Rabu, 20 April 2016

Parade Bintang-bintang; Refleksi Milad PKS 18

Sebuah permainan jadi menarik jika pertarungan berlangsung fair, sportif, dan seimbang. Terlebih jika banyak pemain bintang terlibat didalamnya. Jauh lebih asyik menonton El Classico ketimbang menyaksikan MU membantai AS Roma. Pertarungan Mike Tyson melawan Evander Holifield jauh lebih menegangkan ketimbang eksibisi Mike Tyson melawan Cris John.

Begitulah, agar permainan jadi menarik dan enak ditonton, tidak cukup hanya dengan meningkatkan skill dan kapasitas pribadi. Tapi kita juga harus mencari lawan main yang sepadan. Up grade bukan hanya berlaku bagi kita, tapi juga bagi partner dan kompetitor. Rentang waktu 18 tahun, PKS telah membawa standar baru dalam politik di Indonesia. Diantaranya:

Pertama, Modernisasi Sistem
Sebuah organisasi akan eksis dan berkembang jika dijalankan dengan menegakkan sistem, bukan ketokohan. Sistem bisa dijalankan oleh siapa saja, asal memenuhi standar dan kualifikasi. Sedang ketokohan seringkali menjadi benteng pemisah, antara shohibul bait dengan shohibul hajat. Bukan berarti tokoh tidak penting, namun harus dijaga agar nilai ketokohan tidak lebih besar dari nilai organisasi. Agar organisasi bisa tetap eksis meski tokohnya sudah tiada.

Faksi dan kecenderungan hati pasti ada. Tidak masalah, karena hal itu sungguh sangat manusiawi. Namun, PKS tidak mengalami tekanan psikologis sebagaimana di partai sebelah, dimana kekuasaan terpusat dan terlegitimasi pada satu nasab tertentu. Seperti halnya trah Bani Soekarno di PDI Perjuangan. PKB sempat merasakan situasi yang sama (trah Bani Gusdur) sebelum akhirnya bisa memandirikan gerakannya.

Kedua, Durabilitas Kerja
PKS hidup sepanjang tahun, bukan hanya pada momentum politik semata. Kegiatan pengkaderan terus berjalan, baik di ruang seminar maupun pegunungan. Aktivitas sosial terus digalakkan, baik dengan stetoskop maupun paket sembako murah. Basis komunitas terus dibangun, baik dengan cara ideologis maupun pragmatis. Advokasi publik terus dilakukan, baik kepada basis konstituen maupun masyarakat umum.

Lelah dan futur pasti terjadi. Tidak masalah, karena hal itu juga manusiawi. Bukan tak boleh lelah, hanya tak boleh berhenti. Boleh kita meminum sedikit air untuk membasahi tenggorokan, tapi tidak boleh sampai memenuhi perut. Karena hanya pasukan yang meminum sedikit air pelepas dahaga saja, yang sanggup melanjutkan perjalanan jihad bersama Tholut. Karena hanya mereka yang istiqomah di medan Uhud saja, yang diserukan bergabung dalam perang Hamroul Asad bersama Rosululloh saw.

Ketiga, Pelopor Kebaikan
Sulit untuk dipungkiri bahwa PKS berstatus sebagai trend setter bagi partai lain. Relawan kemanusiaan dan kebencanaan sekarang bukan hanya dimonopoli PKS, tapi juga dimiliki oleh partai lain. Segmen pemilih pemula dan pemilih muda sekarang bukan hanya digarap oleh PKS, tapi juga mulai digarap partai lain. Kasus terbaru, lomba membaca kitab kuning yang dipelopori PKS juga langsung diduplikasi oleh partai lain.

Alhamdulillah jalan kita diikuti oleh partai lain, kita membuat sunnah hasanah dalam ranah politik. Berarti kita mendapatkan tambahan pahala atas orang-orang yang terinspirasi dan mengikuti kita. Berarti kita mendapatkan keutamaan karena menjadi pelopor kebaikan. Sebagaimana Ukasyah yang mendapatkan derajat tinggi karena amal kepeloporan. “Kalian telah didahului Ukasyah,” kata rosul kepada para shahabat.

Khotimah
Sejauh ini kita sudah membuktikan banyak hal kepada masyarakat Indonesia, khususnya para pengamat dan analis. Bahwa politik Islam memiliki prospek yang cerah di bumi pertiwi. Bahwa umat Islam bisa tampil menjadi komunitas yang maju dan modern. Bahwa Islam adalah wajah yang ramah dan bersahabat.

Selanjutnya, kita pun perlu memberikan dorongan positif kepada partner sesama partai politik. Bahwa berpolitik itu adalah aktivitas yang mulia dan bermartabat. Bahwa tidak ada aliran dan paham apapun yang mengajarkan politisi untuk berperilaku KKN. Hanya dengan cara demikian, kepercayaan masyarakat kepada partai bisa dipulihkan, setelah digerogoti oleh pengamat dan media. Dan momentum pemilu pun menjadi parade bintang-bintang pemimpin masa depan, untuk mewujudkan masa depan gemilang.

Eko Junianto, SE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar