Mu, pemuda dari pegunungan Jamir di Tibet, pewaris jubah emas Aries itu
adalah sahabat terbaik dan pelindung para pemuda yang menjadi tokoh protagonis
seri besutan Masami Kurumada yang menyejarah; Seiya, Hyoga, Shiryu, Shun, dan
Ikki. Tergambar sebagai pasifis sejati yang nyaris tak pernah bertarung dalam
serial SS klasik, Mu menunjukkan keperkasaan gaya duelnya dalam saga Hades’
Chapter.
Mengalahkan Cancer Deathmask dan Pisces Aphrodite sekaligus, tegar
menghadapi trio mematikan Gemini Saga, Capricorn Shura, dan Aquarius Camus; Mu
hanya ‘terpaksa kalah’ dari gurunya, Shion yang kali itu dalam skenario luar
biasa pelik bersama kelima sahabatnya tadi memakai Jubah Surplice sebagaimana
anak buah Dewa Dunia Bawah, Hades.
Adalah Mu dan Libra Dohko sang sesepuh, meminta semua Gold Saint yang
tersisa; Taurus Aldebaran, Leo Aiolia, Scorpio Milo, dan Virgo Shaka, selalu
berada di Sanctuary untuk menghadapi Perang Suci melawan Hades ini. Maka dalam
Asgard Saga dan Poseidon Saga, Seiya dan kawan-kawan Saint Perunggu-nya yang
maju bertarung.
Kini, ketika para Specter prajurit Hades tiba, justru Seiya datang. Di
tengah pertarungannya dengan para mantan Goldsaint yang hebat, Mu terpaksa
mengusir Seiya. Karena sifat keras kepala Seiya yang ingin terlibat dalam
pertarungan, Mu bahkan menjentikkan jarinya sambil melafal “Starlight
Extinction” yang membuat Seiya lenyap dari arena dengan raungan lirih.
Problematika senior dan junior ada di semua medan perjuangan. “Wahai
orang-orang yang beriman, mengapa kalian katakan apa yang tak kalian kerjakan?
Besar murka di sisi Allah jika kalian mengatakan apa yang tak kalian kerjakan.”
(QS Ash Shaff: 2-3)
Ibnu ‘Abbas sang turjumanul Quran menyatakan, ayat ini turun tentang para
sahabat di Makkah yang begitu bersemangat, “Kapan kita diizinkan melawan? Kapan
kita boleh bertarung? Kalau sudah, pasti akan saya bunuh Abu Jahl. Saat itu,
pasti saya balas ‘Umayyah ibn Khalaf.” Tapi ketika perintah berperang turun,
sebagian dari mereka justru ramai mengajukan ‘udzur. Perang yang sesungguhnya berbeda
dari bayangan mereka. Yang mereka kira akan jadi musuh hanya Abu Jahl dan yang
semisal tapi ternyata ada Ayah, Paman,
atau Saudara sendiri yang tergabung dalam ‘barisan kejahatan’. Maka Allah
menegur mereka.
Ibnu Mas’ud sang rujukan qiraat juga memaknai
bahwa ayat ini turun tentang para sahabat yang lebih awal masuk Islam lalu
membangga-banggakan kepeloporannya. Seakan mereka berkata pada anak-anak muda
yang beriman kemudian, “Kalian bergabung ketika perjuangan telah demikian
mudah. Kalian tak merasakan apa yang kami alami; siksaan Abu Jahl, fitnah Walid
ibn Mughirah, cambuk ‘Umayyah, bujuk rayu ‘Utbah, sambitan Ubay ibn Khalaf, dan
timpukan ‘Uqbah ibn Abi Mu’aith.” Maka Allah juga menegur mereka.
Sebab mereka harus bersatu dan menjaga harmoni
di dalam persatuan itu, sebagaimana disebut ayat ke-4 yang memang sambungan tak
terpisahkan dari ayat sebelumnya. “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang
yang berperang di jalanNya, dalam keadaan berbaris-baris rapi, seakan mereka
adalah bangunan yang tersusun kokoh.” (QS Ash Shaff: 4)
Bangunan kokoh itu bukan hanya tersusun dari
tubuh-tubuh yang kukuh, bukan hanya jasad terlatih, dan jurus-jurus maut.
Bangunan kokoh itu juga tersusun dari pertautan hati dalam ikatan imani, yang
dengannya dijaga harmoni sampai pada menghindari kata-kata yang tak enak
didengar kawan sendiri.
Seperti dalam ilustrasi oleh Ibnu ‘Abbas, bagi
junior, tahan sedikit ledakan semangat agar tak melampaui langkah-langkah rapi
yang disusun bersama senior. Dan persis seperti narasi Ibnu Mas’ud, janganlah
senior terus-menerus menyebut susahnya perjuangan di zaman dia muda hanya untuk
membuat para junior gigit jari; padahal masa kini memang punya tantangan dan
problemanya sendiri.
Mari saling mendoakan, sebab tak ada
perjuangan tanpa godaan Mu, dan bahkan Shion, nantinya juga tetap gagal
mencegah terlibatnya para junior dalam perang paling berdarah yang mereka
hadapi. Tapi mereka telah mengukirkan tapak teladan yang membuat para junior
itu begitu bangga ketika meniti dalam jejaknya.
Mari kita terus jaga harmoni ummat ini dengan
lisan yang tak sembarangan. “Dalam kata-kata pongah, tersimpan ketakutan. Dalam
kata-kata lembut, ada kekuatan yang sulit dikalahkan”, ujar Aries Mu. Tak henti
kita harus berintrospeksi, sebab kejahatan paling berbahaya, adalah yang
berasal dari hawa nafsu sendiri. “Jika kau bisa mengalahkan kejahatan dalam
dirimu”, kata Mu di lain waktu, “Maka kejahatan orang lain takkan
membahayakanmu.”
@salimafillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar