Ada perintah-perintah yang sering beriringan. Perintah
menegakkan sholat hampir selalu diiringi dengan perintah untuk mengeluarkan
zakat, sebagaimana iman beriringan dengan amal sholih. Penyebutan yang
beriringan ini menunjukkan eratnya kaitan antara keduanya. Tidak sempurna iman
tanpa amal sholih, sementara tidak ada artinya amal sholih yang kita kerjakan
tanpa iman.
Nyaris serupa dengan itu, perintah
untuk memurnikan ketaatan kepada Alloh, tidak mempersekutukannya dengan apa pun
selain-Nya sering berangkai dengan perintah untuk berbuat baik kepada kedua
orangtua; ibu dan bapak kita. Kata ibu disebut lebih awal menunjukkan tingginya
kedudukan dan besarnya penghormatan yang diberikan Alloh ‘Azza wa Jalla kepada seorang ibu. Tidak sempurna pernyataan iman
kita jika ikrar untuk memurnikan tauhid itu tidak disertai dengan berbuat baik
pada kedua orangtua. Tak peduli, orangtua kita termasuk golongan orang-orang
yang taat kepada-Nya atau bahkan seorang musyrik yang gigih dengan kemaksiatannya.
Na’udzubillahi min dzalik.
Berkait dengan ini, ada baiknya
kita renungkan sejenak firman Alloh Ta’ala
dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 151. Alloh memerintahkan kepada Nabiyulloh Muhammad saw:
Katakanlah, “Marilah
kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu
mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuatbaiklah terhadap kedua orang ibu
bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami
akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. Dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang
tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Alloh melainkan
dengan sesuatu yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya
kamu memahami. (Qs. al-An’am [6]: 151)
Mari kita lihat, Alloh Ta’ala meletakkan perintah untuk berbuat
baik terhadap kedua orangtua tepat setelah larangan mempersekutukan sesuatu
dengan-Nya. Ini menandakan bahwa berbuat baik terhadap orangtua tak bisa
dipisahkan dari ketaatan kepada Alloh. Berdustalah orang yang mengatakan iman
dengan mulutnya, menyeru pada ketaatan terhadap Alloh, dan menghiasi
perkataannya dengan ma’rifatulloh;
sementara terhadap kedua orangtua―lebih-lebih terhadap ibunya―ia tidak peduli
dan bahkan menyia-nyiakan. Padahal, sekadar perkataan “Uff!” kepada orangtua
saja, Alloh ‘Azza wa Jalla tidak
memperkenankan.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman:
Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapaknya dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘uff!’ dan
janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang
mulia (qoulan karima).
(Qs. al-Isro’ [17]: 23)
Jika perkataan “uff!” saja tidak
diperkenankan, apalagi jika sampai menelantarkan mereka. Boleh jadi tidak
pernah mengeluarkan perkataan yang menyakitkan hati dan menahan diri dari suara
keras yang tidak menyenangkan. Tetapi, kalau bagusnya tutur kata tidak diiringi
dengan perhatian, sementara terhadap apa yang menjadi kebutuhan mendesak mereka
kita tidak mempedulikannya, maka kita perlu bertanya, “Benarkah kita sudah
beriman kepada-Nya?” Sebab, iman kepada-Nya dengan sebenar-benarnya iman,
tidaklah melahirkan tindakan kecuali sikap memuliakan orangtua. Memuliakan itu
meliputi perkataan yang mulia (qoulan
karima) dan perbuatan baik kepada kedua orangtua. Ia berbuat baik
sekurangnya karena takut kepada Alloh―kalaupun ia tidak dekat dengan kedua
orangtua.
Nah, kalau kita merasa bertauhid
dengan benar, sudahkah kita menyertai dengan perbuatan baik terhadap kedua
orangtua kita?
Credit:
“Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar