Minggu, 05 Juni 2016

Menuju Puncak Pendakian Romadhon

Sebagai momentum yang istimewa, wajar jika banyak orang ingin ikut unjuk gigi di Bulan Romadhon. Dalam kompetisi bergengsi, ikut terdaftar menjadi peserta saja sudah cukup membanggakan. Karena proses seleksinya yang rumit dan tangguhnya lawan yang akan dihadapi. Terlebih jika bisa melaju jauh hingga menembus partai final. Ternyata Romadhon tidak menuntut kualifikasi yang rumit sebagaimana layaknya even besar. 

Betul, semua bisa mendaftar. Cukup berbekal dengan iman, ilmu, dan amal niscaya kita bisa mencapai puncaknya. Tentu ada pula faktor lain seperti kesehatan, kesabaran, dan kesungguhan. Pada praktiknya, keberhasilan menuju puncak prestasi seringkali terjadi karena beberapa faktor kunci. Diantaranya:

Pertama, Strategi
Ada jalur yang mudah dan ringan, ada pula jalur yang berat dan menantang. Seorang pendaki harus mempelajari dan memahami semua jalur pendakian dan memilih jalur yang paling sesuai dengan kondisi dirinya. Disesuaikan dengan kondisi fisiknya, perbekalannya, peralatannya, kepadatan lalu lintas di jalur tersebut dll.

Kita masuk Romadhon, berangkat dengan kondisi dan latar belakang yang berbeda. Kaum santri bisa nyaman beribadah dengan tingkatan yang ideal. Para pegawai, pekerja, pedagang dll, masing-masing memiliki banyak urusan yang berpotensi menghambat kesuksesan amaliah Romadhon. Sopir angkutan dan kuli bangunan punya tantangan sangat berat. Juga demikian halnya dengan orang yang sudah udzur dan tengah sakit.

Semua orang berhak untuk jadi peserta dan mengangkat trofi kemenangan di bulan Romadhon. Caranya dengan memilih amaliah unggulan yang sesuai dengan kondisi kita ke tingkatan puncak. Jika termasuk golongan berpunya, gunakan harta sebagai senjata. Jika termasuk golongan cerdik pandai, gunakan ilmu sebagai senjata. Bahkan jika kita tengah menjadi pengangguran, jadikan waktu luang sebagai senjata. Bersyukurlah jika di bulan Romadhon memiliki banyak waktu luang, karena sungguh tidak semua orang punya banyak waktu luang.

Alhasil, semua orang bisa mencapai puncak amal di bulan Romadhon. Ada amaliah standar yang kita lakukan seperti puasa, tadarus al Qur’an, tarawih dll. Tapi ada amaliah khas yang akan kita bawa sampai tingkatan mumtaz, sesuai kondisi yang ada pada kita. Mumpung Romadhon baru kita jelang, mari kita rencanakan jalur pendakian spesial yang kompatibel dan reliabel.

Kedua, Kesungguhan
Kesungguhan menjadi faktor kunci yang akan menentukan daya juang kita dalam menapak jalur pendakian. Meski sudah mencari jalur yang paling pas dengan kondisi kita, namun ada halangan lain menanti. Mulai dari keengganan, kemalasan, bersikap santai, dan meremeskan serta kealpaan diri. Semua bermula pada lemahnya kesungguhan, dengan variannya yang berbeda-beda.

Memupuk kesungguhan harus dilakukan jauh hari. Apa yang kita persiapakan untuk menyambut Romadhon adalah cermin dari kesungguhan. Apa yang kita korbankan dalam rangka mewujudkan amalan puncak adalah bentuk kesungguhan. Apa yang kita singkirkan agar tidak mengganggu dan merintangi adalah wujud kesungguhan. 

Kesungguhan adalah komitmen sepanjang jalan. Selain fase persiapan, kesungguhan harus terus dipupuk pada saat menapak jejak, saat perjalanan mencapai puncak hingga saat kembali ke rumah. Karena kegagalan akan menghadang dengan banyak wajah, mulai dari batu besar yang melintang di tengah jalan, hingga kerikil kecil yang membuat kaki terpeleset.

Ada orang yang memiliki kesungguhan berjuang secara mandiri. Meski sendiri dan berteman sepi, dia akan terus melangkah dengan tegak, tanpa tergoyahkan. Namun ada juga orang yang terpupuk kesungguhannya karena faktor kebersamaan. Bersemangat karena jumlahnya banyak, ada yang menemani, menuntun, memotivasi dll. Jika peran itu harus ada yang memainkan, maka kitalah orangnya.

Capek, lelah, letih, lesu, terjatuh dll adalah menu wajib bagi para pejuang. Karena itu, pupuk terus kesungguhan dengan bayangan berupa imbalan, ganjaran, dan kompensasi. Mulai dari derajat yang tinggi hingga luasnya rohmat dan kasih sayang Alloh. Alhasil, proses imajinasi terhadap hasil akhir harus terpatri dengan kuat. Karena kesungguhan sering melahirkan kekuatan besar yang sulit untuk dipercaya.

Khotimah
Berada di puncak itu sepi rasanya. Karena itu ajaklah orang lain untuk menemani, sebanyak-banyaknya. Bukankah kemenangan terasa spesial dan bermakna jika bisa kita bagi dengan orang-orang yang kita kasihi? Mari kita wujudkan bulan Romadhon sebagai bulan kemenangan milik semua orang. Karena semua orang memang berhak menjadi pemenang.

Eko Julianto, ST

Tidak ada komentar:

Posting Komentar