Slide 1
Seorang ayah yang sedang berupaya menangkap
ikan dengan alat bubu di pagi hari.
Usia yang tak muda lagi, tetap tak
menyurutkan upayanya untuk tetap bertahan demi kesuksesan keluarganya.
Slide 2
Upaya seorang ayah yang gigih tetap memanen
getah karet.
Meski harga per-kilo tak seberapa, tapi
beliau tetap menanamkan harapan untuk memetik rezeki dari jalan itu.
Slide 3
Seorang bapak yang dengan segenap upayanya
tetap semangat untuk memindahkan water torn di pegunungan.
Slide 4
Dalam slide tersebut terdapat foto aktivitas
Latihan Dasar Ketarunaan (Latsartar) Lembaga Pendidikan dan Latihan Penerbangan
Tetuko institute Yogyakarta. Taruna yang terlihat paling depan berasal dari
lereng Merapi (Magelang). Amanah beliau dalam ketarunaan adalah sebagai Polisi
Taruna. Di balik tampilan gagahnya, tersimpan perjuangan orangtua yang begitu
memprihatinkan.
Demi suksesnya anak-anaknya (salah satunya
dia), orangtuanya bekerja sebagai kuli batu. Bekerja memecah batu di lereng
Merapi yang jika dijual pun tak begitu terasa harganya (Slide 5 ilustrasi
kuli).
Erupsi Merapi 2009 melantakkan rumah dan
tempat mencari nafkahnya diterjang lahar.
Taruna yang berdiri di belakangnya pun tak jauh
berbeda. Bahkan lebih memprihatinkan. Karena posisi rumah tempat berkumpulnya
keluarga dia lebih mendekati puncak Merapi di banding sang Polisi Taruna.
Ketika erupsi terjadi, mereka menjadi
relawan utusan kampus membantu masyarakat sekitar Merapi. Bahkan mereka
kebingungan mencari orangtua masing-masing ada di pengungsian mana.
Alhamdulillah, salah satu dari mereka sudah
lulus dan bekerja di perusahaan penerbangan.
Slide 6
Perhatikan! Ada yang berbeda?
Ya. Pemulung di foto itu menggunakan kaos
Pandu SIT (Sekolah Islam Terpadu) Al-Husna Sukabumi. Momen ini ditemukan ketika
pulang dari perkemahan Hari Pramuka tanpa disengaja.
Bukan. Ini bukan lulusan dari SDIT Al-Husna.
Dengan husnuzhon, bisa jadi lulusan SDIT Al-Husna sudah tidak membutuhkan kaos
itu lagi kemudian dihibahkan kepada beliau dan digunakan untuk mencari nafkah.
Dan jalan rezeki beliau adalah dengan cara memulung.
Slide 7
Alloh berfirman, “Apakah yang menghalangimu
(sehingga) kamu tidak bersujud (kepada Adam) ketika Aku menyuruhmu?” (Iblis)
menjawab, “Aku lebih baik daripada dia. Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan
dia Engkau ciptakan dari tanah.” (Qs. Al-A’rof [7]: 12)
Apa yang menjadikan standar bahwa api lebih
mulia dari tanah, atau sebaliknya?
Apakah karena Iblis diciptakan lebih dahulu
daripada Adam kemudian hal itu dijadikan standar kemuliaan?
Bukan!
Pesan yang Alloh tekankan dari ayat ini
adalah: Jangan ada kesombongan.
Perhatikan tayangan video berikut ini:
Slide 8
Putarlah video tersebut apa adanya, tanpa
diberikan penjelasannya. Setelah selesai, tanyakan kepada audiens tentang apa
yang mereka pahami dari video tersebut.
Setelah sedikit menggali pemahaman, jelaskan
isi kisah dalam video tadi: Video ini hasil garapan Singapura. Ini berkisah
tentang keluarga yang sedikit terguncang karena ujian anak. Waktu yang dipunyai
anaknya, dinilai ayahnya tidak produktif. Hingga suatu saat ayahnya tidak kuat
menahan kekesalan dan menegur anaknya, dan terjadilah perkelahian antara ayah
dan anak.
Sang anak pergi meninggalkan rumah dengan
marah. Sang ayah pun mengkhawatirkan kepergian anaknya. Dan sang anak bekerja
menjadi pegawai bangunan. Di sana terjadi musibah (jatuh).
Ayahnya pun tetap optimis menyehatkan
anaknya kembali di tengah ketidakoptimisan sang anak.
Jika telah selesai menjelaskan, putar sekali
lagi untuk lebih mengendapkan pemahaman audiens (dengan pemahaman yang
seragam).
[Download]
Slide 9
Beritahukan kepada audiens bahwa video ini
hasil garapan Malaysia (agar tak berisik ketika mengikuti isi kisahnya dengan
bahasa Melayu). Putar apa adanya seperti video sebelumnya.
Setelah sedikit brainstorming, jelaskan
tentang isi video tadi: Kisah ini diawali dengan pulangnya putra-putri dari
menziarahi makam ibunya.
15 tahun yang lalu, seorang ibu membesarkan
2 orang anaknya. Anak pertama, putra. Punya cita-cita sebagai fotografer. Anak
keduanya, putri. Dia mempunyai cita-cita sebagai dokter.
Sang ibu memotivasi anak-anaknya melalui
kegiatan di rumah. Sang kakak mengekspresikan dalam gambar sekeluarga yang
diwarnai dengan indah. Sang adik mempelajari bacaan tentang kedokteran.
15 tahun kemudian, cita-cita itu pun
tercapai. Anak laki-lakinya menjadi fotografer, anak perempuannya menjadi
dokter.
Sayangnya, hingga ibunya meninggal dengan
meninggalkan surat dan beberapa barang kenangan semasa kecil anak-anaknya, sang
anak pertama sebagai fotografer kenamaan belum sempat berfoto sekeluarga dengan
ibunya. Anak kedua yang menjadi dokter di rumah sakit terkenal pun sibuk
mengobati banyak pasien tapi tidak sempat menyembuhkan ibunya sendiri.
Putar sekali lagi video tadi.
Kita rangkum dari slide 1 tentang foto bapak-bapak
yang bekerja mencari ikan hingga video-video yang berkisah tentang kepedulian
seorang ayah kepada anaknya, dan seorang ibu yang menahan kangen karena takut
mengganggu kesibukan anaknya hingga membawa kekangenan itu ke liang lahat.
[Download]
Slide 10
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$#
(#qãZtB#uä
w
öyó¡o
×Pöqs%
`ÏiB
BQöqs%
#Ó|¤tã
br&
(#qçRqä3t
#Zöyz
öNåk÷]ÏiB
wur
Öä!$|¡ÎS
`ÏiB
>ä!$|¡ÎpS
#Ó|¤tã
br&
£`ä3t
#Zöyz
£`åk÷]ÏiB
(
wur
(#ÿrâÏJù=s?
ö/ä3|¡àÿRr&
wur
(#rât/$uZs?
É=»s)ø9F{$$Î/
(
}§ø©Î/
ãLôew$#
ä-qÝ¡àÿø9$#
y֏t/
Ç`»yJM}$#
4
`tBur
öN©9
ó=çGt
y7Í´¯»s9'ré'sù
ãNèd
tbqçHÍ>»©à9$#
ÇÊÊÈ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu
kaum mengejek kaum yang lain, karena boleh jadi mereka (yang diejek) itu lebih
baik dari mereka (yang mengejek). Dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan (menghina) kumpulan lainnya, (karena) boleh jadi yang direndahkan
itu lebih baik (daripada yang merendahkan). Dan janganlah suka mencela dirimu
sendiri dan jangan memanggil dengan gelar-gelar yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman. Dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zholim. (Qs. Al-Hujurot
[49]: 11)
Alloh secara langsung melarang orang beriman
melontarkan ejekan kepada saudaranya yang seiman.
Akan lebih menyakitkan lagi jika kita
mengejek teman kita dengan sekaligus mengejek orangtuanya. Satu pertanyaan: apa
salah orangtuanya hingga kita dengan leluasa menghina orangtuanya? Kita kenal
juga tidak. Jika kita berani, kita datangi bapaknya kemudian kita hina langsung
di depannya. Berani?
Mengapa kita tega menghina orangtuanya?
Apakah jika orangtua teman kita bekerja seperti gambar-gambar tadi adalah
pekerjaan hina? Tidak! Dia bekerja semampunya untuk kesejahteraan keluarganya.
Kepayahannya dia persembahkan untuk keluarganya. Kulitnya rela dia habiskan
untuk diperas demi kebahagiaan keluarganya.
Bayangkan jika itu adalah orangtua kita, dan
teman kita menghina kita sekaligus menghina orangtua kita. Apakah kita rela?
Janganlah kita bergandengan mesra dengan Iblis
yang menyombongkan diri karena menganggap api lebih mulia dari tanah!
Ada satu kisah yang menggambarkan bahayanya
menghina saudara seiman.
Hafshoh dan Aisyah adalah istri Rosululloh saw sedang berkumpul dan membicarakan istri Rosululloh saw bernama Shofiyah binti Huyay. Dalam obrolannya itu, Hafshoh dan Aisyah menyebut Shofiyah dengan “Perempuan Yahudi!”. Dengan sedih, Shofiyah mengadu
kepada Rosululloh saw tentang perlakuan Aisyah dan Hafshoh kepadanya, “Ya Rosululloh, aku
memang keturunan Yahudi. Tapi aku telah ridho dengan keislamanku. Apakah
setelah berislam dan menjadi istrimu, aku masih sehina sebelumnya hingga aku
dipanggil ‘perempuan Yahudi’?”. Seketika Rosululloh saw menghibur dengan saran,
“Mengapa tak kau katakan ‘Bagaimana kalian berdua lebih baik dariku, suamiku Muhammad, ayahku Harun, dan pamanku Musa. Apalagi yang dapat kau banggakan?’” Kemudian Rosululloh saw mendatangi
Hafshoh dan menegur bahwa jika perkataan hinaan tadi dicelupkan ke lautan, maka
air laut seketika akan berubah jadi hitam tersebab kata-kata hinaan tersebut.
Begitu berbahayanya menghina, hingga Alloh sendiri
menurunkan ayat tentang larangan menghina!
Bayangkan akibat saling mengejek: kita akan
saling bermusuhan dengan teman kita. Tak cukup dengan itu, orangtua kita dan
orangtua teman kita dapat berperang! Keluarga besar kita dapat menghujat
keluarga besar teman kita. Semua berawal dari mulut kecil kita.
Pertempuran/tawuran antar kampung pun
seringkali di awali oleh tidak pandainya kita menjaga mulut mungil kita.
Padahal Alloh telah melarang menumpahkan
darah orang-orang yang telah beriman kepada-Nya.
Bagi kita yang sudah terlanjur menghina
saudara seiman kita, ingatlah perintah Alloh di akhir ayat 11 surat al-Hujurot
tadi: bertaubatlah! Istighfar dan minta maaf kepada saudara yang pernah kita
hina.
Pesan:
Sesampainya di rumah, bercerminlah!
Perhatikan baik-baik wajah kalian.
Jika kalian lihat wajah kalian begitu cakap,
jangan kalian kotori dengan perbuatan yang hina.
Jika kalian temui wajah kalian kurang cakap,
jangan kalian perparah lagi dengan perilaku hina.
Subhanakallohumma wa bihamdika asyhadu anlaa
ilaaha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaik.
------
Disampaikan dalam kegiatan mabit kelas 4, mentoring
kelas 5, dan taujih kelas 6 SDIT al-Husna Parungkuda kab. Sukabumi.
Note:
Gambar, narasi, dan atau video, silakan diubah menyesuaikan situasi dan kondisi tempat masing-masing. Narasi di atas sebagian sengaja mengangkat pengalaman mentor sendiri.
[Download]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar