Rabu, 03 Juni 2015

Menaati Alloh Memuliakan Orangtua

Ada perintah-perintah yang sering beriringan. Perintah menegakkan sholat hampir selalu diiringi dengan perintah untuk mengeluarkan zakat, sebagaimana iman beriringan dengan amal sholih. Penyebutan yang beriringan ini menunjukkan eratnya kaitan antara keduanya. Tidak sempurna iman tanpa amal sholih, sementara tidak ada artinya amal sholih yang kita kerjakan tanpa iman.

Nyaris serupa dengan itu, perintah untuk memurnikan ketaatan kepada Alloh, tidak mempersekutukannya dengan apa pun selain-Nya sering berangkai dengan perintah untuk berbuat baik kepada kedua orangtua; ibu dan bapak kita. Kata ibu disebut lebih awal menunjukkan tingginya kedudukan dan besarnya penghormatan yang diberikan Alloh ‘Azza wa Jalla kepada seorang ibu. Tidak sempurna pernyataan iman kita jika ikrar untuk memurnikan tauhid itu tidak disertai dengan berbuat baik pada kedua orangtua. Tak peduli, orangtua kita termasuk golongan orang-orang yang taat kepada-Nya atau bahkan seorang musyrik yang gigih dengan kemaksiatannya. Na’udzubillahi min dzalik.

Berkait dengan ini, ada baiknya kita renungkan sejenak firman Alloh Ta’ala dalam al-Qur’an surat al-An’am ayat 151. Alloh memerintahkan kepada Nabiyulloh Muhammad saw:

Katakanlah, “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuatbaiklah terhadap kedua orang ibu bapak, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka. Dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang tampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Alloh melainkan dengan sesuatu yang benar.” Demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami. (Qs. al-An’am [6]: 151)

Mari kita lihat, Alloh Ta’ala meletakkan perintah untuk berbuat baik terhadap kedua orangtua tepat setelah larangan mempersekutukan sesuatu dengan-Nya. Ini menandakan bahwa berbuat baik terhadap orangtua tak bisa dipisahkan dari ketaatan kepada Alloh. Berdustalah orang yang mengatakan iman dengan mulutnya, menyeru pada ketaatan terhadap Alloh, dan menghiasi perkataannya dengan ma’rifatulloh; sementara terhadap kedua orangtua―lebih-lebih terhadap ibunya―ia tidak peduli dan bahkan menyia-nyiakan. Padahal, sekadar perkataan “Uff!” kepada orangtua saja, Alloh ‘Azza wa Jalla tidak memperkenankan.

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman:

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapaknya dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘uff!’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia (qoulan karima). (Qs. al-Isro’ [17]: 23)

Jika perkataan “uff!” saja tidak diperkenankan, apalagi jika sampai menelantarkan mereka. Boleh jadi tidak pernah mengeluarkan perkataan yang menyakitkan hati dan menahan diri dari suara keras yang tidak menyenangkan. Tetapi, kalau bagusnya tutur kata tidak diiringi dengan perhatian, sementara terhadap apa yang menjadi kebutuhan mendesak mereka kita tidak mempedulikannya, maka kita perlu bertanya, “Benarkah kita sudah beriman kepada-Nya?” Sebab, iman kepada-Nya dengan sebenar-benarnya iman, tidaklah melahirkan tindakan kecuali sikap memuliakan orangtua. Memuliakan itu meliputi perkataan yang mulia (qoulan karima) dan perbuatan baik kepada kedua orangtua. Ia berbuat baik sekurangnya karena takut kepada Alloh―kalaupun ia tidak dekat dengan kedua orangtua.

Nah, kalau kita merasa bertauhid dengan benar, sudahkah kita menyertai dengan perbuatan baik terhadap kedua orangtua kita?


Credit: “Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar