Sabtu, 22 Februari 2014

Kisah Penebang Pohon dan Setan

Saya teringat kisah tentang pemuda penebang pohon dan setan penghuni pohon yang sering dijadikan kisah ilustrasi/kisah berhikmah ketika ikut pengajian di masjid Istiqomah kelurahan Penumping (Sriwedari) Solo.

Pengajian tersebut dilaksanakan tiap hari pada pagi hari. Akan lebih penuh lagi ketika hari Ahad. Beberapa tahun terakhir ini saja saya sedikit menebak apakah komunitas pengajian ini yang pada kemudian hari disebut Jama'ah Anshorut Tauhid. Karena dulu seringkali ada jama'ah yang bilang bahwa komunitas pengajian tersebut diberi titel “Jama'ah Anshorut Tauhid” (Jama'ah Penolong Tauhid).

1. Kisah Kholid ibn Walid yang Menebang Pohon Uzza

Uzza adalah pohon yang dikeramatkan orang-orang musyrikin Arab Jahiliyah. Bentuk mengeramatkannya adalah dengan membuat bangunan seperti rumah yang mengelilingi ketiga pohon keramat tersebut. Mereka memuja pohon tersebut.

Disebutkan dalam Sunanul Kubro karya imam an-Nasa’i, dari Ath-Thufail, beliau bercerita:

“Ketika Rosululloh menaklukkan kota Makkah, beliau mengutus Kholid ibn Walid ke daerah Nakhlah, tempat keberadaan berhala ‘Uzza. Akhirnya Kholid mendatangi ‘Uzza, dan ternyata ‘Uzza adalah tiga buah pohon Samuroh.

Kholid pun lantas menebang ketiga buah pohon tersebut. Ketiga buah pohon tersebut terletak di dalam sebuah rumah. Kholid pun menghancurkan bangunan rumah tersebut. Setelah itu Kholid menghadap Nabi dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan.

Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda, ‘Kembalilah! karena engkau belum berbuat apa-apa.’ Akhirnya beliau kembali. Tatkala para juru kunci ‘Uzza melihat kedatangan Kholid, mereka menatap ke arah gundukan yang ada di dekat lokasi tersebut sambil berteriak, “Wahai ‘Uzza, wahai ‘Uzza!”

Kholid akhirnya mendatangi gundukan, ternyata ‘Uzza itu (jin yang menjelma) berbentuk perempuan telanjang yang mengurai rambutnya (memanjang). Ketika itu dia sedang menuangkan debu ke atas kepalanya dengan menggunakan kedua telapak tangannya.

Kholid pun menyabetkan pedang ke arah jin perempuan ‘Uzza sehingga berhasil membunuhnya. Setelah itu Kholid kembali menemui Nabi dan melaporkan apa yang telah dia kerjakan. Lalu Nabi bersabda:

نَعَمْ، تِلْكَ الْعُزَّى “Ya, itulah (setan) ‘Uzza.”
(Shohih, HR. Nasa’i, Sunan Al-Kubra no. 11547, Ibnu Sa'ad dalam Thobaqotil Kubro (2/146), hadits ini di shohihkan oleh Dziya’ Al-Maqdisi dalam kitabnya al-Ahadits Al-Mukhtaroh (258, 259), di shohihkan juga oleh Husein Sulaim Asad dalam tahqiq Al-Musnad Abu Ya’la Al-Mushili (902)).

Begitulah, Kholid ibn Walid menebang pohon-pohon Uzza dan membunuh Syetan Uzza atas restu dari Nabi demi mencegah kemusyrikan.

2. Penebangan Pohon “Syajarotur Ridwan” atas Perintah ‘Umar ibn Khoththob

‘Umar ibn Khoththob rodhiyallohu ‘anhu memerintahkan orang-orang agar pohon “Syajarotur Ridhwan” di tebang di masa Kekholifahan beliau, di mana di bawah pohon tersebut pernah dijadikan sebagai tempat bai’atur ridwan di Masa Rosululloh. Padahal di zaman ‘Umar, pohon tersebut di jadikan sebagai tempat bersejarah Islam yang perlu dilestarikan turun temurun. Akan tetapi untuk mencegah terjadinya kesyirikan dan anggapan keramat dari orang-orang yang jahil, maka ‘Umar memerintahkan agar pohon tersebut di tebang.

Ibnu Waddhah Rohimahulloh berkata,
سمعت عيسى بن يونس يقول : أمر عمر بن الخطاب ـ رضي الله عنه بقطع الشجرة التي بويع تحتها النبي صلى الله عليه وسلم فقطعها لأن الناس كانوا يذهبون فيصلون تحتها ، فخاف عليهم الفتنة .
 
“Aku mendengar ‘Isa bin Yunus mengatakan, “Umar ibn Al-Khoththob rodhiyallohu ‘anhu memerintahkan agar menebang pohon yang Nabi shollalloohu ‘alaihi wasallam menerima ba’iat (Bai’atur ridhwan) kesetiaan di bawahnya (dikenal dengan pohon Syajarotur ridhwan). Ia menebangnya karena banyak manusia yang pergi ke sana dan sholat di bawahnya, lalu hal itu membuatnya khawatir akan terjadi fitnah (kesyirikan) terhadap mereka.”  (Shohih, HR Ibnu Wadh-dhoh dalam kitabnya “Al-Bida’u wan-Nahyu ‘Anha”, 42. Al-I’tsihâm, 1/346)
------

Referensi:
Sunanul Kubro Karya Imam An-Nasa’i
Thobaqotil Kubro Karya Ibnu Sa’ad
Al-Bida’u wan-Nahyu ‘Anha Karya Ibnu Wadhdhoh

http://tadriburrowi.blogspot.com/2013/11/kisah-penebangan-pohon-yang-di.html


Dari Hasan, Mubarok ibn Fadhilah telah meriwayatkan untuk kita semua. Sebuah kisah teladan Islami yang bisa dijadikan panutan untuk umat Islam agar selalu zikir dan ingat terhadap Alloh SWT.

Kisahnya

Dahulu ada sebuah pohon yang disembah, selain Alloh SWT. Kemudian datanglah seorang laki-laki mendatanginya dan berkata, Aku akan menebang pohon ini! Pada mulanya si penebang pohon ini datang untuk menebang karena takut akan murka Alloh SWT.

Maka iblis pun datang dengan bentuk menyerupai manusia dan menghadang si penebang pohon, Apa yang hendak kau lakukan? tanya iblis.
“Aku hendak menebang pohon yang dijadikan sembahan selain Alloh SWT,” jawab si penebang pohon.
“Jika engkau tidak menyembahnya, ia tidak akan membahayakanmu,” jawab iblis.
“Aku tetap akan menebangnya,” kata si penebang kayu.

Iblis terus menerus menggoda si penebang pohon.
“Adakah jalan lain yang lebih baik untukmu? Jika engkau tidak menebang pohon itu maka engkau akan mendapatkan 2 dinar setiap pagi di bawah bantalmu.” kata iblis.
“Darimana engkau mendapatkannya?” tanya si penebang kayu.
“Aku yang akan memberikannya kepadamu.” jawab iblis yang menjelma menjadi manusia itu.

Kemudian laki-laki penebang pohon kembali pulang ke rumahnya dan mengurungkan niatnya untuk menebang pohon. Maka pada paginya ia mendapatkan uang 2 dinar di bawah bantalnya.
Namun pada hari berikutnya, uang tersebut tidak ditemukan di bawah bantal lagi. Si penebang pohon kayu marah dan bergegas menuju pohon yang jadi sembahan tersebut dan bermaksud menebangnya kali ini.

Di tengah perjalanan, iblis muncul lagi dengan rupa asli dan menghadangnya.
“Apa yang hendak engkau lakukan?” tanya iblis.
“Aku hendak menebang pohon yang disembah selain Alloh SWT,” jawab si penebang kayu.
“Engkau telah berbohong, engkau tidak akan bisa menebang pohon itu,” kata iblis lagi.

Akhirnya penebang pohon tetap pergi untuk menebang pohon. Namun iblis juga tak membiarkannya, ia memukul dan mencekiknya sampai hampir mati.

Lalu iblis berkata,
“Tahukah engkau siapa sebenarnya aku? Aku adalah Iblis. Pertama kali engkau marah dan hendak menebang pohon itu karena hanya mencari ridho Alloh SWT. Saat itu, aku tidak mampu menghalangimu, maka aku membujukmu melalui uang 2 dinar. Saat itu engkau tidak jadi menebang pohon tersebut. Maka ketika engkau marah dan hendak menebang pohon hanya karena uang 2 dinar, aku dapat menghalangi dan mengalahkanmu.”

http://kisahislamiah.blogspot.com/2012/10/dialog-iblis-dan-penebang-kayu.html



Kisah tentang penebang kayu dan iblis di bawah ini saya kutip persis dari buku Hati, Diri, dan Jiwa: Psikologi Sufi untuk Transformasi tulisan Robert Frager (Syekh Ragib al-Jerahi).

Alkisah ada seorang penebang kayu yang taat dan tinggal di sebuah hutan yang berdekatan dengan desa yang penghuninya adalah suku primitif. Para suku primitif itu menyembah sebuah pohon besar yang tumbuh di tengah desa. Suatu ketika si penebang kayu ingin menebang pohon yang disembah tersebut. Ia ingin menunjukkan kepada suku primitif tersebut bahwa yang mereka sembah itu bukanlah apa-apa selain ciptaan Tuhan, dan bahwa mereka seharusnya menyembah Tuhan, bukan pohon.

Saat si penebang kayu berjalan menuju hutan tersebut, seorang pria mencegahnya dan menanyakan ke mana ia akan pergi. “Demi Tuhan, aku akan menebang pohon yang disembah oleh suku yang hidup di tengah hutan”, kata si penebang kayu.
“Itu suatu kesalahan,” kata pria tersebut mengingatkan.
“Siapakah kau hingga berhak mengatakan apa yang harus kulakukan?” tanya si penebang kayu.
“Aku adalah iblis dan aku tidak akan membiarkan dirimu menebang pohon tersebut”.
Penebang pohon marah dan menarik sang iblis serta membantingnya ke tanah, dan melekatkan kampaknya pada leher iblis.

Lalu iblis tersebut berkata, “Kau bersikap tidak masuk akal. Suku tersebut tidak akan pernah membiarkan dirimu menebang pohon suci mereka. Bahkan, jika kau mencoba melakukannya, mereka mungkin akan membunuhmu. Istrimu akan menjadi janda dan anak-anakmu akan menjadi yatim. Selain itu, bahkan jika kau berhasil menebang pohon tersebut dan selamat, maka mereka akan memilih pohon yang lain untuk disembah. Maka pikirkanlah.”

Iblis tersebut melanjutkan, “Aku akan membuat penawaran denganmu. Aku tahu bahwa kau seorang miskin, namun juga taat. Kau mempunyai sebuah keluarga yang besar, dan kau senang membantu orang lain. Setiap pagi aku akan menaruh dua koin emas. Selain terhindar dari bahaya pembunuhan dan tidak memperoleh apa pun, kau dapat menggunakan uang tersebut untuk kebutuhan keluargamu dan membantu orang-orang miskin.”

Penebang kayu menyetujuinya. Esok paginya, ia menemukan dua buah koin emas di bawah tempat tidurnya. Lalu ia membeli makanan dan pakaian baru untuk keluarganya dan membagikan sisa uangnya untuk orang-orang miskin. Pada pagi berikutnya, penebang kayu tersebut tidak menemukan apa pun. Ia telah mencari ke seluruh ruangan, tetapi tetap tidak menemukan koin emas.

Marah terhadap penkhianatan iblis, si penebang kayu mengambil kampaknya dan bersiap pergi untuk menebang pohon yang disembah oleh suku primitif di tengah hutan.

Sang iblis pun kembali mencegahnya, dan sambil tersenyum ia bertanya, “Kau akan pergi ke mana wahai penebang kayu?”
“Penipu, pembohong! Aku akan menebang pohon itu!” teriak penebang kayu.
Lalu iblis menyentuh dada si penebang kayu dengan satu jarinya. Si penebang kayu terjatuh ke tanah, pingsan akibat kekuatan sentuhan tersebut. Lalu, iblis menyentuh dada sang penebang kayu dengan satu jarinya dan menekannya ke tanah. Sang iblis berkata, “Kau ingin aku membunuhmu? Dua hari lalu kau akan membunuhku. Berjanjilah, kau tak akan menebang pohon yang disembah itu.”
Sang penebang kayu menjawab, “Aku berjanji tidak akan menebang pohon tersebut. Tetapi katakanlah satu hal kepadaku, dua hari lalu aku mengalahkan dirimu dengan mudah. Darimana kau dapatkan kekuatan yang luar biasa pada hari ini?”

Iblis pun tersenyum dan berucap “Saat itu kau akan menebang pohon tersebut karena Tuhan. Namun hari ini kau berkelahi denganku karena dua buah koin emas!”

Kisah di atas menggambarkan ketulusan dari si penebang kayu yang hanyalah bersifat sementara dan dengan mudah digoyahkan oleh iblis.

Sungguh sebuah kisah yang memberikan pelajaran sangat berharga buat saya, sudahkah saya melakukan kebaikan dengan ketulusan yang sempurna?

Sumber: Robert Frager (Shekh Ragib al-Jerahi), “Hati, Diri, dan Jiwa: Psikologi Sufi untuk Transformasi” (terjemahan dalam bahasa Indonesia), hal. 212 – 214, Penerbit Serambi.


http://tutinurmuntaha.wordpress.com/2011/10/10/kisah-penebang-kayu-dan-iblis/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar