu dan satu
lagi menatap masa depan yang penuh rahasia.
Februari (2) berasal kata latin “Februra”; yaitu
pesta penyucian yang diselenggarakan tiap tanggal 15 February oleh
bangsa Romawi Kuno. Karena satu tahun tidak tepat 365 hari
melainkan 365 seperempat hari, maka setiap tahun akan terdapat sekali 366 hari.
Kelebihan satu hari itu dimasukkan dalam bulan February.
Maret (3) Mula pertma tercantum sebagia bulan pertama dalam
kalender Julian. Kemudian barulah urutannya pada bulan ketiga seperti sekarang
ini. Terambil dari nama dewa perang “Mars”.
April (4) ada yang mengatakan berasal dari nama dewa cinta
Yunani “Aphrodite”.
Mei (5) konon berasal dari kata “Maia Mayesta”; dewa
musim semi. Pada bulan ini diadakan festival meriah, diadakan pemilihan ratu
dan raja.
Juni (6) terambil dari nama “Juno”; dewi
yang melambangkan kewanitaan dan kebahagiaan keluarga.
Juli (7) dipilih oleh penguasa Roma, Mark Antoni dari
nama “Julius Caesar” (raja Roma), sebagai penghormatan
bagi Caesar yang terbunuh oleh pengawalnya sendiri; Brutus. Sebelum kalender
diubah menjadi seperti sekarang ini, Juli disebut Quintilis dan merupakan bulan
kelima.
Agustus (8) penguasa Roma “Augustus” menyebut
nama bulan kedelapan sesuai namanya sendiri.
September (9) asal dari bahasa latin untuk angka ketujuh
yaitu “Septa”. Tatkala pada abad 8 SM pembagian satu tahun diubah
dari 10 bulan menjadi 12 bulan, September yang terletak pada urutan ketujuh,
kini menjadi bulan kesembilan.
Oktober (10) dari bahasa latin untuk angka 9 “Novum”.
Meskipun November (11) kini menjadi bulan ke-11, tapi namanya
tidak diubah. Sama juga dengan Septa dan Octa.
Desember (12) dari bahasa latin untuk angka 10, yaitu “Decem”.
Di negara belahan bumi sebelah utara, yaitu mengenal empat musim, Desember
adalah bulan yang ditutupi salju dan es. Bulan ini dinamakan bulan suci karena
upacara keagamaan Kristen yaitu peringatan kelahiran Yesus Kristus yang disebut Natal.
Pada kalender Roma, bulan ini menempati urutan ke-10 (Decem).
Minggu bahasa Portugis “dominggu” = hari
Tuhan. “Duminggu” (bahasa daerah Tondano) kebudayaan
Yunani, hari Minggu sudah dirayakan untuk menghormati dewa matahari (hari
matahari= Sunday).
Gereja memberi warna dan arti bahwa hari itu adalah penghormatan kepada matahari kebenaran yaitu Yesus Kristus (Mal 4:2). Sejak dari gereja Purba hari Minggu sebagai hari kebaktian dan kebiasaan itu berlangsung hingga kini. Pada tahun 321, Kaisar Constantinus dengan undang-undang pemerintah menetapkan hari Minggu sebagai hari libur seluruh wilayah kekaisaran Romawi, kemudian menjadi universal sampai sekarang.
Kalender
Gregorian (Masehi)
Kalender
Gregorian atau kalender Masehi, sudah menjadi standar penghitungan hari
internasional. Pada mulanya kalender ini dipakai untuk menentukan jadwal
kebaktian gereja-gereja Katholik dan Protestan. Kalender Gregorian adalah
kalender murni surya yang bertemu siklusnya pada tiap 400 tahun (146097
hari) sekali. Satu tahun normal panjangnya 365 hari, tiap bilangan
tahun yang habis dibagi 4 tahunnya memanjang menjadi 366 hari, namun tidak
berlaku untuk kelipatan 100 tahun dan berlaku kembali tiap kelipatan 400 tahun.
Sebagai contohnya tahun 2000 adalah tahun panjang (kabisat, leap year) sedangkan
tahun 1900 tahun normal.
Kalau
kita bagi 146097 hari dengan 400, didapatkan angka 365.2425, hampir mendekati
daur waktu surya yaitu 365.2421896698 - 0.00000615359 T - 7.29E-10 T^2 +
2.64E-10 T^3 hari. Dengan demikian koreksi pengurangan akan terkumpul menjadi 1
hari setelah sekitar 2500 tahun sekali. Usulan mengenai kapan dilakukannya
koreksi itu sudah sering dihembuskan, namun belum diinstitusikan.
Kalender
Gregorian adalah pembaruan dari kalender
Julian. Dalam 16 abad pemakaian kalender Julian, titik balik surya
sudah bergeser maju sekitar 10 hari dari yang biasanya ditengarai dengan
tanggal 21 Maret tiap tahun. Hal ini membuat kacaunya penentuan hari
raya Paskah yang bergantung kepada daur candra dan daur surya di titik balik tersebut.
Dikhawatirkan Paskah akan semakin bergeser tidak lagi jatuh di musim semi untuk
belahan bumi utara, serta semakin menjauhi peringatan hari pembebasan jaman
Nabi Musa (penyeberangan laut merah).
Pemikiran
tentang koreksi ini sebenarnya telah mulai dipergunjingkan dengan keluarnya
tabel-tabel koreksi oleh gereja sejak jaman Paus Pius V pada
tahun 1572. Dekrit rekomendasi baru dikeluarkan oleh penggantinya, yaitu Paus
Gregorius XIII, dan disahkanlah pada tanggal 24 februari 1582. Isinya
antara lain tentang koreksi daur tahun kabisat dan pengurangan 10 hari dari
kalender Julian. Dengan demikian, tanggal 4 Oktober 1582 Julian, esoknya
adalah tanggal 15 oktober 1582 Gregorian. Tanggal 5 hingga 14 Oktober 1582 tidak
pernah ada dalam sejarah kalender ini. Sejak saat itu, titik balik surya bisa
kembali ditandai dengan tanggal 21 Maret tiap tahun, dan tabel bulan purnama
yang baru disahkan untuk menentukan perayaan Paskah di seluruh dunia.
Pada
mulanya kaum Protestant tidak menyetujui reformasi Gregorian ini. Baru pada
abad berikutnya kalender itu diikuti. Dalam tubuh Katholik sendiri, kalangan
gereja Ortodox juga bersikeras untuk tetap mengikuti kalender Julian. Namun
pemerintahan demi pemerintahan mulai mengakui dan akhirnya pemakaiannya semakin
meluas seperti yang kita lihat sekarang.
Perubahan Kalender dari Sistem "Julian" Ke "Gregorian"
(Diperkenalkan
di berbagai bagian benua Eropa pada tahun 1582, dan di Inggris tahun 1752)
Perubahan
kalender ini ―satu-satunya revisi yang terjadi pada masa Kekristenan― terjadi sebagai berikut:
Sebagaimana halnya bagi bangsa Yahudi, bangsa Romawi kuno juga memakai 7 hari
dalam sepekan. Kaisar Julius, penguasa tunggal pertama, atau diktator Roma,
muncul dengan rencana pembaruan kalender, pada abad pertama sebelum Kristus (46
SM). Ia menetapkan satu tahun persis 365 1/4 hari, dengan
mengumpulkan "kelebihan" waktu itu sehingga satu
tahun menjadi 366 hari setiap tahun keempat. ("Kelebihan"
waktu itu dikumpulkan karena jangka waktu sesungguhnya bumi mengelilingi
matahari itu hanya memerlukan kurang dari 365 1/4 hari!) Walau kalender
Julian itu lebih lama 11 menit 10 detik, namun hanya dibatasi sampai masa 12
bulan, dan menentukan nama bulan ketujuh (Juli) dengan namanya
sendiri. Kalender Julian juga tetap memakai 7 hari sepekan kitab Kejadian.
Hanya masalahnya ialah bahwa sistem ini menambahkan satu hari penuh setiap
empat tahun, yang membuat satu tahun itu menjadi 365 hari, 5 jam, 49 menit,
sehingga membuat kelebihan waktu kalender, tetapi bukan waktu sebenarnya.
Pada
abad ke-16 era Kekristenan, kelebihan
waktu yang bertambah kepada kalender Julian hingga waktu itu adalah 10 hari
lebih maju daripada waktu sesungguhnya, sehingga Paus Gregory XIII setuju
untuk mengambil inisiatif memperbaiki gap (jurang) kelebihan
waktu itu.,
Pada
tahun 1582, agar ketidaktepatan kalender seperti sebelumnya jangan terulang
lagi, seorang pakar astronomi Italia membuat satu formula baru, yang akhirnya
disetujui oleh Paus Gregory pada tahun itu juga. Cara ini mengusulkan bahwa
setiap seratus tahun, atau tahun ke seratus(1800, 1900, 2000, 2100, dan
sebagainya) tidak boleh dihitung sebagai tahun kabisat, kecuali setiap
tahun keempat ratus, dimulai dari tahun 2000. Formula ini berfungsi untuk menjaga
agar pada hampir setiap masa cocok dengan penanggalan kalender. Jadi, perbedaan
menit yang ada pada penanggalan sipil dan yang sebenarnya pada skema Gregorian
tidak akan mencapai menjadi satu hari saja dalam jangka waktu 5000
tahun!
Untuk
mengembalikan kelebihan 10 hari kalender tahun sipil sesuai dengan jadwal yang
sebenarnya, sepuluh hari itu pun dihilangkan (dianggap tidak ada).
Jadi kalender Julian bukan diganti tapi disesuaikan, sehingga tanggal 5 Oktober
dengan "Sistem Lama" disesuaikan menjadi tanggal 15
Oktober. Nama dan jumlah bulan tahun Julian tetap digunakan, sebagaimana juga
susunan biasa akan hari dalam satu pekan. Walau tanggal 5 Okltober pada
"Sistem Lama" itu telah menjadi 15 Oktober, namun itu masih persis
hari yang sama, yaitu hari Jumat pada tahun 1582. Jadi tanggalnya yang diubah
bukan harinya. Siklus mingguan bersejarah itu ―rotasi pergantian ketujuh hari dalam sepekan itu― tidak mengalami perubahan apa pun
oleh penyesuaian yang diadakan oleh Paus-Gregory.
(Untuk
mengetahui lebih rinci tentang perubahan kalender, bacalah ensiklopedi yang
terkenal seperti Ensiklopedi Brintannica, World Book, Golden Book, Chambers,
dan sebagainya, dan juga Kamus Besar lainnya).
Dari manakah hari, pekan, bulan, dan
tahun?
-
Dari manakah perhitungan 1 hari = 24 jam?
Para ahli
menghitung dari lamanya bumi mengitari porosnya sendiri (rotasi bumi).
-
Dari manakah perhitungan lamanya 1 bulan?
Para ahli
menghitung dari lamanya bulan mengitari bumi.
-
Dari manakah perhitungan berapa lama 1 tahun?
Para ahli
menghitung dari lamanya bumi mengitari matahari (revolusi bumi).
-
Dari manakan perhitungan 1 pekan (yakni 7 hari)?
Para ahli
tidak dapat menemukan jawabnya dari fenomena alam. Jawabannya hanya terdapat di
kitab suci, yaitu karena Alloh sendirilah yang membuatnya demikian.
Catatan: Sejarah membuktikan bahwa periode satu pekan terdiri
dari 7 hari inilah yang paling sesuai dengan irama hidup sehari-hari. Pada
tahun 1792 Perancis mencoba sistem 1 minggu = 10 hari, tetapi
gagal. Pada tahun 1929 Uni Soviet mencoba sistem 5 hari dan
pada tahun 1932 enam hari, tetapi pada tahun 1940 mereka kembali ke sistem 7
hari. (Widya Wiyata-Aneka Keajaiban hal. 7).
Kumpulan Nama Bulan
Penyebutan
dalam bulan Jawa dengan bahasa kromo dan ngoko:
1.
Warana/Sura (30 hari)
2.
Wadana/Sapar (29 hari)
3.
Wijanga/Mulud (30 hari)
4.
Wiyana/Bakda Mulud (29 hari)
5.
Widada/Jumadil Awal (30 hari)
6.
Widarpa/Jumadil Akhir (29 hari)
7.
Wilarpa/Rejeb (30 hari)
8.
Wahana/Ruwah (29 hari)
9.
Wanana/Pasa (30 hari)
10.
Wurana/Sawal (29 hari)
11.
Wujana/Sela (30 hari)
12.
Wujala/Besar (29 atau 30 hari)
Kalender
Hijriyah:
1.
Muharrom, artinya yang
diharamkan untuk berperang; (30 hari)
2.
Shofar, artinya daun
yang menguning; (29 hari)
3.
Robi’ul Awwal ,artinya musim
semi pertama; (30 hari)
4.
Robi’ults Tsani, artinya musim
semi yang kedua; (29 hari)
5.
Jumadil Awwal, artinya masa
air membeku yang pertama; (30 hari)
6.
Jumadits Tsani, artinya masa
air membeku yang kedua; (29 hari)
7.
Rojab, artinya masa
air yang membeku mulai mencair; (29 hari)
8.
Sya’ban, artinya lembah-lembah
yang mulai ramai digarap penduduk untuk bercocok tanam atau beternak; (29 hari)
9.
Romadhon, artinya panas
yang membakar; (30 hari)
10.
Syawwal, artinya peningkatan
panas yang membakar tersebut; (29 hari)
11.
Dzul Qo’idah, artinya yang
di dalamnya banyak orang yang hanya duduk-duduk karena panasnya udara; (30
hari)
12.
Dzulhijjah artinya yang
di dalamnya ada haji. (30 hari)
12
nama perhitungan musim pertanian:
1.
Kaso. 22 Juni - 1 Agustus 41 hari,
angin bertiup dari timur ke barat.
2.
Karo. 2-24 Agustus 23 hari, angin
berasal dari timur.
3.
Ketigo. 25 Agustus - 17 September 24
hari, angin bertiup dari timur laut.
4.
Kapat. 18 September- 12 Oktober 25
hari, angin bertiup dari barat laut.
5.
Kalimo. 13 Oktober- 8 November 27
hari, angin bertiup dari utara.
6.
Kanem. 9 November- 21 Desember 43
hari, angin bertiup dari barat.
7.
Kapitu. 22 Desember - 2 Februari 43
hari, angin bertiup dari barat.
8.
Kawolu. 3 Februari - 28/29 Februari
27 hari, angin bertiup dari barat.
9.
Kesongo. 1 Maret - 25 Maret 25 hari,
angin bertiup ke selatan.
10.
Kesepuluh. 26 Maret - 18 April 24
hari, angin bertiup ke tenggara.
11.
Apit Lemah 19 April - 11 Mei 23
hari, angin bertiup ke selatan.
12.
Apit Kayu. 12 Mei - 21 Juni 41 hari,
angin bertiup ke timur.
12
nama perhitungan musim pertanian:
1.
Mongso Koso, umur 41 hari mulai 22 Juni sampai 1 Agustus, angin bertiup
dari timur menuju barat, merupakan awal musim kemarau.
2.
Mongso Karo, umur 23 hari mulai 2 Agustus sampai 24 Agustus, angin
berasal dari timur.
3.
Mongso Katelu, umurnya 24 hari mulai 25 Agustus sampai 17 September,
angin bertiup dari timur laut, dan saat ini adalah musim kemarau.
4.
Mongso Kapat,
umurnya 25 hari mulai 18 September sampai 12 Oktober, angin bertiup dari barat
laut, dan saat ini merupakan musim peralihan, yang juga dikenal sebagai mongso
labuh.
5.
Mongso Kalimo, umurnya 27 hari mulai 13 Oktober sampai 8 November,
angin bertiup dari utara bertiup kencang sehingga pepohonan sering tumbang.
Tanda alam banyak hujan turun.
6.
Mongso Kanem, umurnya 43 hari mulai 9 November sampai 21 Desember, angin
bertiup dari barat dan bertiup kencang. Saat ini musim hujan yang terkadang
disertai petir
7.
Mongso Kapitu, umurnya 43 hari mulai dari 22 Desember sampai 2 Februari,
angin bertiup dari barat. Saat ini musim hujan dengan curah hujan sangat lebat.
8.
Mongso Kawolu, umurnya 27 hari mulai 3 Februari sampai 28 Pebruari atau
29 Februari, angin bertiup dari barat, hujan mulai berkurang.
9.
Mongso Kasongo, umurnya 25 hari mulai 1 Maret sampai 25 Maret, angin
bertiup dari selatan.
10.
Mongso Kasadoso, umur 24 hari mulai 26 Maret sampai 18 April, angin bertiup
dari tenggara dan bertiup kencang, merupakan musim peralihan menuju kemarau.
11.
Mongso Dhesto, umurnya 23 hari mulai 19 April sampai 11 Mei, angin
bertiup dari selatan, saat ini musim kemarau.
12.
Mongso Sodho, umurnya 41 hari mulai 12 Mei sampai 21 Juni, angin bertiup
dari timur, saat ini musim kemarau dan tidak ada hujan.
Kalender
Masehi:
1. Bulan Januari: Jumlah hari adalah 31 hari
2. Bulan Februari: Jumlah hari adalah 28/29 hari
3. Bulan Maret: Jumlah hari adalah 31 hari
4. Bulan April: Jumlah hari adalah 30 hari
5. Bulan Mei: Jumlah hari adalah 31 hari
6. Bulan Juni: Jumlah hari adalah 30 hari
7. Bulan Juli: Jumlah hari adalah 31 hari
8. Bulan Agustus: Jumlah hari adalah 31 hari
9. Bulan September: Jumlah hari adalah 30 hari
10. Bulan Oktober: Jumlah hari adalah 31 hari
11. Bulan November: Jumlah hari adalah 30 hari
12. Bulan Desember: Jumlah hari adalah 31 hari
Nama
bulan Masa Majapahit menurut Negara Kertagama:
1.
Caitra................... (Maret-April)
2.
Waisaka............... (April-Mei)
3.
Jyestha................. (Mei-Juni)
4.
Asadha................. (Juni-Juli)
5.
Srawana............... (Juli-Agustus)
6.
Bhadrapada.......... (Agustus-September)
7.
Aswina................. (September-Oktober)
8.
Kartika................. (Oktober-November)
9.
Margasirsa............ (November-Desember)
10.
Pausa................... (Desember-Januari)
11.
Magda.................. (Januari-Februari)
12.
Phalguna.............. (Februari-Maret)
Bulan
dalam kalender Saka:
1.
Caitra: Maret – April
2.
Waiçakna: April – Mei
3.
Jyestha: Mei – Juni
4.
Asadha: Juni – Juli
5.
Çrawana: Juli – Agustus
6.
Bhadrawada: Agustus – September
7.
Asuji: September – Oktober
8.
Karttika: Oktober – November
9.
Marggasira: Nopember – Desember
10.
Fosya: Desember – Januari
11.
Magha: Januari – Februari
12.
Phalguna: Februari – Maret
12
zodiak yang dikenal pada umumnya:
1.
Aries, 21 Maret - 20 April
2.
Taurus, 21 April - 21 Mei
3.
Gemini, 22 Mei - 21 Juni
4.
Cancer, 22 Jun - 22 Juli
5.
Leo, 23 Jul - 22 Agustus
6.
Virgo, 22 Agustus - 22 September
7.
Libra, 24 September - 23 Oktober
8.
Scorpio, 24 Oktober - 22 November
9.
Sagitarius, 23 November - 21
Desember
10.
Capricorn, 22 Desember - 20 Januari
11.
Aquarius, 21 Januari - 19 Februari
12.
Pisces, 20 Februari - 20 Maret
Tidak ada komentar:
Posting Komentar