Minggu, 11 Desember 2016

Zamzam

“Semoga Allah merahmati Ummu Isma’il”, ujar Nabi , “Seandainya dia tidak membendungnya, niscaya mata air ini menjelma sungai yang mengaliri Makkah.” Air pada hakikatnya adalah berkah. Ia turun menghidupkan bumi sesudah matinya, menjadikan tunas lembut tumbuh menembus tanah yang padat, menyusuri pembuluh-pembuluh makhluq dan menopang hayat mereka. Dari itu, seberkah-berkah air adalah yang memancar sebagai penanda iman wanita mulia, hantaman sayap malaikat Jibril, dan jamuan minum Allah bagi bayi Isma’il.

Sebaik-baik air di muka bumi adalah air zam-zam. Ia dapat menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit. (HR Abu Dawud)

Adalah Abu Dzar Al Ghiffary Radhiyallahu ‘Anhu tiba di Makkah untuk mencari Rasulullah . Namun dia tak bertanya yang mana Muhammad, sebab khawatir hal itu membahayakan keselamatannya. Nyaris sebulan tanpa bekal dia ‘keluyuran’ di Makkah mencuri dengar berbagai pembicaraan sampai akhirnya dapat menjumpai Sang Nabi . Ketika itu Abu Dzar menjadi gemuk dan terlihat jelas lipatan-lipatan di perutnya. Maka bertanyalah beliau, “Apakah yang kaumakan selama sebulan?” “Tidak ada”, jawab Abu Dzar, “Selain Zam-zam.” “Air Zam-zam itu berkhasiat sesuai yang diniatkan ketika meminumnya.” (HR Ahmad)

Maka siapa meminumnya untuk melenyapkan dahaga, niscaya Allah hilangkan hausnya; siapa meminumnya untuk mengatasi laparnya, niscaya Allah karuniakan kenyang padanya; siapa meminumnya agar dihilangkan penyakitnya, niscaya Allah anugrahkan kesembuhan baginya.

Al Imam Ad Daruquthny meriwayatkan bahwa apabila meminum air zam-zam maka faqihnya ummat ‘Abdullah ibn ‘Abbas berdoa:  “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, rizqi yang luas, dan kesembuhan dari segala penyakit.” Secara umum, meminum Zam-zam disilakan dengan niat yang baik dan disertai doa sebab jumhur ‘ulama menyatakan mustajabahnya doa ketika meminum air Zam-zam. Ada catatan menarik tentang para ‘ulama salaf yang agung ketika berhaji dan doa mereka dalam meminum Zam-zam.

Adalah Imam Syamsuddin Adz Dzahabi berdoa, “Ya Allah, jadikan aku melebihi Al Khathib Al Baghdadi.” Lalu tercatat bahwa Imam Ibn Hajar Al ‘Asqalany nantinya berdoa, “Ya Allah, jadikan aku melebihi Imam Adz Dzahabi.” Kemudian Imam Jalaluddin As Suyuthi kelak akan berdoa, “Ya Allah, jadikan aku melebihi Ibn Hajar Al ‘Asqalany.” Iri yang dibolehkan, sebab terkait kemuliaan dalam ilmu dan ‘amalnya telah mereka ungkapkan pada Allah dengan doa. Maka sejarah mencatat kiprah agung mereka semua. Semoga Allah jamu Shalih(in+at) sekalian sebagai tamuNya dengan Zam-zam, lalu Dia ijabahi pula setiap doa kebaikan.


@salimafillah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar