Seseorang atau sebuah peristiwa kadang memiliki banyak nama. Selain sebagai panggilan dan identitas, nama-nama tersebut juga sebagai penjelas dan pelengkap keterangan. Ambil contoh, hari kiamat itu punya banyak nama, seperti Al Qori'ah, Al Waqi'ah, As Sa'ah, Yaumul Qiyamah, Yaumud Diin dll. Nabi Muhammad saw, juga memiliki nama-nama lain seperti Ahmad, Al Mahi, Al Hasyir, Al 'Aqib dll. Di Indonesia, kita mengenal Soekarno sebagai Proklamator, Sang Putra Fajar, Penyambung Lidah Rakyat, dan Pemimpin Besar Revolusi.
Nabi 'Isa adalah Nabi yang terkemuka dan memiliki sejumlah keutamaan baik di dunia maupun akhirat. Beliau adalah seorang Rosul 'ulul azmi, diberi kitab suci serta menjadi salah satu tanda dekatnya hari kiamat. Nabi 'Isa ternyata juga memiliki banyak nama yang termaktub didalam Al Qur'an, yakni:
'Isa Putra Maryam
Di banyak tempat, Al Qur'an menamainya sebagai 'Isabnu Maryam atau 'Isa Putra Maryam. Nasabnya dinisbatkan kepada ibunya, karena memang tidak memiliki ayah. Sebenarnya, ada nabi lain yang nasabnya dinisbatkan kepada ibunya, yakni Yunus bin Matta'. Hanya saja, tidak ada riwayat yang sampai kepada kita tentang apa penyebabnya. Pada kasus anak yang tak ber-ayah atau jika usia kehamilannya lebih panjang ketimbang usia pernikahannya, maka status anak juga dinisbatkan kepada ibunya, bukan kepada ayahnya.
Sebagian kalangan ada yang menghembuskan kedustaan bahwa ayah dari 'Isa putra Maryam adalah Alloh. Hal ini tentu tidak benar, karena didalam Islam konsepnya teologinya sangat jelas, yakni "Lam Yalid Walam Yuulad". Sedangkan pada agama-agama lain, Tuhan sesembahannya memang berkeluarga. Mulai dari dewa-dewa Yunani hingga dewa-dewa India. Jadi, mitologi tentang adanya manusia yang menjadi keturunan dewa memang bukan barang baru. Dari Herkules hingga Krisna.
Dalam Al Qur'an juga disebutkan bahwa yang datang meniupkan ruh adalah malaikat yang menjelma sebagai manusia, bukan Tuhan. Proses seperti ini sebenarnya juga berlaku pada manusia secara umum, yakni ada malaikat datang meniupkan ruh sekaligus mencatat taqdirnya. Bedanya, pada manusia biasa ruh ditiup pada usia kehamilan 40 hari yang ketiga, sedangkan pada kasus Maryam ruh ditiupkan saat belum hamil. Satu-satunya manusia yang raganya dibentuk langsung oleh Alloh dan ruhnya ditiup langsung oleh Alloh adalah Nabi Adam. Tapi, tidak ada satupun diantara kita yang menganggapnya sebagai Adam Putra Alloh.
Al Masih
Di banyak tempat, Al Qur'an menyebutnya sebagai Al Masih. Al Qurthubi mengartikan Al Masih sebagai Ash Shiddiq, sedang Prof. Dr. Quraisy Syihab menjelaskan Al Masih sebagai orang yang diurapi. Tetapi sebutan Al Masih memang secara nyata ditujukan hanya kepada Nabi 'Isa saja, tidak kepada Nabi-nabi yang lainnya. Apa makna dibalik kata Al Masih? Mungkin situasinya akan semakin jelas jika kita bandingkan dengan sosok Al Masih yang palsu, yakni Al Masih Ad Dajjal.
Dajjal adalah fitnah terbesar yang diciptakan Alloh semenjak diciptakannya langit bumi seisinya. Dan tidak ada Nabi diutus kepada kaumnya, melainkan mereka akan memperingatkan tentang bahaya Al Masih Ad Dajjal. Ternyata, baik Al Masih yang asli (Nabi 'Isa) maupun Al Masih yang palsu (Ad Dajjal) memiliki kemampuan yang mirip, seperti menghidupkan orang mati, menyembuhkan penyakit, membuat patung bisa hidup dll. Jelang kiamat kelak, Al Masih yang asli (Nabi 'Isa) akan turun ke dunia untuk membunuh Al Masih yang palsu (Ad Dajjal).
'Abdulloh
Inilah nama ketiga yang termaktub dalam Al Qur'an. Pada surat Maryam di dalam Al Qur'an, dikisahkan bahwa saat kaumnya "menghujat" Maryam tentang perkara munkar yang dibawanya, maka bayi dalam buaiannya berkata "Inni 'Abdulloh, Aataniyal kitaaba waja'alanii nabiyya". Kita memang bisa memaknai 'Abdulloh dalam konteks yang umum, karena para Nabi dan orang sholih juga berstatus sebagai Hamba Alloh. Nabi Ya'qub memiliki nama lain, yakni Isroil yang artinya adalah Hamba Alloh. Nabi Muhammad saw juga sering disebut sebagai hamba, baik dalam penjelasan kisah Isro' Mi'roj maupun hadits "'abduhu wa rosuuluh".
Namun kita juga bisa memaknai 'Abdulloh dalam makna yang sebenarnya, yakni namanya memang 'Abdulloh. Jadi, tidak perlu diartikan atau diterjemahkan lagi. Sebagaimana saat kita berkenalan, tentu nama asli akan kita sebutkan secara terang dan itulah nama kita yang sebenarnya. Kita juga pasti kurang nyaman jika dipanggil dengan arti dari nama kita, bukan dengan nama terang kita.
Perkenalan Nabi 'Isa dalam buaian bunda dengan nama 'Abdulloh juga menegaskan posisinya sebagai hamba, bukan sebagai Tuhan. Jika sebagai Tuhan, tentu Nabi 'Isa akan berkenalan sebagaimana Alloh mengenalkan diri kepada Musa di lembah Thuwa "Innanii Anallooh, Laa ilaaha illa Ana, Fa'budni Wa Aqimish Sholaata Lidzikrii". Dan dalam fokus perdebatan Ahmad Deedat maupun Zakir Naik, inilah salah satu bukti yang sangat kuat untuk dibuktikan. Yakni, adakah ada didalam Injil satu ayat saja, dimana 'Isa mengenalkan diri sebagai Tuhan. Karena didalam Al Qur'an pun Nabi 'Isa mengenalkan diri sebagai Hamba Alloh. Wallohu A'lam.
Eko Junianto, ST
Tidak ada komentar:
Posting Komentar