Kamis, 04 Juni 2015

Ketika Amal-amal Kita Diangkat ke Langit…

Saudaraku,
Seharusnya pada hari-hari ini, kita sudah terlatih dengan letih dan penat yang muncul karena haus dan lapar menjalankan puasa sunnah. Seharusnya pada bulan ini, kita sudah lebih dekat dan merekatkan munajat kepada Alloh swt di waktu malam lebih dari bulan-bulan sebelumnya.

Kita berada di bulan Sya’ban, Saudaraku.
Satu bulan yang memisahkan kita hanya beberapa hari saja dari kehadiran bulan penuh rahmat, bulan Romadhon. Satu bulan yang menurut banyak ulama, bahwa amal-amal sunnah di bulan itu menjadi salah satu indikator keberhasilan seorang hamba dalam menjalankan amal-amal ibadah di bulan Romadhon nantinya. Satu bulan yang —menurut Rosululloh saw— banyak dilalaikan orang karena umumnya mereka sibuk memikirkan bulan Romadhon atau bulan Rojab. Satu bulan yang —menurut Rosululloh saw— menjadi waktu dilaporkannya amal-amal manusia selama satu tahun kepada Robbul ‘Izzah.

Itulah jawaban Rosululloh saw saat ditanya oleh sahabatnya Usamah ibn Zaid, “Wahai Rosul, aku tidak pernah melihat engkau berpuasa pada satu bulan sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban.” Rosululloh saw menjawab, “Itu adalah bulan yang dilalaikan manusia, antara bulan Rojab dan Romadhon, dan itu juga merupakan bulan diangkat di dalamnya amal-amal seorang hamba kepada Robbul alamiin. Aku ingin amal-amalku diangkat dalam keadaan aku sedang berpuasa.” (HR. Bukhori-Muslim). Dalam hadits lainnya, Abu Dawud meriwayatkan bahwa puasa yang paling disukai Rosululloh saw adalah puasa di bulan Sya’ban, kemudian dilanjutkan dengan puasa di bulan Romadhon.

Saudaraku,
Perhatikanlah kesimpulan yang disampaikan Ibnu Rojab tentang puasa di bulan ini. Ia mengatakan, “Puasa di bulan Sya’ban lebih utama dari puasa di bulan-bulan harom. Amal-amal sunnah yang dilakukan seorang hamba adalah yang paling dekat dengan bulan Romadhon, sebelum atau sesudahnya.  Kedudukan puasa sunnah di bulan ini sama dengan kedudukan sunnah rowatib yang mengiringi sholat wajib sebelum atau sesudahnya. Shoum di bulan ini adalah untuk menyempurnakan kekurangan yang ada dalam amal-amal wajib.”

Apa saja yang sudah kita tunaikan pada hari-hari di ulan ini, Saudaraku? Sesungguhnya, meningkatkan amal sholih dan amal ibadah menjadi lebih baik, sulit dilakukan secara tiba-tiba. Jika kita ingin meraih lebih banyak keridhoan Alloh dengan meningkatkan amal-amal sholih di bulan Romadhon, keinginan itu sulit digapai jika kita belum berlatih memperbanyak amal-amal sholih di bulan ini. Itulah sebabnya para ulama tazkiyyatun nafs, antara lain hujjatul Islam Imam al-Ghozali rohimahulloh, menyebutkan istilah riyadhotun nufuus atau latihan jiwa sebagai proses seseorang meningkatkan kualitas ruhani dan jiwanya. Karena jiwa kita memang memerlukan tahap pelatihan, fase pemanasan, proses pembiasaan, untuk bisa menjadi lebih baik. Sama saja dengan seseorang yang akan memasuki fase pertandingan fisik. Ia juga harus melewati fase pelatihan, pemanasan, dan adaptasi dengan tuntutan pertandingan yang akan dia hadapi.

Saudaraku,
Perhatikanlah perkataan Rosululloh saw dalam hadits tadi. Ketia beliau mengatakan, “dzaaka syahrun yaghfulun naasu fiihi ‘anhu…” Yang artinya, bulan Sya’ban adalah bulan yang dilalaikan oleh banyak orang. Perkataan Rosululloh itu menunjukkan bahwa ia terdorong melakukan banyak amal-amal sunnah di bulan ini, antara lain karena pada bulan ini orang banyak yang lupa. Rosul lebih bersemangat melakukan amal-amal ibadah ketika banyak orang disekitarnya yang justru tidak melakukan amal-amal sunnah.

Seperti itu jugalah semangat yang dimiliki para salafush sholih. Mereka cenderung lebih giat beramal di saat-saat banyak manusia lalai dan lupa untukmelakukan amal-amal ibadah di saat tersebut. Lihatlah bagaimana sebagian mereka menyukai aktifitas menghidupkan amal ibadah antara sholat maghrib dan isya. Itu karena pada waktu itu, banyak manusia yang lalai mengisinya dengan amal ibadah. Lihatlah lagi bagaimana Rosululloh saw menganjurkan kita untuk banyak berdzikir di pasar-pasar. Itu karena pasar adalah tempat yang banyak melalaikan orang dan dipenuhi orang-orang yang lalai.

Saudaraku,
Banyak keistimewaan beribadah di waktu manusia lalai. Terlebih puasa yang jadi rahasia antara seorang hamba dengan Alloh swt. Karena itu pada umumnya salafush sholih selama hidupnya rajin berpuasa sunnah tanpa diketahui orang. Ada di antara mereka yang keluar dari rumahnya ke pasar dengan membawa dua potong roti ke pasar lalu ia sedekahkan roti itu kepada fakir miskin. Keluarganya mengira ia membawa bekal makanan itu untuk dimakan di perjalanan, padahal ia tengah berpuasa. Sementara orang-orang di pasar mengira ia sudah makan di rumahnya, padahal ia tidak memakan apapun di rumahnya.

Begitulah. Sampai-sampai sikap menyembunyikan amal-amal sunnah itu menjadi prinsip yang mereka anjurkan. Seperti dikatakan Ibnu Mas’ud ra, “Jika di suatu pagi kalian berpuasa, maka oleskanlah minyak di bibirmu.” Atau perkataan Qotadah ra yang menegaskan hal serupa, “Seorang yang berpuasa dianjurkan untuk mengoleskan minyak di bibirnya agar hilang darinya bekas-bekas puasa.” Rahasia lebih disukainya waktu-waktu lalai itu adalah justeru karena pada waktu itu, banyak orang yang berat melakukan amal-amal sholih. Dan keutamaan amal itu memang dilihat dari sudut kesulitan dan keberatan jiwa melakukannya. Di saat jiwa berat melakukan sesuatu karena banyak orang yang lalai dan lupa, dan amal itu pun tidak diketahui oleh orang, di sanalah nilai amal-amal sunnah itu.

Saudaraku,
Mari kita berlatih, Saudaraku. Berlatih untuk lebih banyak membaca lembar-lembar al-Qur’an. Karena bulan ini —menurut salafush sholih— adalah syahrul qurro; bulan para pembaca al-Qur’an. Mari berlatih mengekang dan mengendalikan hawa nafsu. Berlatih untuk lebih tunduk dan khusyu’ dalam melakukan amal-amal sunnah di waktu sunyi, tanpa ada orang yang tahu. Berlatih untuk lebih tenggelam dalam bermunajat kepada Alloh di saat banyak orang-orang yang lalai bermunajat dan menghiba kepada-Nya.

Mari, Saudaraku.

Karena di bulan inilah amal-amal kita akan diangkat oleh para malaikat ke langit…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar