Rabu, 20 April 2016

Menuju Proses Pendewasaan; Refleksi Milad PKS 18

Suatu peristiwa mampu membentuk karakter, baik pada tingkat personal maupun komunal. Sejauh mana seseorang terlibat dan berinteraksi didalam peristiwa, menentukan derajat pembentukan karakternya.

Ambil contoh, momentum perang Badar. Peristiwa ini mampu mengubah sifat kaum muslimin menjadi generasi pemberani. Awalnya tidak siap untuk berperang, lalu Alloh menunjukkan kuasanya di medan Badar. Alhasil, karakter komunal kaum muslimin berubah, dari inferior menjadi superior. 

Pasca perang Badar, nyali kaum muslimin semakin kuat dan berorientasi ekspansif. Mereka berdiri dengan kepala tegak di hadapan lawan. Tidak mengenal kata menyerah atau mundur. Karena yakin akan dimenangkan Alloh sebagaimana di medan Badar. Itulah perubahan karakter yang dihasilkan dari peristiwa perang Badar.

Momentum Sulhul Hudaibiyah, memberi warna yang berbeda pada karakter komunal kaum muslimin. Yakni untuk bersabar dan menahan diri. Awalnya sekedar mau umroh, lalu naik menjadi semangat berjihad setelah berhembus kabar dibunuhnya 'Utsman bin Affan. Niat berjihad semakin menggebu karena ada proses bai’atur Ridwan yang berlangsung dramatis. 

Lalu tiba-tiba mereka harus pulang ke Madinah, dengan membawa sejumlah syarat yang dianggap sebagai kekalahan berdiplomasi. Kali ini, kaum muslimin sedang di tarbiyah agar bisa bersabar dan menahan diri dengan tingkatan yang berbeda. Jika pada periode Makkah mereka bersabar karena tidak memiliki kekuatan, kali ini mereka harus bersabar dalam posisi memiliki kekuatan. Itulah karakter khas yang dihasilkan dari peristiwa Sulhul Hudaibiyah.

Karakter PKS, Masa Lalu
Sejak februari 2013, PKS bisa diibaratkan dipimpin oleh dua singa, yakni Singa Podium (Ust. Anis Matta) dan Singa Parlemen (Ust. Fahri Hamzah). Karakter PKS secara komunal-pun turut berubah, dari kalem menjadi pemberani.

Sulit dipungkiri bahwa Ust. Anis Matta adalah seorang pemikir jenius. Ide-idenya sangat orisinal dan maju, bahkan bagi mereka yang terbiasa melahap buku tebal. Misalnya “Menjadi Otak, Hati, dan Tulang Punggung Indonesia” sesungguhnya adalah ide yang sangat genuine. Frase ini belum pernah diungkapkan oleh para pemikir dan tokoh bangsa Indonesia sekalipun. Dengan kapasitas retorika yang mumpuni, pujian sebagai “Soekarno Muda” pun dialamatkan kepadanya.

Ust. Fahri Hamzah pun menjadi “bintang” dalam banyak kesempatan. Ide yang dibungkus secara utuh dan kapasitas retorika yang menawan menjadikan Ust. Fahri Hamzah tampil menjadi satria pilih tanding. Semua dibabat habis, mulai dari KPK, Pengamat, LSM/NGO, Media, lembaga survei dll. 

Duet maut Ust. Anis Matta dan Ust. Fahri Hamzah berimbas pada perubahan karakter PKS secara komunal. Kader PKS berani melawan media mainstream, berani membongkar penyesatan opini, berani bersikap lantang di hadapan penguasa, berani berkompetisi dengan partai besar dengan kepala tegak dll. Inilah karakter yang terbentuk di masa itu. Sama sekali berbeda dengan karakter pada masa kepemimpinan Dr. Hidayat Nur Wahid. 

Memaknai PKS Masa Kini
Sejarah masa kini sebenarnya sedang kita tulis. Namun bisa kita baca dan prediksi berdasarkan karakter para pemimpinnya. Faktanya saat ini, PKS dipimpin oleh seorang ulama (Habib) dan akademisi (Ph.D). Otomatis, akan berimbas pula kepada karakter PKS secara komunal.

Perubahan kebijakan dan rotasi jabatan bersama gonjang-ganjing yang mengikutinya, bisa kita letakkan dalam perspektif itu. Mungkin ada karakter tertentu yang harus kita instal, asah, dan kuatkan. Bahwa semua ini adalah proses pendewasaan dan pematangan dalam proses tarbiyah yang panjang. Pada satu fase tertentu, kita belajar satu karakter khas.

Peringatan maulid nabi di DPP PKS, lomba musabaqoh qiroatul kitab serta taujih bertubi-tubi agar bersikap tawadhu' baru sekedar fenomena awal. Jika periode kemarin kita dilatih menjadi singa, maka saat ini kita tengah dilatih menjadi seorang rahib. Jika semua berjalan dengan baik, kelak kita bisa menjadi singa di siang hari dan rahib di malam hari. Wallohu a’lam.

Eko Junianto, SE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar