Minggu, 11 Desember 2016

Bertarung

Mu, pemuda dari pegunungan Jamir di Tibet, pewaris jubah emas Aries itu adalah sahabat terbaik dan pelindung para pemuda yang menjadi tokoh protagonis seri besutan Masami Kurumada yang menyejarah; Seiya, Hyoga, Shiryu, Shun, dan Ikki. Tergambar sebagai pasifis sejati yang nyaris tak pernah bertarung dalam serial SS klasik, Mu menunjukkan keperkasaan gaya duelnya dalam saga Hades’ Chapter.

Mengalahkan Cancer Deathmask dan Pisces Aphrodite sekaligus, tegar menghadapi trio mematikan Gemini Saga, Capricorn Shura, dan Aquarius Camus; Mu hanya ‘terpaksa kalah’ dari gurunya, Shion yang kali itu dalam skenario luar biasa pelik bersama kelima sahabatnya tadi memakai Jubah Surplice sebagaimana anak buah Dewa Dunia Bawah, Hades.

Adalah Mu dan Libra Dohko sang sesepuh, meminta semua Gold Saint yang tersisa; Taurus Aldebaran, Leo Aiolia, Scorpio Milo, dan Virgo Shaka, selalu berada di Sanctuary untuk menghadapi Perang Suci melawan Hades ini. Maka dalam Asgard Saga dan Poseidon Saga, Seiya dan kawan-kawan Saint Perunggu-nya yang maju bertarung.

Kini, ketika para Specter prajurit Hades tiba, justru Seiya datang. Di tengah pertarungannya dengan para mantan Goldsaint yang hebat, Mu terpaksa mengusir Seiya. Karena sifat keras kepala Seiya yang ingin terlibat dalam pertarungan, Mu bahkan menjentikkan jarinya sambil melafal “Starlight Extinction” yang membuat Seiya lenyap dari arena dengan raungan lirih.

Problematika senior dan junior ada di semua medan perjuangan. “Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kalian katakan apa yang tak kalian kerjakan? Besar murka di sisi Allah jika kalian mengatakan apa yang tak kalian kerjakan.” (QS Ash Shaff: 2-3)

Ibnu ‘Abbas sang turjumanul Quran menyatakan, ayat ini turun tentang para sahabat di Makkah yang begitu bersemangat, “Kapan kita diizinkan melawan? Kapan kita boleh bertarung? Kalau sudah, pasti akan saya bunuh Abu Jahl. Saat itu, pasti saya balas ‘Umayyah ibn Khalaf.” Tapi ketika perintah berperang turun, sebagian dari mereka justru ramai mengajukan ‘udzur. Perang yang sesungguhnya berbeda dari bayangan mereka. Yang mereka kira akan jadi musuh hanya Abu Jahl dan yang semisal tapi ternyata ada Ayah, Paman, atau Saudara sendiri yang tergabung dalam ‘barisan kejahatan’. Maka Allah menegur mereka.

Ibnu Mas’ud sang rujukan qiraat juga memaknai bahwa ayat ini turun tentang para sahabat yang lebih awal masuk Islam lalu membangga-banggakan kepeloporannya. Seakan mereka berkata pada anak-anak muda yang beriman kemudian, “Kalian bergabung ketika perjuangan telah demikian mudah. Kalian tak merasakan apa yang kami alami; siksaan Abu Jahl, fitnah Walid ibn Mughirah, cambuk ‘Umayyah, bujuk rayu ‘Utbah, sambitan Ubay ibn Khalaf, dan timpukan ‘Uqbah ibn Abi Mu’aith.” Maka Allah juga menegur mereka.

Sebab mereka harus bersatu dan menjaga harmoni di dalam persatuan itu, sebagaimana disebut ayat ke-4 yang memang sambungan tak terpisahkan dari ayat sebelumnya. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya, dalam keadaan berbaris-baris rapi, seakan mereka adalah bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Ash Shaff: 4)

Bangunan kokoh itu bukan hanya tersusun dari tubuh-tubuh yang kukuh, bukan hanya jasad terlatih, dan jurus-jurus maut. Bangunan kokoh itu juga tersusun dari pertautan hati dalam ikatan imani, yang dengannya dijaga harmoni sampai pada menghindari kata-kata yang tak enak didengar kawan sendiri.

Seperti dalam ilustrasi oleh Ibnu ‘Abbas, bagi junior, tahan sedikit ledakan semangat agar tak melampaui langkah-langkah rapi yang disusun bersama senior. Dan persis seperti narasi Ibnu Mas’ud, janganlah senior terus-menerus menyebut susahnya perjuangan di zaman dia muda hanya untuk membuat para junior gigit jari; padahal masa kini memang punya tantangan dan problemanya sendiri.

Mari saling mendoakan, sebab tak ada perjuangan tanpa godaan Mu, dan bahkan Shion, nantinya juga tetap gagal mencegah terlibatnya para junior dalam perang paling berdarah yang mereka hadapi. Tapi mereka telah mengukirkan tapak teladan yang membuat para junior itu begitu bangga ketika meniti dalam jejaknya.

Mari kita terus jaga harmoni ummat ini dengan lisan yang tak sembarangan. “Dalam kata-kata pongah, tersimpan ketakutan. Dalam kata-kata lembut, ada kekuatan yang sulit dikalahkan”, ujar Aries Mu. Tak henti kita harus berintrospeksi, sebab kejahatan paling berbahaya, adalah yang berasal dari hawa nafsu sendiri. “Jika kau bisa mengalahkan kejahatan dalam dirimu”, kata Mu di lain waktu, “Maka kejahatan orang lain takkan membahayakanmu.”


@salimafillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar