Sabtu, 16 April 2016

Kezholiman di Akhirat

Biasanya kami menceritakan kisah ini saat ceramah di momentum syawalan. Agar semakin memotivasi untuk meminta maaf dan kerelaan atas perbuatan zholim yang pernah dilakukannya. Tapi banyaknya peristiwa kekerasan belakangan ini, mulai dari penggusuran hingga penyiksaan berujung maut, terasa sangat mengiris pedih sisi kemanusiaan kita. 

Kisah tentang bahaya berbuat zholim, di akhirat kelak. Begini ceritanya:

Suatu saat, Rosululloh saw bertanya kepada para shahabat, “Wahai para shahabat, tahukah kalian siapa orang yang merugi itu?”

Sebagian shahabat ada yang menjawab, “Orang yang merugi adalah orang yang tidak punya uang. Orang yang berdagang tapi tidak mendapatkan keuntungan” dan ucapan-ucapan lain yang semisal.

Rosululloh lalu menjelaskan, “Orang yang merugi adalah orang yang dibangkitkan dari kubur dengan membawa amalan. Lalu amalnya diberikan kepada orang lain sebagai penebus atas perbuatan zholim yang dilakukannya di dunia.”

Bayangkan betapa meruginya orang yang berbuat zholim. Yang menyakiti sesama muslim baik dengan lidah, tangan maupun kakinya. Bisa jadi di dunia, mereka melakukan berbagai macam amal sholih. Lalu ia meninggal.

Saat dibangkitkan dari kubur, dia mendapati pahala atas amal-amal sholih yang dilakukannya saat di dunia. Ada pahala amal sholat, sedekah, puasa, haji, tadarus al qur’an dll. Lalu dia mulai berjalan, menuju ke pengadilan Alloh.

Di tengah jalan, dia bertemu dengan orang yang pernah disakitinya. “Kamu dulu di dunia pernah berbuat zholim kepadaku. Kamu memukulku, menendangku, dan menyumpahiku dengan kata yang menyakitkan. Hingga mati, engkau tidak minta maaf kepadaku dan aku pun tidak rela atas perbuatanmu kepadaku,” kata orang yang dizholimi.

“Sekarang, kita sudah di akherat. Sudah tidak berguna lagi dinar dan dirham. Lalu apa yang bisa kulakukan untuk menebus perbuatanku di dunia?” tanya orang yang zholim.

“Sesungguhnya dosaku banyak dan amalku sedikit. Karena itu, aku minta bagian amalmu sebagai tebusannya,” jawab orang yang dizholimi.

“Baiklah. Ini bagian amalku kuberikan kepadamu,” jawab orang zholim itu. Lalu diberikanlah amal sholat. Dia pun berjalan lagi.

Ternyata, bertemu lagi dengan orang yang dizholiminya lagi. Mungkin dengan pedagang pasar yang digusurnya, mungkin dengan orang miskin yang ditertibkannya dll. Mereka meminta tebusan berupa amal sholihnya. 

Akhirnya diberikan pahala amalnya, mulai pahala puasa, sedekah, tadarus dll. Hingga amalnya habis karena begitu banyak orang yang menuntut hak atas kezholimannya di dunia. Ternyata, yang menuntut hak masih banyak.

“Sekarang aku sudah tidak punya amal apa-apa lagi. Apa yang bisa kulakukan sebagai penebus perbuatan zholimku kepadamu saat di dunia?” tanya orang yang zholim.

“Sesungguhnya dosaku banyak dan amalku sedikit. Ini kuberikan sebagian dosaku untuk kau pikul sebagai tebusannya,” jawab orang yang dizholimi.

Karena masih banyak, akhirnya orang zholim itu memikul beban dosa dari orang-orang yang dizholiminya itu. Akhirnya, dia datang ke pengadilan Alloh dalam kondisi pahalanya habis dan memikul dosa yang sangat berat. Dilemparlah dia ke neraka. Na’udzubillah...

Itulah gambaran kisah orang yang merugi, sebagaimana dimaksudkan oleh Rosululloh.

Kepada saudaraku semua yang saat ini berprofesi sebagai Satpol PP, Densus 88 dll, jangan mudah untuk berbuat zholim kepada sesama kaum muslimin. Memukul, menendang, menghardik, sumpah serapah, membuang barang dagangan dll. Sungguh balasannya di akhirat sangat keras.

Kami menceritakan kisah ini, terdorong oleh rasa cinta. Kami tidak ingin kisah tentang orang yang zholim ini terjadi padamu. Semoga Alloh memberikan kelembutan di hati engkau semua, terutama saat berhadapan dengan rakyat kecil yang tidak berdaya. Berhati-hatilah atas doa orang yang terzholimi, karena tidak ada hijab antara do’anya dengan Alloh.

Kredit: Eko Junianto, SE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar