Memasuki malam keempat, dialog antara Saudara Antonius Widuri dengan KH. Bahaudin Mudhary mulai membahas tentang pasal Yesus sebagai Penebus Dosa.
A : Betulkah
kepercayaan Kristen bahwa datangnya Yesus adalah untuk menebus dosa.
B : Memang
demikian.
A : Di
manakah menyebutkan?
B : Dalam
Kitab Perbuatan Rasul-rasui pasal 5 ayat 31.
A : Tolong
bacakanlah.
B : Baik.
Di sini ada menyebutkan, “Ia inilah ditinggikan oleh tangan kanan Allah menjadi
Raja dan Juru Selamat akan mengaruniakan tobat kepada Bani Israil dan jalan keampunan
dosa.”
A : Susunan
kata ini diucapkan oleh Petrus, bukan perkataan Yesus dan bukan wahyu dari
Tuhan.
B : Tetapi
dalam Injil Lukas pasal 2 ayat 10 dan 11 juga ada menyebutkan.
A : Bacakanlah.
B : Di
sini menyebutkan: Maka kata malaikat itu kepada mereka itu; “Jangan takut. Karena
sesunguhnya Aku memberikan kepadamu suatu kesukaan besar yang akan jadi bagi
segenap kaum. Sebab pada hari ini sudah lahir bagimu Juru Selamat, yaitu
Kristus Tuhan itu, di dalam negeri Daud.”
A : Malaikat
itu berkata kepada siapa, menurut ayat itu?
B : Di
Lukas pasal 2 ayat 8 dan 9 menyebutkan bahwa malaikat berkata kepada orang gembala
yang tinggal di padang, menjaga kawan binatangnya pada waktu malam.
A : Tidak
ada keterangan bahwa yang berkata itu malaikat, dan tidak ada pernyataan dari
orang gembala sendiri mengenai peristiwa tersebut.
B : Buat
saya tidak perlu memeriksa lebih mendalam lagi. Karena di Injil menyebutkan Yesus
adalah Juru Selamat dan penebus dosa. Itu sudah cukup.
A : Baik.
Kalau Saudara tidak perlu memeriksa kembali ayat tersebut tidak apa. Saya ikuti
kemauan Saudara. Namun saya ingin memberitahukan kepada Saudara, bahwa dalam kitab
Perbuatan Rasul pasal 5 ayat 31 yang Saudara baca tadi ada menyebutkan bahwa
Yesus hanya penebus dosa bagi Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia.
Dan Saudara sendiri selaku penganut
agama Kristen tentunya tidak tertebus dosanya oleh Yesus. Oleh karena Saudara
bukan turunan Bani Israil. Demikianlah kalau Saudara betul-betul berpegang pada
Kitab Suci Saudara, kitab Injil Saudara, yang telah Saudara baca sendiri.
B : Di
waktu itu mungkin hanya Bani Israil saja yang ada. Karena itulah Yesus berkata
begitu. Tetapi pada hakekatnya untuk semua manusia.
A : Kalau
benar sanggahan Saudara, silakan Saudara buka di Matius pasal 1 ayat 21.
B : Baik.
Di Matius pasal 1 ayat 21 menyebutkan: “Maka ia akan beranakkan seorang anak laki-laki,
dan hendaklah engkau menamakan ia Yesus. Karena Ialah yang akan melepaskan kaumnya
daripada segala dosanya.”
A : Apakah
belum jelas, Bibel sendiri yang menerangkan bahwa kedatangan Yesus hanya untuk
melepaskan dosa kaumnya saja, bukan untuk semua manusia sebagaimana kita telah bicarakan?
B : Akan
tetapi dapat juga saya artikan “kaum” itu dengan “bangsa”, ialah bangsa
manusia. Jadi, yang dimaksudkan ialah untuk semua bangsa.
A : Dengan
dasar apakah Saudara memberi arti begitu? Di Bibel sendiri nyata-nyata menyebutkan
dengan kata “kaumnya”. Taruh kata Saudara alihkan kata “kaum” dengan arti “bangsa”,
maka yang demikian pun tidak dapat diartikan lain, kecuali hanya bangsanya
Yesus sendiri saja, ialah bangsa Ibrani (Israil).
B : Saya
masih belum yakin keterangan Bapak selama di Bibel sendiri tidak menyebutkan
dengan tegas, bahwa kedatangan Yesus untuk Bani “Israil” saja.
A : Sekiranya
di Bibel ada menyebutkan, betulkah Saudara akan menjadi yakin bahwa kedatangan
Yesus itu bukan untuk semua bangsa?
B : Ya,
saya yakin. Dan demikianlah pendapat saya.
A : Apakah
Saudara sudah periksa di Bibel?
B : Saya
sudah periksa, tetapi saya tidak hafal ayat-ayat Bibel yang ratusan malah
mungkin ribuan ayat itu.
A : Kalau
begitu, silakan periksa Injil Matius pasal 15 ayat 24.
B : Baik.
Di sini menyebutkan: “Maka jawab Yesus, katanya, “Tiadalah aku disuruhkan
kepada yang lain hanya kepada segala domba yang sesat di antara Bani Israil.”
A : Bukankah
ayat ini sudah jelas dan tidak bisa diputar-putar lagi? Yesus sendiri mengakui,
bahwa ia diutus untuk Bani Israil saja, bukan untuk semua manusia atau lain.
Jadi, kalau penganut Yesus (umat Kristen) yang bukan golongan Bani Israil,
tentunya tidak termasuk umatnya Yesus, dan dosanya tidak bisa ditebus/tertebus.
Karena Yesus hanya menjadi Juru Selamat untuk Bani Israil saja. Sedangkan Saudara
sendiri pun bukan dari golongan Bani Israil.
B : Ya.
Kalau demikian bagi saya agak repot. Entah bagaimanakah ini semestinya.
A : Nah,
kalau begitu orang bisa berpendapat, apakah faedahnya orang-orang Kristen
menyebarkan agamanya kepada manusia yang bukan Bani Israil, sedangkan Yesus
sendiri tidak berbuat demikian? Apakah cara yang demikian tidak bisa dinamakan
melangkahi ajaran Yesus?
Dan di Injil Matius yang Saudara
baca baru-baru ini ada menyebutkan juga susunan kata Yesus sendiri, “Tiadalah
aku disuruhkan kepada yang lain.” Jelas di sini Yesus sendiri mengakui ia
disuruh. Kalau Yesus itu dikatakan Tuhan, maka saya ingin bertanya, pantaskah
Tuhan itu jadi pesuruh? Jadi, Yesus itu bukan Tuhan, melainkan pesuruh Tuhan
sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri yang menyebutkan dalam kitab Injil
Saudara sendiri.
B : Betul
begitu. Akan tetapi maaf terlebih dulu, apakah misalnya tidak mungkin ayat itu
ada salah cetak. Ini hanya kira-kiraan saya saja. Tetapi sekali lagi, saya
minta maaf.
A : Tidak
apa Saudara bersikap ragu-ragu. Tetapi untuk menghilangkan keragu-raguan,
baiklah kita periksa kitab yang berbahasa Belanda ini yang kebetulan Saudara
bawa. Kitab ini berjudul “Bijbeilezingen voor het Huizgezin”. Setujukah Saudara?
B : Baiklah.
Dan memang demikian maksud kami sebelumnya, agar dapat kita periksa bersama-sama
apakah ayat Bibel yang berbahasa Indonesia ada bersamaan maksudnya dengan yang
berbahasa Belanda.
A : Silakan
Saudara periksa di bab: “De onderdanen van het koningrijk” halaman 834 ayat 12.
Apakah sudah diketemukan ayatnya?
B : Sudah.
Ini dia.
A : Nah,
marilah kita periksa. Di ayat ini menyebutkan: “Toen de vrouw van Kanaan tot
Christus kwan, Hem om smehende haar dochter te genezen, wat zei Hijroen? Maar
Hijantwoordende, zeide: “Ik ben niet gezenden dan teot de verloren schapen van
huis Israeka”. Kalau kita salin ke dalam bahasa Indonesia: “Ketika seorang
perempuan dari Kanaan datang di hadapan Kristus mengemis-ngemis padanya supaya
mengobati (menyembuhkan) anaknya, lalu apakah katanya?” “Maka jawab Yesus,
katanya: “Tiadalah aku disuruhkan yang lain, hanya kepada segala domba yang
sesat dari antara Bani Israil”. Nah, kalau demikian, bagaimanakah pendirian Saudara?
B : Yah,
terus terang saja. Tampaknya pendirian saya sudah mulai condong kepada
keterangan-keterangan Bapak.
A : Alhamdulillah,
saya bersyukur. Karena Saudara sudah tambah bimbang dalam keyakinan Saudara.
Pada pertemuan yang lalu, kita sudah membaca susunan ayat di Injil Matius pasal
26 ayat 1 dan 2.
B : Betul.
Saya ingat. Saya akan menjelaskan ayat tersebut.
A : Baik.
Kalau Saudara masih merasa perlu memberikan penjelasan.
B : Saya
akan bacakan lagi bunyi ayat tersebut.
A : Baik.
Pada pertemuan yang lalu telah saya terangkan. Mungkin Saudara masih perlu membantah
(membantah keterangan saya tersebut). Silakan Saudara membacanya.
B : Ayat
tersebut berbunyi sebagai berikut: “Setelah Yesus menyudahi ucapan itu, maka bertuturlah
pula ia kepada murid-muridnya: “Kamu memang mengetahui bahwa dua hari lagi akan
ada hari raya Paskah, dan anak manusia akan diserahkan supaya ia disalibkan”.”
Jadi, kedatangan Yesus memang untuk disalib. Berdasarkan ayat ini.
A : Mengapa
Yesus berteriak minta tolong kepada Tuhan di waktu akan disalib, kalau memang
benar kedatangan Yesus untuk disalib? Mestinya dia bersedia untuk disalib.
Seruan Yesus minta-minta tolong itu, sebagaimana saya telah sebutkan pada
pertemuan kita yang pertama, ialah di Matius pasal 27 ayat 46 yang bunyinya
sebagai berikut: “Maka sekira-kira pukul tiga itu, berserulah Yesus dengan
suara yang nyaring. Katanya: “Eli... Eli...
Lama sabachtani”. Artinya: Ya Tuhanku, Ya Tuhanku, apakah sebabnya Engkau
meninggalkan Aku?”
B : Di
ayat yang dibacakan tadi menunjukkan badan Ketuhanan Yesus sudah mengetahui
lebih dahulu bahwa badan kemanusiaannya akan disalib. Jadi, yang berteriak itu
bukan anak Tuhan, melainkan badan kemanusiaannya Yesus. Oleh karenanya, ia itu
menyerah untuk disalib.
A : Kalau
begitu, di waktu Yesus disalib, ada dimanakah badan Ketuhanannya Yesus itu? Kalau
Saudara menjawab berpisah, maka hal itu menunjukkan bahwa tidak selamanya Yesus
menjadi satu dengan Tuhan. Tetapi kalau Saudara jawab tetap di situ, mengapa badan
Ketuhanannya tidak dapat menolong Yesus, sehingga ia berteriak-teriak minta tolong?
B : Saya
tidak mengerti bagaimana soal ini sebenarnya.
A : Bukan
itu saja. Malah kita masih bisa meneruskan lagi di Matius pasal 26 ayat 38 yang
menyebutkan: “Kemudian kata Yesus kepada mereka itu: “Hatiku amat sangat berduka
cita hampir mati rasaku; tinggallah kamu di sini dan berjagalah sertaku”.”
Mengapa badan ketuhanan Yesus tidak
berkuasa menghilangkan duka cita yang dirasakan olehnya? Malah ia berkata kenapa
muridnya minta berjaga bersama dia? Pantaskah Tuhan minta-minta kepada manusia?
B : Kalau
saya berpegang kepada ayat Injil tersebut bahwa kedatangan Yesus untuk Bani
Israil saja, maka apakah salahnya kalau kita mengajak manusia di luar Bani
Israil supaya percaya kepada Yesus?
A : Kalau
Saudara konsekuen berpegang pada ayat Injil itu, mestinya tidak demikian
pendapat Saudara. Kalau Saudara mengajak manusia di luar Bani Israil, berarti Saudara
telah menyimpang dari langkah Yesus. Oleh karena Yesus sendiri mengatakan bahwa
kedatangannya hanya untuk menebus dosa Bani Israil semata-mata. Bukan manusia
lainnya.
B : Taruh
kata kedatangan Yesus itu hanya untuk Bani Israil saja, dan andaikata ada orang
dari luar Bani Israil yang masuk Kristen, maka hal tersebut tidak berarati ayat
Injil dan ajaran Kristen itu ada kesalahan.
A : Kalau
begitu, apakah orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus itu sudah tertebus dosanya?
B : Entahlah.
A : Mengapa
dalam ayat Injil tersebut Yesus berkata bahwa kedatangannya untuk menebus dosanya
Bani Israil, Dengan demikian maka orang Bani Israil yang menyalibkan Yesus mestinya
sudah tertebus dosanya. Terlebih lagi berdasarkan keterangan Saudara mestinya
manusia yang menyalibkan Yesus itu tidak berdosa, malah menerima pahala besar. Kalau
kedatangannya Yesus memang untuk disalib.
Andaikata tidak ada orang yang bersedia
menyalibkan Yesus, tentu tidak terlepas dosanya Bani Israil dan kedatangannya
Yesus tidak dapat lagi disebut selaku penebus dosa.
Mestinya orang yang menyalibkan Yesus itu menerima pahala besar, tidak dilaknat. Karena mereka telah berjasa menyalibkan Yesus. Karena perbuatan mereka itulah dosa-dosa Bani Israil tertebus semuanya. Jawaban ini sebagian telah saya sampaikan pada pertemuan kita yang lalu.
B : Dalam
hal ini saya belum bisa menjawab sekarang, tetapi mungkin di lain waktu.
A : Saya
akan ulangi pertanyaan saya: Betulkah lantaran Yesus itu disalib dosa bisa
terhapus?
B : Ya,
betul begitu menurut ayat Injil.
A : Alat
apakah digunakan untuk menyalibkan Yesus?
B : Kalau
saya tidak salah, ialah kayu yang disebut: kayu salib.
A : Kalau
begitu, Yesus tergantung pada kayu pada waktu disalibkan.
B : Ya,
demikian. Sebagaimana kita sering melihat gambar Yesus disalib.
A : Silakan
Saudara periksa di Bibel Galatia pasal 3 ayat 13.
B : Baik.
Di sini disebutkan: “Maka Kristus sudah menebus kita daripada kutukan Torat itu
dengan menjadi satu kutuk karena kita, karena ada tersurat: “Bahwa terkutuklah tiap-tiap
orang yang tergantung pada kayu”.”
A : Menurut
keterangan Saudara, Yesus rela untuk disalib. Sedangkan menurut “Galatia” yang Saudara
baca menyebutkan: terkutuklah tiap-tiap orang yang tergantung pada kayu salib.
Apakah Yesus sendiri tidak termasuk orang yang tergantung pada kayu? Dan kalau
begitu, apakah bisa menebus dosa manusia?
B : Terima
kasih. Saya sudah menyadari. Apakah tidak sebaiknya kita pindah kepada
pasal-pasal yang lain? Tetapi di lain malam. Karena sekarang waktunya sudah
terlalu larut malam.
A : Baiklah,
terserah Saudara.
Kredit : Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Penulis : K.H. Bahaudin Mudhary
Penerbit : Kiblat Centre Jakarta
Cetakan : ke-3 tahun 1984
Artikel terkait: Ketuhanan Yesus dalam Bibel (2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar