“Semoga Allah merahmati Ummu Isma’il”, ujar Nabi ﷺ, “Seandainya dia tidak membendungnya, niscaya mata air ini menjelma
sungai yang mengaliri Makkah.” Air pada hakikatnya adalah berkah. Ia turun
menghidupkan bumi sesudah matinya, menjadikan tunas lembut tumbuh menembus
tanah yang padat, menyusuri pembuluh-pembuluh makhluq dan menopang hayat
mereka. Dari itu, seberkah-berkah air adalah yang memancar sebagai penanda iman
wanita mulia, hantaman sayap malaikat Jibril, dan jamuan minum Allah bagi
bayi Isma’il.
“Sebaik-baik air
di muka bumi adalah air zam-zam. Ia dapat menjadi makanan yang mengenyangkan dan bisa sebagai obat penyakit.” (HR Abu Dawud)
Adalah Abu Dzar Al Ghiffary Radhiyallahu ‘Anhu tiba di Makkah untuk
mencari Rasulullah ﷺ. Namun dia tak
bertanya yang mana Muhammad, sebab khawatir hal itu membahayakan
keselamatannya. Nyaris sebulan tanpa bekal dia ‘keluyuran’ di Makkah mencuri
dengar berbagai pembicaraan sampai akhirnya dapat menjumpai Sang Nabi ﷺ. Ketika itu Abu Dzar menjadi gemuk dan terlihat jelas lipatan-lipatan di perutnya. Maka
bertanyalah beliau, “Apakah yang kaumakan selama sebulan?” “Tidak ada”, jawab
Abu Dzar, “Selain Zam-zam.” “Air Zam-zam itu berkhasiat sesuai yang diniatkan
ketika meminumnya.” (HR Ahmad)
Maka siapa meminumnya untuk melenyapkan dahaga, niscaya Allah hilangkan
hausnya; siapa meminumnya untuk mengatasi laparnya, niscaya Allah karuniakan
kenyang padanya; siapa meminumnya agar dihilangkan penyakitnya, niscaya
Allah anugrahkan kesembuhan baginya.
Al Imam Ad Daruquthny meriwayatkan bahwa apabila meminum air zam-zam maka
faqihnya ummat ‘Abdullah ibn ‘Abbas berdoa: “Ya Allah, sesungguhnya aku
memohon kepadamu ilmu yang bermanfaat, rizqi yang luas, dan kesembuhan dari
segala penyakit.” Secara umum, meminum Zam-zam disilakan dengan niat yang baik
dan disertai doa sebab jumhur ‘ulama menyatakan mustajabahnya doa ketika
meminum air Zam-zam. Ada catatan menarik tentang para ‘ulama salaf yang agung
ketika berhaji dan doa mereka dalam meminum Zam-zam.
Adalah Imam Syamsuddin Adz Dzahabi berdoa, “Ya
Allah, jadikan aku melebihi Al Khathib Al Baghdadi.” Lalu tercatat bahwa Imam
Ibn Hajar Al ‘Asqalany nantinya berdoa, “Ya Allah, jadikan aku melebihi
Imam Adz Dzahabi.” Kemudian Imam Jalaluddin As Suyuthi kelak akan berdoa, “Ya
Allah, jadikan aku melebihi Ibn Hajar Al ‘Asqalany.” Iri yang dibolehkan, sebab
terkait kemuliaan dalam ilmu dan ‘amalnya telah mereka ungkapkan pada Allah
dengan doa. Maka sejarah mencatat kiprah agung mereka semua. Semoga Allah
jamu Shalih(in+at) sekalian sebagai tamuNya dengan Zam-zam, lalu Dia ijabahi
pula setiap doa kebaikan.
@salimafillah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar