Rabu, 03 Juni 2015

Apakah Belum Jelas Bagimu?

Marilah kita berhenti sejenak. Menekukkan kepala, menundukkan jiwa sembari membaca ayat Alloh ‘Azza wa Jalla. Dialah yang Menggenggam Rahasia-rahasia. Dialah Tuhan yang mutlak kekuasaan-Nya. Selain Alloh, tak ada yang sungguh-sungguh berkuasa. Tetapi, alangkah sering hati kita ciut oleh mereka yang kekuasaannya semu.

Di hari-hari ketika airmata sudah mengering, tetapi kesedihan belum hilang dan kesadaran masih belum sanggup menepis kepanikan, marilah sejenak kita renungkan ketika Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman:

Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tetapi jika kamu mendapat bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudhorotan kepadamu. Sesungguhnya Alloh mengetahui segala apa yang mereka kerjakan. (Qs. Ali ‘Imron [3]: 120)

Orang-orang kafir…, alangkah besar tipu daya mereka. Mereka datang dengan membawa pertolongan di tangan kiri, tetapi tangan kanan mereka mencekik kita agar membayar apa yang sudah mereka berikan bersama bunganya. Mereka datang berbondong-bondong sehingga kita mengira tak ada lagi yang bisa diharapkan untuk keluar dari kesedihan dan kesengsaraan kecuali mereka. Kita membiarkan diri dalam ketergantungan. Padahal, atas setiap kebaikan yang diulurkan dengan pamrih di belakang, ada harga yang harus kita bayar untuk kelemahan dan ketidakberdayaan kita.

Al-ihsanu yu’jizul insaan. Sesungguhnya, kebaikan itu mematikan manusia. Apabila kita menenggelamkan diri dalam ketergantungan, maka jiwa kita akan lemah dan hati kita akan ciut. Kita merasa tak berdaya karena kita tak memberdayakan kekuatan kita sendiri. Dan sesungguhnya kekuatan yang dapat mendatangkan pertolongan Alloh ‘Azza wa Jalla adalah sabar. Dan Alloh berjanji, Jika kamu bersabar dan bertaqwa, niscaya tipu daya mereka sedikit pun tidak mendatangkan kemudhorotan bagimu. (Qs. Ali ‘Imron [3]: 120)

Hari ini, badan telah membungkuk dan jiwa telah tertunduk dikarenakan kita sibuk menambahkan beban yang sudah bertumpuk ke pundak kita. Kita wariskan kesengsaraan pada anak cucu bukan karena Alloh Ta’ala tak berikan limpahan karunia pada bumi tempat kita berpijak, tetapi karena jiwa yang lemah dan mata yang silau oleh apa yang tampaknya merupakan kebaikan. Kita mengeluhkan takdir pada mereka. Padahal, kesengsaraan telah bertumpuk dikarenakan uluran-uluran tangan yang penuh tipu daya.

Ya Alloh…, rasa-rasanya kami tak juga mengambil pelajaran dari kejadian demi kejadian.

Telah berlalu orang-orang sebelum kita. Telah dibinasakan negeri-negeri dari berbagai bangsa di dunia ini. Dan tidak tersisa penduduknya kecuali sedikit, atau bahkan lenyap sama sekali sesudah kejayaan dibanggakan atas bangsa dan kabilah yang lain. Semua itu menjadi cermin bagi orang-orang yang berpikir dan menggunakan akalnya. Ada pelajaran yang mestinya kita renungkan.

Dan apakah belum jelas bagi orang-orang yang memusakai suatu negeri sesudah (lenyap) penduduknya, bahwa kalau Kami menghendaki, tentu Kami azab mereka karena dosa-dosanya; dan Kami kunci mati hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran lagi)?

Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan itu), Kami ceritakan sebagian berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rosul-rosul mereka dengan bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Alloh mengunci mati hati orang-orang kafir. (Qs. al-A’rof [7]: 100-101)

Negeri-negeri itu dilenyapkan oleh Alloh ‘Azza wa Jalla agar kita mengambil pelajaran. Sesudah Alloh datangkan bukti-bukti kekuasaan-Nya, apa yang telah kita renungkan?


Credit: “Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar