Dari
Ibnu ‘Umar ra yang berkata, bahwa Rosululloh Saw telah bersabda, “Sesungguhnya
di antara pepohonan itu ada sebuah pohon yang tidak rontok daunnya, dan pohon
itu seperti halnya seorang muslim.” Maka beritahukanlah kepadaku pohon
apakah itu? Orang-orang banyak yang menduga-duga bahwa itu adalah pepohonan
yang ada di tengah-tengah padang pasir. Ibnu ‘Umar ra berkata, “Maka terbersit dalam benakku
bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tapi aku malu mengatakannya.” Kemudian
mereka berkata, “Beritahukanlah kami pohon apakah itu, wahai Rosululloh? “ Rosululloh Saw bersabda, “Itu
adalah pohon kurma.” (HR. Muslim)
Mengenal
Pohon Kurma
Pohon
yang memiliki nama latin Phoenix
dactylifera ini termasuk
tanaman palm (Arecaceae) dalam genus Phoenix dan buahnya dapat dimakan. Tinggi
pohon kurma sekitar 15 sampai 25 meter, tumbuh secara tunggal atau membentuk
rumpun pada sejumlah batang dari sebuah sistem akar tunggal. Daunnya memiliki
panjang 3 sampai 5 m, dengan duri pada tangkai daun, menyirip dan mempunyai
sekitar 150 pucuk daun muda; daun mudanya berukuran panjang 30 cm dan lebar 2
cm. Rentangan penuh mahkotanya berkisar dari 6 sampai 10 m.
Buah
kurma telah menjadi makanan pokok di Timur Tengah selama
ribuan tahun lamanya. Pohon Kurma diyakini berasal dari sekitar Teluk Persia dan
telah dibudidayakan sejak zaman kuno dari Mesopotamia ke prasejarah Mesir,
kemungkinan pada awal 4000 SM. Pada zaman selanjutnya, orang Arab menyebarluaskan
kurma di sekitar Selatan dan Barat Daya Asia,
bagian utara Afrika, Spanyol dan Italia.
Begitu banyak manfaat yang dapat diperoleh dari sebatang pohon kurma, hingga Rosululloh
saw sendiri mengibaratkan seorang muslim dengan pohon kurma. Mengapa Rosululloh
memberikan perumpamaan pohon kurma? Pasti ada hal-hal spesial terkait pohon
kurma.
Apabila
kita amati secara seksama dan teliti, demikian juga dengan informasi ilmiahnya,
kita akan mendapati bahwa jenis pohon ini memang istimewa. Pohon kurma adalah
jenis pohon padang pasir yang hampir setiap bagiannya dapat dimanfaatkan.
Bagian
daunnya sangat spesifik dan khas dalam perkara bentuk, kekerasan yang secara
alami menjadikannya mudah untuk digunakan berbagai hajat hidup manusia. Bila
dianyam daunnya dapat menjadi tikar, wadah untuk berbagai keperluan.
Bagian
pelepahnya dapat juga dianyam menjadi keranjang buah, keranjang sayuran, atau
keranjang barang-barang lainnya. Kadang, dari pelepah ini dapat dibuat meja dan
kursi. Kemudian sabut pelepahnya kerap digunakan untuk menggosok kulit kala
mandi, selain itu juga bisa untuk mencuci berbagai perabot rumah tangga.
Bagian
tandannya, tempat buah kurma dipetik dapat dimanfaatkan jadi sapu. Tak hanya
itu, bagian batangnya pun biasa digunakan sebagai tiang-tiang penyangga rumah.
Kemudian tidak ketinggalan buahnya, kita sering menjumpai buah kurma saat momen
Bulan Romadhon, selain lezat buah kurma juga kaya akan gizi.
Pembelajaran
Pohon Kurma
Pohon
multi guna nan penuh barokah ini diibaratkan seorang muslim. Hal ini
menyiratkan bahwa pada diri seorang muslim sarat akan manfaat, senantiasa
menampakkan kebaikan, kemuliaan, dan kewibawaan.
a.
Mendatangkan manfaat
Memang
sudah suatu kewajiban seorang muslim menebar kemanfaatan terhadap sesama
manusia dan lingkungan sekitarnya. Seorang muslim tidak memecah belah,
menghancurkan, tidak berbicara kecuali yang berfaedah. Geraknya adalah
kebajikan, diamnya adalah menghindari keburukan.
b.
Tetap hidup meski sudah mati
Seorang
muslim dapat memberikan manfaat meski sudah terputus jatah hidupnya. Ia lebih
mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi. Ia lebih dulu
menunaikan kewajiban daripada menuntut haknya. Ia dengan kesungguhan memberikan
manfaat bagi orang di sekelilingnya karena ia menyadari ia merupakan bagian
dari masyarakat.
Setelah
wafatnya, ia tinggalkan untuk generasinya sejarah hidup yang mulia, mewariskan
ilmu yang bermanfaat, dan amal-amal kebajikan yang diteruskan oleh
masyarakatnya.
Rosululloh
saw bersabda, “Jika mati Bani Adam maka terputuslah semua amalnya kecuali
tiga hal, shodaqoh jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak yang sholih
yang tak putus-putusnya mendoakan orang tuannya.” (HR. Muslim)
c.
Sedikit mengambil, banyak memberi
Pohon
kurma hanya sedikit membutuhkan perawatan ketika masa awal mula pertumbuhannya.
Setelahnya ia akan tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Lalu ia akan menghasilkan
buah kurma yang berlimpah nan kaya gizi.
Dari
Aisyah ra beliau berkata, “Kami keluarga Muhammad saw suatu ketika pernah
berdomisili di sebuah tempat selama satu hingga dua bulan tanpa menyalakan api,
melainkan hanya berbekal air dan kurma saja.” (Hadits shohih)
Seorang
muslim yang sejati tidak ragu untuk menunjukkan eksistensi keIslamannya. Setiap
perkataan dan perbuatan bernilai solutif. Ia menjauhkan dirinya dari menjadi
beban dan masalah bagi orang lain. Kebaikan dan keberadaannya selalu dinanti orang
lain, ia menjadi harapan baik saat lapang maupun sempit.
d.
Lambang kekokohan dan kelurusan
Hakikat
seorang muslim yaitu kuat memegang prinsip beragama, tetap teguh akan aqidahnya
dan selalu menjadi insan bersyukur kala dianugerahi nikmat dan sabar di saat
tertimpa musibah. Mengikuti jalan lurus dalam keadaan apapun, jujur dan tegas
dalam setiap ucapan.
“Wahai
orang-orang yang beriman, barang siapa di antara kamu yang murtad (keluar) dari
agamanya, maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum, Dia mencintai mereka,
dan mereka pun mencintai-Nya dan bersikap lemah lembut terhadap orang-orang
yang beriman, tetapi bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad
di jalan Alloh, dan yang tidak takut kepada celaan orang-orang yang suka
mencela. Itulah karunia Alloh yang diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki.
Dan Alloh Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. al-Maidah:
54)
Itulah
di antara wujud nyata kemiripan pohon kurma dengan jiwa seorang muslim,
meskipun secara zhohir berbeda. Permisalan tersebut menyiratkan kesesuaian
maknawi di antara keduanya.
Hadits
ini menjadi bukti kecermatan Nabi Muhammad Saw dalam bertafakur dan tadabbur
alam, membuat permisalan deskriptif dan komparatif yang mudah dipahami. Jadi
kini saatnya berkarya sebagaimana pohon kurma!
Wallohu
a’lam bish showab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar