Selasa, 02 Juni 2015

Ketika Azab Datang Mengguncang

Tanah yang kita pijak, tak ada jaminan akan tetap kokoh esok hari. Bumi yang kita tinggali ini, tak ada kepastian pada malamnya tak terjadi guncangan. Begitu pun gunung-gunung yang menjadi pasak agar bumi tetap kokoh tidak bergerak-gerak, bisa saja sewaktu-waktu justru berguncang keras dan bahkan meledak sehingga tidak menyisakan apa pun kecuali catatan sejarah bahwa pernah ada kehidupan di sini.

Semua yang ada di dunia ini, bisa secara tiba-tiba musnah seketika. Negeri dan kampung yang kita usahakan dengan jerih payah bersusah-susah hampir sepanjang umur kita, bukan tak mungkin secara tak terduga-duga lenyap ditelan bumi atau hanyut dilamun ombak setinggi gunung.

Alloh ‘Azza wa Jalla pernah berfirman, dan mudah-mudahan kita dapat mengambil pelajaran darinya. Kata Alloh, Maka apakah mereka merasa aman dari azab Alloh (yang tidak terduga-duga)? Tidaklah yang merasa aman dari azab Alloh kecuali orang-orang yang merugi. (Qs. al-A’rof [7]: 99)

Azab yang berupa bencana mengguncang itu, macam-macam tingkatnya, sebagaimana bermacam-macam pula cara Alloh mendatangkannya. Setidaknya ada lima tingkatan azab yang dapat kita catat pada kesempatan ini, dan mungkin masih banyak lagi yang belum kita cermati dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

Pertama, azab yang berupa pemusnahan suatu kaum. Alloh Ta’ala tenggelamkan kaum itu seluruhnya bersama segenap kejayaan peradaban yang mereka bangun ke dalam perut bumi. Tak ada yang dapat menolong mereka. Tidak pula ada yang mencatat, kecuali karena kabar dari Alloh swt sendiri atau dari orang-orang yang datang kemudian. Mereka membangun peradaban baru di atasnya, sampai mereka menemukan jejak-jejak peradaban yang sudah tenggelam. Dan inilah yang terjadi pada kaum ‘Aad dan Tsamud.

Kedua, azab yang menghabiskan hampir seluruh penduduk negeri, kecuali yang baik-baik saja, yang di dalam hatinya ada iman. Mereka ini jumlahnya sangat sedikit dibanding penduduk yang secara nyata menentang Alloh. Banjir bandang yang didatangkan Alloh untuk menenggelamkan para penentang Nabi Nuh ‘alaihis salam termasuk azab yang jenis ini.

Ketiga, azab yang memusnahkan sebagian besar manusia di suatu kawasan. Yang baik-baik maupun yang hidupnya dipenuhi dengan kedurhakaan dan kemaksiatan, sama-sama ditimpa oleh petaka. Tetapi Alloh mengampuni dan meridhoi orang-orang yang baik dan memelihara iman mereka. Alloh berikan rohmat dan kasih sayang kepada mereka di akhirat. Adapun kepada yang durhaka, sesungguhnya ngerinya petaka itu tak ada apa-apanya dibanding pedihnya siksa di akhirat.

Keempat, azab yang memusnahkan manusia dalam jumlah sangat besar, tetapi yang Alloh selamatkan jauh lebih banyak daripada yang menemui kematian. Alloh akan tampakkan tanda-tanda kekuasaan-Nya pada mereka agar mengambil pelajaran dan mengabarkan kepada manusia lainnya tentang kebenaran. Akan tetapi, sebagiannya ingat, dan sebagiannya segera menjadi kafir. Mereka tertutup hatinya, sehingga Alloh Ta’ala jadikan mereka lupa kepada diri mereka sendiri. Alloh Ta’ala mengunci mati hati mereka.

Ingatlah ketika Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman, Negeri-negeri (yang telah Kami binasakan) itu, Kami ceritakan sebagian dari berita-beritanya kepadamu. Dan sungguh telah datang kepada mereka rosul-rosul mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, maka mereka (juga) tidak beriman kepada apa yang dahulunya mereka telah mendustakannya. Demikianlah Alloh mengunci mati hati orang-orang kafir. (Qs. al-A’rof [7]: 101)

Kelima, azab yang dijatuhkan pada sejumlah orang dengan mengirimkan hujan-hujan batu atau ombak yang menggulung setinggi gunung. Alloh Ta’ala sisakan sebagian orang yang tatkala azab itu sedang diturunkan, dalam keadaan penuh ketakutan mereka memurnikan ketaatan, betapapun selama ini hidupnya berlumuran dosa.

Alloh berfirman, Dan apabila mereka dilamun ombak yang besar seperti gunung, mereka menyeru Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Alloh menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempuh jalan yang lurus. Dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang yang tidak setia ingin ingkar. (Qs. Luqman [31]: 32)

Demikianlah. Semoga kita bisa belajar.


Credit: “Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar