Sabtu, 24 Desember 2016

Ketuhanan Yesus dalam Bibel (1)

Pada malam Selasa tanggal 9 Maret 1970, salah seorang santri (pelajar) dari Pesantren Sumenep (Sdr. Marzuki) mengadakan sekedar selamatan tahun Baru Islam (tanggat 1 bulan Muharam tahun Hijrah) yang dihadiri oleh beberapa santri lainnya. Beberapa saat kemudian datang dua orang Saudara bernama Markan dan Antonius Widuri (keduanya teman akuntan) yang sementara oleh Kantor Akuntan Jakarta ditugaskan di P.N. Garam di Kalianget. Saudara Markan berasal dari Padang, beragama Islam, dan Saudara Antonius Widuri berasal dari Yogyakarta, beragama Kristen sejak kecil dan memang dari keluarga yang beragama Kristen Rooms Katholik.

Kedatangan kedua Saudara pada selamatan tersebut ingin menemui K. Bahaudin Mudhary yang memang sudah kenal sebelumnya. Oleh kawan-kawan  ̶terutama oleh Saudara M. Marzuki selaku Tuan rumah ̶ kedatangan dua Saudara disambut dengan ramah dan rasa gembira.

Kemudian Saudara Markan menerangkan kedatangannya dari Kalianget ke Sumenep menyertai Saudara Antonius Widuri sengaja untuk menemui K. Bahaudin Mudhary, berhubung dengan keinginannya yang sudah lama terkandung untuk membandingkan soal Ketuhanan dalam agama Kristen dan agama Islam, dan soal yang berhubungan dengan i’tikad, kepercayaan diantara kedua agama tersebut.

Menurut Saudara Markan, oleh karena Bapak Kiai sedang tidak berada di sini. Kalau bisa di lain waktu saja akan menemui beliau, supaya diberi waktu yang cukup. Akan tetapi sekiranya Bapak Kiai dan Tuan Rumah serta Saudara-saudara disini tidak berkeberatan, minta supaya diperkenankan untuk menguraikan isi hatinya, agar Saudara-saudara tidak salah faham karena hal tersebut. Hanya dari hati ke hati saja, yakni hanya soal keyakinan pribadi semata-mata.

Kawan-kawan tidak berkeberatan asal berkisar dalam soal agama saja, dan tidak ada kata-kata singgungan terhadap siapapun saja. Jadi, hanya merupakan soal jawab antara pribadi dengan pribadi saja.

Bapak Kiai Bahaudin menerangkan, sekiranya soal jawab antara pribadi ini tidak selesai malam ini, apakah akan dilanjutkan pada malam yang lain. Oleh Saudara Markan dan Saudara Antonius dijawab, bahwa yang penting adalah kepuasan, walaupun memerlukan waktu beberapa lamanya, baik siang maupun malam. Kalau begitu menurut K. Bahaudin Mudhary, kita dapat menamakan pertemuan ini adalah pertemuan pertama. Dengan catatan pertemuan pribadi semata-mata bukan pertemuan dengan undangan.

Perlu diterangkan dalam soal jawab ini namanya disingkatkan. Huruf “A” singkatan dari Bapak K. Bahaudin Mudhary dan huruf “B” singkatan dari Antonius atau Saudara Markan. Karena Saudara Markan sering ikut menjelaskan keterangannya Saudara Antonius.

PERSETUJUAN BERSAMA

A    : Sebelum diadakan pertemuan, saya pandang perlu menentukan sesuatu yang dirasa penting yang patut kita atur terlebih dulu.
B      :  Hal itu kita serahkan saja kepada Bapak Kiai bagaimana baiknya pertemuan kita nanti.
A      :  Apakah tidak sebaiknya pertemuan kita ini dicatat saja dan bila dirasa perlu kita gunakan tape recorder untuk dijadikan kenang-kenangan.
B      :  Baiklah, kita setuju pendapat Bapak Kiai.
A  : Kalau begitu saya akan minta bantuan kepada seorang Saudara untuk mencatat pembicaraan kita masing-masing. Dan apakah Saudara tidak berkeberatan hasil pembicaraan kita nanti sekiranya panjang perlu untuk diketahui umum juga, sebaiknya kita jadikan buku (dibukukan).
B      :  Buat saya tidak berkeberatan, asal membawa manfaat untuk umum.
A      :  Jadi, Saudara setuju?
B      :  Ya. Sangat setuju.
A      :  Terima kasih. Sekarang saya ingin menanyakan, maksud Saudara menemui saya. Dan tadi Saudara ada menyebut tentang agama Kristen dan Islam.
B      :  Begini Pak Kiai, secara terus terang dengan hati ikhlas saya sampaikan bahwa saya adalah seorang yang beragama Kristen Katholik. Sering kali juga saya membaca buku-buku agama Islam, dan majalah-majalah Islam, terutama majalah Kiblat yang terbit di Jakarta. Dengan membaca buku-buku dan majalah-majalah tersebut, lalu timbul keinginan saya untuk mempelajari dan meneliti agama Islam. Akan tetapi keinginan itu selalu saya sembunyikan saja.
A      :  Dimanakah Saudara mendapat buku-buku Islam dan majalah Kiblat?
B      :  Secara tidak disengaja, saya sering menemukan di mejanya kawan. Mula-mula saya tidak hiraukan. Karena buku dan majalah tersebut berlainan dengan keyakinan saya. Pada suatu malam saya tidak bisa tidur, padahal saya ingin beristirahat. Lalu saya mondar-mandir di kamar tidur, keluar masuk kamar, lalu saya lihat majalah Kiblat di atas meja. Mungkin kepunyaan kawan yang ketinggalan waktu bertamu ketempat saya. Secara tidak di sengaja saya ambil majalah tersebut, tanpa kesadaran saya bawa ke tempat tidur, lalu saya buka-buka lembaran, mungkin ada bacaan atau ceritera-ceritera yang dapat mendorong saya supaya tidur. Kemudian pada suatu halaman, saya menjadi terkejut melihat suatu artikel tentang “Kristen”. Tanpa pikir, saya membaca. Mula-mula hati saya selaku seorang Kristen merasa tersinggung. Akan tetapi seolah-olah ada daya tarik yang memerintahkan saya supaya terus membacanya. Setelah selesai saya membacanya, pada saat itulah secara tiba-tiba timbul dorongan hati saya untuk berpikir dan meneliti kebenaran keyakinan saya. Entah karena apa saya lantas ingin membaca buku-buku Islam, dan majalah-majalah Islam. Malah seringkali saya cari-cari pinjaman majalah Kiblat pada kawan-kawan yang berlangganan. Makin lama, bertambah timbul dorongan hati saya untuk meneliti ajaran Islam dan Kristen dan ingin membandingkan tentang i’tikad Ketuhanan antara dua agama tersebut. Secara diam-diam saya terus membaca-baca buku- buku Islam di samping membaca kitab Injil yang menjadi keharusan saya selaku pemeluk agama Kristen.
A      :  Apakah Saudara telah mempelajari Kitab Injil cukup mendalam?
B    :  Menurut perasaan saya, Kitab Injil itu telah saya pelajari dan saya anggap cukup mendalam. Ini hanya menurut ukuran kemampuan yang ada pada saya saja. Entah lagi dalam penilaian orang lain.
A      :  Kemudian bagaimana kelanjutan keinginan Saudara?
B      :  Setelah saya meneliti buku-buku Islam dan Kristen yang saya temui, maka dorongan hati saya untuk melepaskan keinginan saya tak dapat saya tahan. Lalu saya mulai tanya-tanya tentang agama lslam pada beberapa orang yang saya temui. Tetapi keterangannya itu belum ada yang memuaskan hati saya.
A      :  Kepada siapa saja Saudara bertanya tentang ajaran Islam?
B      :  Kepada siapa saja yang saya temui, di samping pembicaraan yang lain. Jadi, saya bertanya-tanya merupakan selingan-selingan saja daripada yang menjadi pokok pembicaraan. Jadi, tidak secara langsung.
A      :  Setelah itu, adakah suatu pengaruh pada Saudara?
B      :  Ya. Anehnya saya mulai tidak rajin lagi pergi ke gereja. Mungkin inilah pengaruhnya.
A      :  Kemudian bagaimana?
B      :  Oleh karena saya tidak merasa puas dari orang-orang yang memberikan keterangan tentang Islam, lalu saya bicarakan kepada Saudara Markan. Oleh Saudara Markan saya diajak ke rumah Bapak Kiai Baha. Maka saya perlukan datang kemari diantar oleh Saudara Markan.
A      :  Mungkin Saudara belum mendalam mempelajari kitab Injil. Apakah tidak sebaiknya Saudara meneliti kembali ajaran-ajaran agama Kristen sebelum diadakan pertemuan.
B      :  Kalau begitu, apakah orang yang bukan pemeluk Islam tidah dibolehkan mempelajari agama Islam?
A      :  Bukan begitu. Maksud saya ialah bahwa agama Islam itu bersikap toleransi terhadap semua agama dan pemeluknya. Walaupun ajaran Islam tidak dibolehkan memaksa siapa pun untuk memeluk agama Islam. Pemeluk-pemeluk Islam hanya diharuskan melakukan da’wah terhadap siapa pun yang sudi menerimanya.
B      :  Akan tetapi, saya pun memeluk agama Kristen bukan karena ikut-ikutan. Pendirian saya, setiap orang bebas memilih agama menurut keyakinannya. Jadi, berpindah agama menurut keyakinannya pula, yang tentu sebelumnya didahului oleh penelitian dan pertimbangan-pertimbangan yang mendalam sesuai dengan kemampuannya, baik dengan perantaraan buku-buku, Kitab-kitab, maupun dengan soal jawab (diskusi) atau lainnya.
A      :  Betul. Akan tetapi asalkan dengan cara yang wajar, sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran antara pemeluk suatu agama dan penganut agama yang lain. Itulah yang saya maksudkan agar kedatangan saya kepada Bapak Kiai tidak sampai timbul sangka-sangka dan dugaan-dugaan yang tidak wajar, melainkan dengan tujuan mencari kebenaran dalam memeluk suatu agama. Ringkasnya, saya ingin memeluk suatu agama di atas dasar penelitian dari segi ratio maupun dengan ilmu jiwa, dari segi ilmiah, sehingga menimbulkan keyakinan yang kokoh dalam jiwa saya. Keyakinan yang teguh dan kokoh tentunya tidak mungkin menjadi orang yang ikut-ikutan.
A      :  Memang seharusnya demikian.
B      :  Ada saya jumpai, penganut suatu agama disebabkan karena keturunan, karena ayah dan ibunya menganut suatu agama, karena pengaruh pergaulan, lingkungan, pengaruh keadaan atau bisa jadi maksud untuk berlindung atau lainnya. Oleh karenanya, saya berani bersumpah bahwa saya tidak termasuk pada orang-orang yang saya sebutkan itu.
A      :  Saya hargai pendirian Saudara itu.
B      :  Oleh karena itulah saya menemui Bapak Kiai untuk menguraikan isi hati saya yang telah lama saya kandung. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya Bapak Kiai memberikan waktu kepada saya; terserah menurut kesempatan Bapak Kiai karena sekarang sudah tengah malam. Akan tetapi sebisa-bisanya secepat mungkin.
A      :  Baik. Besok malam saja Saudara datang lagi. Dengan catatan tidak usah beritahukan dulu pada orang lain. Saya usahakan tempatnya.
B      :  Akan tetapi bagaimanakah kalau ada orang yang datang ingin mendengarkan saja?
A      :  Pokoknya pertemuan kita diusahakan supaya tidak sampai diketahui orang lain. Tetapi kalau dipandang perlu, saya kira boleh saja daripada hasil pertemuan kita diberitahukan. Sekiranya besok malam ada orang datang hanya ingin mendengarkan, hal itu terserah kepada mereka sendiri. Pokoknya kita tidak mengundang mereka, dan mereka tidak mengganggu ketertiban dan kelancaran dalam pertemuan kita.
B      :  Baiklah. Semoga pertemuan kita dapat diatur antara pribadi dengan pribadi, bukan untuk umum.
A      :  Memang demikianlah rencana saya dan supaya Saudara-saudara yang ada disini tahu.
B      :  Saya setuju pendapat Bapak Kiai.
A      :  Adakah Saudara mempunyai Kitab Injil?
B      :  Ya. Saya mempunyai kitab perjanjian lama, perjanjian baru, dan yang berbahasa Inggris: “The Holy Bible” dan ada juga kitab bahasa Belanda, Bijbelle - zingen voor het Huisgezin dan ada juga “Alkitab” terbitan tahun 1968, dan yang terbitan tahun 1970 dan kitab “Zabur”.
A      :  Saya harap kitab-kitab yang Saudara sebutkan itu dibawa semuanya besok malam.
B      :  Ya, saya akan bawa semuanya. Apakah Bapak Kiai mempunyai juga kitab tersebut?
A      :  Dulu pernah mempelajarinya. Tetapi dipinjam oleh kawan yang sampai sekarang belum dikembalikan. Namun saya telah membacanya.
B      :  Kalau begitu, saya akan bawa semua kitab-kitab Kristen yang ada pada saya.
A      :  Harapan saya memang demikian.

MALAM KEDUA

A      :  Sejak kapankah Saudara beragama/masuk agama Kristen?
B      :  Sejak saya dilahirkan.
A      :  Apakah Saudara benar-benar mempelajari bahwa agama Kristen itu suatu agama yang paling benar?
B      :  Ya. Memang saya menyadari.
A      :  Apakah Saudara berkeyakinan bahwa Kitab Injil itu suci?
B      :  Ya, yakin sekali.
A      :  Dari siapakah pengertian Saudara bahwa Bibel itu dari Tuhan Yang Maha Suci?
B      :  Guru saya menerangkan bahwa Bibel adalah Kitab Suci berisi pengajaran Tuhan Yesus, yang dicatat oleh Rasul-rasul Matius, Lukas, Johannes, dan Rasul Markus.
A      :  Apakah yang dimaksud suci pada Bibel itu mempunyai arti bahwa Bibel bersih daripada kesalahan-kesalahan?
B      :  Betul demikian. Tetapi kesalahan yang bagaimana yang Bapak maksudkan?
A      :  Misalnya: Pada suatu saat ada orang mengabarkan pada Saudara bahwa si A sakit, sedangkan orang lain memberitahukan bahwa pada saat itu si A tidak sakit. Kedua berita itu apakah benar semuanya atau salah semuanya, atau salah satunya yang benar?
B      :  Diantara keduanya itu tentu salah satu yang benar atau keduanya salah, dan mustahil kedua-duanya benar.
A      :  Satu misal lain; Ada orang berkata si A mempunyai tiga orang anak dan seorang lain mengatakan si A mempunyai sepuluh orang anak. Apakah dua perkataan itu benar semuanya atau salah semuanya atau salah satu saja yang benar.
B      :  Tidak mungkin benar semuanya, melainkan salah satunya yang benar atau salah semuanya.
A      :  Kalau saya mengatakan benar semuanya, bagaimana pendapat Saudara?
B      :  Itu adalah mustahil, karena ternyata ada perselisihan diantara keduanya.
A      :  Andaikata ada suatu kitab suci, akan tetapi ayat-ayat di dalamnya diantara yang satu dengan yang lain terdapat berselisihan, apakah kitab itu akan dinamakan Kitab suci?
B      :  Tentu bukan kitab suci, karena yang dinamakan kitab suci itu adalah ilham (wahyu) dari Tuhan yang mustahil terdapat kesalahan atau perselisihan.
A      :  Jadi, kalau begitu bukan kitab suci lagi?
B      :  Betul. Kesuciannya telah batal.
A      :  Kalau demikian, tentu isinya tidak dapat dipercaya, kesuciannya atau kebenarannya. Karena diantara ayat-ayatnya terdapat perselisihan.
B      :  Yang jelas diantara ayat-ayatnya pasti bukan dari Tuhan, atau sudah dicampuradukkan dengan karangan manusia, sehingga kesuciannya ternoda. Ringkasnya, sudah tidak suci lagi.
A      :  Kalau misalnya di Bibel terdapat selisih antara satu ayat dengan ayat yang lain, apakah Saudara masih berkeyakinan Bibel itu Kitab Suci?
B      :  Saya tidak yakin kalau Kitab Bibel tidak suci. Terkecuali kalau ada bukti-bukti nyata yang menunjukkan ayat-ayatnya berselisih antara yang satu dengan yang lain, yang dapat menimbulkan keraguan saya tentang kesuciannya. Menurut penelitian Bapak, apakah ayat-ayat di Bibel ada yang berselisih?
A      :  Ya, banyak yang bersellsih.
B      :  Di Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru?
A      :  Dua-duanya terdapat beberapa perselisihan antara satu ayat dengan ayat yang lain.
B      :  Di bab apa dan pasal serta ayat berapa?
A      :  Supaya berurutan, saya atur dalam beberapa pasal: Pertama soal Ketuhanan Yesus. Karena soal Ketuhanan adalah termasuk kepercayaan pokok pada tiap-tiap agama. Jadi, soal ini perlu sekali didahulukan. Sesudah itu kita berpindah kepada soal yang lain yang berhubungan dengan soal agama Kristen yang termaktub dalam kitab Bibel. Bagaimana pendapat Saudara?
B      :  Baik. Saya menyetujui pendapat Bapak.
A      :  Sekarang saya ingin bertanya, apakah alasan Saudara bahwa Yesus menjadi anak Tuhan?
B      :  Dalam Matius pasal 3 ayat 17 menyebutkan demikian: “Maka suatu suara dari langit mengatakan, “Inilah anakku yang kukasihi. Kepadanya Aku berkenan”. Juga di Lukas pasal 4 ayat 41, menyebutkan, bahwa Yesus itu Anak Allah.
A      :  Kalau begitu, silakan buka Matius pasal 5 ayat 9.
B      :  Baik. Dalam pasal dan ayat itu menyebutkan: “Berbahagialah segala orang yang mendamaikan orang, karena mereka itu akan disebut anak-anak Allah.”
A      :  Berdasarkan ayat tersebut yang dimaksudkan “Anak Allah” itu ialah orang yang dihormati seperti Nabi. Kalau Yesus dianggap anak Allah maka semua orang yang mendamaikan manusia pun menjadi Anak-anak Allah juga. Jadi, bukan Yesus saja Anak Allah, tetapi ada terlalu banyak.
B      :  Dalam Yahya pasal 14 ayat 9 disebutkan: “Siapa yang sudah nampak Aku, ia sudah nampak Bapa”, dan di ayat 10 disebutkan: “Tiadakah engkau percaya bahwa Aku ini di dalam Bapa, dan bapa pun didalam Aku? Segala perkataan yang Aku ini katakan kepadamu bukanlah Aku katakan dengan kehendak sendiri, melainkan Bapa itu yang tinggal di dalam Aku. Ialah mengadakan segala perbuatan itu”.
A      :  Baiklah. Silakan Saudara periksa Yahya pasal 17 ayat 23.
B      :  Baik. Di pasal ini disebutkan bahwa “Aku di dalam mereka itu, dan Engkau di dalam Aku; supaya mereka itu sempurna di dalam persekutuan.”
A      :  Perhatikan di ayat ini ada tersusun kata “Aku didalam mereka”. Kata “mereka” di ayat ini ialah sahabat Yesus. Sedang yang dimaksudkan “dengan Aku” ialah Tuhan. Jadi, kata “Aku beserta mereka” artinya Tuhan beserta sahabat-sahabat Yesus. Jadi, Tuhan itu beserta Yesus dan sahabat-sababat Yesus. Kalau Saudara percaya hal kesatuan Yesus dengan Bapa, maka Saudara pun harus percaya tentang kesatuan Bapa itu dengan sekalian sahabat Yesus yang 12 orang jumlahnya. Jadi, bukan Yesus dan Roh Suci saja yang menjadi satu dengan Tuhan, melainkan harus ditambah 12 orang lagi. Ini namanya persatuan Tuhan atau Tuhan Persatuan, bukan hanya Tri Tunggal tetapi 15 tunggal. Jadi, berdasarkan perselisihan ayat-ayat tersebut, yang manakah yang benar: Tiga menjadi Tunggalkah atau 15 menjadi Tunggal? Ayat yang manakah yang akan Saudara yakinkan, yang tiga menjadi tunggalkah atau yang 15 itu?
B      :  Tunggu dulu, Pak. Ini agak membingungkan saya.
A      :  Tentu akan lebih membingungkan Saudara kalau saya tunjukkan ayat yang lain. Silakan periksa Yahya pasal 17 ayat 3.
B      :  Baik. Di sini menyebutkan, “Inilah hidup yang kekal, yaitu supaya mereka mengenal Engkau, Allah yang Esa, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
A      :  Di ayat ini menyebutkan “Tuhan adalah Esa”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia oleh E. St. Harahap, cetakan II disebutkan bahwa “Esa” itu berarti Satu, pertama (tunggal), dan di ayat itu juga disebutkan, bahwa Yesus Kristus adalah pesuruh Allah (Utusan/Rasul). Kalau demikian, manakah yang benar? Bibel yang diakui Kitab Suci oleh Saudara, tetapi isinya bertentangan antara yang satu dengan yang lain. Di satu ayat menyebutkan Tuhan dengan Yesus menjadi satu, di lain ayat lima belas menjadi satu dan yang lain lagi Tuhan itu Tunggal. Sedangkan di ayat itu pula menyebutkan bahwa Yesus itu pesuruh Allah, bukan Tuhan. Menurut pengakuan Saudara, suatu Kitab Suci yang kandungan ayat-ayatnya bertentangan antara yang satu dengan yang lain tentu sulit sekali dipercaya kesuciannya, karena yang disebut suci itu bersih dari kekeliruan dan perselisihan.
B      :  Masih adakah ayat yang menyebutkan demikian?
A      :  Ayat yang bagaimana yang Saudara maksudkan?
B      :  Ayat yang menyebutkan bahwa Tuhan itu Esa (Tunggal), bukan tiga menjadi satu.
A      :  Silakan buka di Ulangan pasal 4 ayat 35.
B      :  Baik. Di pasal dan ayat ini menyebutkan: “Maka kepadamulah ia itu ditunjuk supaya diketahui olehmu bahwa Tuhan itulah Allah, dan kecuali Tuhan yang Esa tiadalah yang lain lagi.”
A      :  Jelas di dalam Bibel sendiri menerangkan bahwa Tuhan itu Esa, Tunggal.
B      :  Tetapi itu di dalam Kitab Perjanjian Lama. Apakah terdapat juga di Perjanjian Baru?
A      :  Saudara minta di Perjanjian Baru? Baiklah. Silakan Saudara buka Markus pasal 12 ayat 29.
B      :  Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan:
“Maka jawab Yesus kepadanya: Hukum yang terutama ialah Dengarlah olehmu, hai Israil, adapun Allah Tuhan kita, ialah Tuhan yang Esa.”

A      :  Periksa lagi di Perjanjian Lama di Ulangan pasal 6 ayat 4.
B      :  Baik. Di sini disebutkan: “Dengarlah olehmu, hai Israil. Sesungguhnya Hua Allah Kita, Hua itu Esa adanya.”
A      :  Apakah belum jelas bahwa Bibel sendiri yang menjadi Kitab Sucinya orang Kristen menyebutkan seterang-terangnya bahwa Tuhan itu Tunggal, bukan tiga menjadi satu atau satu menjadi tiga. Taruh kata di Bibel ada ayat yang menyebutkan Tuhan itu tiga menjadi satu. Saya ingin bertanya, yang manakah diantara kedua ayat itu yang benar? Yang Tunggalkah atau yang tiga menjadi Tunggal? Jadi, salah satu dari dua ayat tersebut pasti ada yang benar, karena sudah jelas dua ayat itu tidak sama. Kalau salah satu atau dua-duanya salah, maka kandungan Kitab Suci itu ada yang salah. Jadi, bukan Kitab Suci namanya.
B      :  Betul. Salah satu pasti salah atau kedua-duanya salah.
A      :  Kalau demikian, apakah dapat diyakinkan kebenarannya suatu Kitab Suci, kalau kitab suci itu mengandung kesalahan atau tidak benar isinya?
B      :  Ya, yang disebut Kitab Suci itu harus benar dari kesalahan-kesalahan. Kalau tidak demikian maka batallah kesucian Kitab itu.
A      :  Menurut kepercayaan Saudara, apakah Yesus bersatu dengan Allah?
B      :  Ya, demikian.
A      :  Kalau demikian, tentu Yesus adalah selalu bersama Allah dan Allah selalu bersama Yesus.
B      :  Betul, demikian. Sebagaimana tersebut dalam Yahya 10, 30, yang bunyinya sebagai berikut: “Aku dan Bapa itu satu adanya.” Demikian juga Roh Suci sebab Roh Suci itu menjadi satu dengan Yesus, sebagaimana tersebut dalam Injil, ialah setelah Yesus berumur 30 tahun turun Roh Suci kepadanya dan dibabtiskan oleh pembabtis, yaitu Yahya. Jadi, jelas bahwa Yesus, Roh Suci, Tuhan adalah Tunggal.
A      :  Kalau begitu, silakan buka Matius pasal 27 ayat 44.
B      :  Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Maka sekira-kira pukul tiga itu berserulah Yesus dengan suara yang nyaring katanya, “Eli, Eli, lama sabaktani”, artinya: “Ya Tuhan, apakah sebabnya Engkau meninggalkan Aku?”
A      :  Berdasarkan seruan Yesus di ayat itu, jelas bahwa Yesus tidak bersatu dengan Tuhan, yakni Tuhan meninggalkan Yesus waktu akan disalibkan. Mestinya kalau Tuhan menjadi satu dengan Yesus, di saat itulah saat tepat untuk menolong Yesus. Tetapi kenyataannya Tuhan tidak bersatu dengan Yesus sehingga Yesus sendiri minta tolong.
B      :  Tetapi Yesus itu hidupnya memang untuk disalib guna menebus dosa manusia.
A      :  Kalau hidupnya Yesus memang untuk disalib, mengapa Yesus tidak bersedia dan menolak untuk disalib? Buktinya ia berseru dengan suara nyaring minta tolong pada Tuhan agar ia terlepas dari disalibkan. Dengan lain kata, Yesus tidak bersedia selaku penebus dosa.
B      :  Betul. Saya lantas tidak mengerti mengapa ayat-ayat Bibel itu ada yang simpang siur.
A      :  Dari sebab itulah mengapa Saudara menyembah Yesus selaku Tuhan yang tidak berkuasa menyelamatkan dirinya sendiri, malah minta tolong. Pantaskah ada Tuhan demikian? Dan saya lanjutkan bertanya apakah manusia-manusia yang menyalibkan Yesus itu dilaknat?
B      :  Pasti dilaknat.
A      :  Mestinya tidak dilaknat, malah Yesus harus berterima kasih kepada mereka yang menyalibkan dia, bahkan mereka itu seharusnya mendapat ganjaran. Oleh karena menurut keterangan Saudara, hidupnya Yesus itu harus disalib untuk menebus dosa-dosa manusia yang bersedia menyalibkan Yesus maka dosa-dosa manusia tentu tidak ada yang menebusnya. Jadi, manusia-manusia yang telah menyalibkan Yesus itu berjasa kepada Yesus dan penganut-penganut Kristen. Akan tetapi mereka yang sudah terbukti berjasa itu malah dilaknat. Mestinya mereka itu masuk surga dan dipuji-puji atas jasanya.
B      :  Ini memang tidak masuk di akal atau sekurang-kurangnya memang sulit dimengerti; akan tetapi Roh Tuhan bersatu dengan Yesus itu tidak mustahil. Sebagaimana banyak manusia yang kesurupan hantu, jin, malaikat atau makhluk-makhluk halus lainnya, sehingga tindakan-tindakannya dan perbuatannya menurut kehendak makhluk halus tersebut. Demikian juga ada yang kemasukan Roh Suci seperti Roh Malaikat, sehingga tindakan-tindakan dan perbuatannya adalah suci.
A      :  Kalau demikian, baiklah saya bikin pertanyaan: Manusia yang bersatu (kesurupan) jin itu, apakah dia disebut jin?
B      :  Tidak.
A      :  Yesus yang bersatu (menerima) Roh Tuhan itu apakah ia disebut Tuhan?
B      :  Mestinya tidak juga.
A      :  Seharusnya begitu. Jadi, jelas bahwa Yesus yang menerima Roh Ketuhanan tentunya bukan Tuhan. Manusia yang menerima wahyu Tuhan itu bukan Tuhan melainkan adalah utusannya (pesuruh) Tuhan. Sesuai dengan pengakuan Yesus sendiri sebagaimana tersebut dalam Yahya pasal 17 ayat 3 yang berbunyi, “Supaya mereka itu mengenal Engkau. Allah yang Maha Esa dan Benar, dan Yesus Kristus yang telah Engkau suruhkan itu.”
B      :  Saya lantas tambah tidak mengerti tentang Ketuhanan Yesus itu.
A      :  Menurut keterangan Saudara tadi, bahwa manusia yang bersatu dengan Roh (kesurupan) makhluk halus seperti roh-roh, jin, dan malaikat maka tindakan dan perbuatannya pasti menurut kehendak atau menyerupai perbuatan makhluk-makhluk halus itu.
B      :  Benar begitu.
A      :  Kalau demikian maka Yesus yang Saudara akui bersatu dengan Tuhan, mestinya tindakan-tindakan dan perbuatannya menyerupai perbuatan Tuhan.
B      :  Mestinya begitu.
A      :  Akan tetapi kenyataannya tidak demikian. Tuhan tidak tidur tetapi Yesus Tidur, Tuhan tidak makan tetapi Yesus makan, Allah tidak sakit tetapi Yesus sakit, Tuhan tidak menyembah kepada siapapun, tetapi Yesus menyembah Tuhan. Tuhan tidak mati, tetapi Yesus mati, walaupun menurut i’tikat Kristen hidup kembali tetapi ia mati.
B      :  Menurut anggapan orang Kristen, salah satu yang menyebabkan Yesus bersatu dengan Tuhan karena ia mengetahui yang gaib.
A      :  Kalau begitu, silakan buka Markus pasal 13 ayat 31-32.
B      :  Baik. Ayat itu menyebutkan: “Sesungguhnya langit dan bumi akan lenyap, tetapi perkataanku kekal. Tetapi akan harinya atau ketikanya itu tiada diketahui oleh seorang juapun, baik segala malaikat yang di surga pun tidak, atau anak itupun tidak, hanyalah Bapa saja.
A      :  Jelas di Bibel sendiri tertulis, Yesus sendiri mengaku tidak ada yang tahu kapan hari kiamat melainkan hanya Tuhan sendiri. Jadi, tegas Yesus sendiri tidak mengetahui waktunya hari kiamat yang termasuk suatu yang gaib. Yang tidak tahu itu pasti bukan Tuhan.
B      :  Tetapi Yesus menyebutkan dirinya di ayat ini dengan kata “Anak” yang berarti ia anak Tuhan.
A      :  Silakan buka Matius pasal 1 ayat 16.
B      :  Baik. Di situ disebutkan: “Dan Yakub memperanakkan Yusuf, yaitu suami Maryam; ia yang melahirkan Yesus yang disebut Kristus.”
A      :  Jelas bahwa yang diperanakkan itu pasti bukan Tuhan sebagaimana tersebut dalam ayat tersebut. Silakan periksa lagi Keluaran pasal 4 ayat 22.
B      :  Baik. Di situ disebutkan: “Maka pada saat itu hendaklah katamu kepada Fir’aun demikian: “Inilah Firman Tuhan, bahwa Israel itulah anak-Ku laki-laki, yaitu anakku yang sulung”.”
A      :  Di ayat ini disebutkan bahwa Israel adalah anak Tuhan yang sulung, sedangkan Yesus tidak disebutkan anak yang ke berapa. Silakan buka lagi Yeremia pasal 31 ayat 9.
B      :  Ayat ini menyebutkan: “Akulah Bapa bagi Israel; dan Efraim itu anak yang sulung.”
A      :  Jelas sekali bahwa berdasarkan Bibel sendiri Anak Tuhan itu banyak, bukan Yesus saja. Padahal sebenarnya yang dimaksudkan dengan “Anak” dalam Bibel itu ialah mereka yang dikasihi oleh Tuhan, termasuk Yesus. Jadi, bukan anak yang sebenarnya.
B      :  Tetapi dalam Matius pasal 1 ayat 18 menyebutkan sebagai berikut: “Adapun kelahiran Yesus Kristus demikian adanya. Tatkala Maryam, yaitu ibunya, bertunangan dengan Yusuf sebelum keduanya bersetubuh, maka nyatalah Maryam itu hamil daripada Ruhul Kudus. Roh Kudus artinya Roh Tuhan. Oleh karenanya maka Yesus itu adalah anak Tuhan, sebagaimana juga di Matius pasal 1 ayat 20 menyebutkan: “Yusuf bermimpi seorang Malaikat. Tuhan berkata: “Hai, Yusuf anak Daud, janganlah engkau kuatir menerima Maryam itu menjadi isterimu karena kandungan itu terbitnya daripada Ruhul Kudus”.”
A      :  Kalau begitu, silakan buka Kisah Para Rasul pasal 6 ayat 5.
B      :  Baik. Ayat itu menyebutkan: “Maka perkataan ini diperkenankan oleh sekalian orang banyak itu, lalu memilih Stephanus, yaitu seorang yang penuh dengan iman, dan Ruhul Kudus, dan lagi Philippus, dan Prokhorus, dan Nikanor, dan Timon, dan Parmenas, dan Nikolaus, yaitu mualaf asalnya dari negeri Antiokhia.”
A      :  Jadi, berdasarkan ayat Bibel sendiri menunjukkan bahwa Ruhul Kudus itu bukan pada Yesus saja. Ini menunjukkan bahwa Ruhul Kudus itu Ruh Suci, atau Ruh Kesucian yang maksudnya roh yang bersih dari roh-roh kotor, bukan seperti roh setan atau hantu. Sebagaimana halnya pada Nabi lainnya dengan roh sucinya. Menurut Al-Qur’an Ruhul Kudus (roh suci) itu berarti Jibril. Di Bibel sendiri menyebutkan bahwa para Nabi yang terdahulu adalah Kudus.
B      :  Di Bibel pasal berapa menyebutkan demikian?
A      :  Silakan periksa Surat Kiriman yang kedua dan pada Surat Petrus yang Kedua pasal 3 ayat 2.
B      :  Baik. Pasal dan ayat ini menyebutkan: “Supaya kamu ingat perkataan yang sudah disabdakan, dahulu oleh Nabi yang kudus dan akan hukum Tuhan lagi Juru Selamat, dengan jalan Rasul-rasul yang disuruhkan kepadamu.”
A      :  Jelas di Bibel sendiri menyebutkan bahwa Ruhul Kudus itu bukan Tuhan, dengan lain kata bahwa Yesus dalam kandungan Maryam itu bukan Tuhan atau Roh Tuhan, melainkan adalah roh bersih, suci, dengan izin atau perintah Allah yang dikaruniakan kepada hamba yang dikehendakinya. Lebih jelas harap Saudara periksa dalam Kisah Para Rasul pasal 5 ayat 32.
B      :  Ayat tersebut menyebutkan: “Dan kami inilah saksi atas segala perkara itu. Demikian juga Ruhul Kudus yang dikaruniakan Allah kepada sekalian orang yang menurut Dia.”
A      :  Silakan periksa lagi dalam Lukas pasal 1 ayat 41.
B      :  Pasal ini menyebutkan bahwa: “Maka berlakulah tatkala Elisabeth mendengar salam Maryam itu, meloncatlah kanak-kanak yang di dalam rahimnya itu dan Elisabeth penuh dengan Ruhul Kudus.”
A      :  Sudah jelas sekali bahwa arti Ruhul Kudus itu adalah Roh Suci yang dikaruniakan oleh Allah kepada siapapun yang dikehendaki-Nya. Kalau sekiranya Ruhul Kudus itu diartikan dengan Allah atau Roh Allah, maka bukan Yesus saja yang menjadi Tuhan atau anak Tuhan. Para Nabi dan Elisabeth (istri Zakaria) pun mestinya Tuhan juga.
B      :  Yesus dianggap Tuhan oleh karena ia mempunyai roh Ketuhanan. Terbukti dengan pangkat Ketuhanannya sehingga ia dapat menghidupkan orang mati. Inilah kesamaan sifat Allah dengan Yesus.
A      :  Kalau begitu, silakan periksa di II Raja-raja pasal 13 ayat 21.
B      :  Baik. Di sini ada menyebutkan: “Maka sekali peristiwa apabila dikuburkannya seorang Anu, tiba-tiba terlihat mereka itu suatu pasukan, lalu dicampakkannya orang mati itu ke dalam kubur Elisa, maka baru orang mati itu dimasukkan ke dalamnya dan kena mayat Elisa itu maka hiduplah orang itu pula. Lalu bangun berdiri.”
A      :  Di sini menyebutkan malah tulang-tulang Ilyas dapat menghidupkan orang mati. Jadi, bukan Yesus saja yang dapat menghidupkan orang mati, bahkan tuang-tulang Ilyas dapat menghidupkan orang mati, yang berarti tulang-tulang Ilyas adalah Tulang-tulang Ketuhanan. Kalau Yesus di waktu hidupnya dapat menghidupkan orang mati, akan tetapi Elisa di waktu tak bernyawa. Malah hanya dengan tulang-tulangnya yang di dalam kubur dapat menghidupkan orang mati. Kalau perbuatan Yesus dikatakan ajaib, maka Elisa lebih ajaib daripada Yesus. Jadi, seharusnya Ilyas pun dianggap Tuhan juga. Periksa lagi di I Raja-raja pasal 17 ayat 22.
B      :  Ya, di sini menyebutkan: “Maka didengar akan do’a Elisa itu, lalu kembalilah nyata kanak-kanak itu ke dalamnya sehingga hiduplah ia pula”.
A      :  Kalau secara adil, seharusnya Elisa dianggap Tuhan juga.
B      :  Tetapi Yesus dapat menyembuhkan orang buta sehingga melihat.
A      :  Kalau begitu, periksa II Raja-raja pasal 6 ayat 17 dan ayat 30.
B      :  Ya. Di pasal itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang buta, sehingga dapat melihat.
A      :  Kalau begitu, Elisa pun harus dianggap Tuhan juga karena menyamai Yesus dan menyamai sifatnya Tuhan.
B      :  Sekali lagi Tuhan Yesus dapat menyembuhkan penyakit lepra (penyakit kusta).
A      :  Silakan periksa II Raja-raja pasal 3 ayat 10 dan ayat 11.
B      :  Baik. Di pasal dan ayat itu menyebutkan yang maksudnya bahwa Elisa dapat menyembuhkan orang sakit kusta bernama Naaman.
Jadi, Elisa pun dapat menyembuhkan orang buta dan penyakit kusta -malah dapat menghidupkan orang mati- mengapa tidak diangkat juga menjadi Tuhan?
(K.H. Bahaudin Mudhary)

B      :  Akan tetapi pasal kejadian Yesus tanpa percampuran laki-laki dengan isterinya. Inilah kelebihan rohnya Yesus daripada rohnya Elisa.
A      :  Asal Kejadian Nabi Adam tanpa Bapa dan Ibu. Mengapa Adam tidak dianggap Tuhan? Juga Hawa asal kejadiannya tanpa Ibu. Ia pun bisa dianggap juga Tuhan wanita.
B      :  Tetapi Adam dan Hawa kedua-duanya berdosa.
A      :  Kalau begitu, Yesus pun berdosa karena Yesus keturunan Maryam, sedang Maryam keturunan Adam dan Hawa. Yesus sendiri pernah dibawa oleh Iblis ke puncak gunung. Pantaskah Tuhan dibawa oleh Iblis?
B      :  Di mana ceritera itu disebutkan?
A      :  Di Bibel. Silakan Saudara periksa Lukas pasal 4 ayat 5.
B      :  Baik. Di situ menyebutkan: “Maka Iblis pun membawa dia ke puncak gunung…”.
A      :  Nah, suatu kejadian aneh. Tuhan dibawa Iblis yang berarti ia tunduk kepada kemauan Iblis.
B      :  Walaupun demikian, Yesus tetap suci bersih dari kesalahan dan dosa.
A      :  Para Nabi lainnya pun suci daripada dosa. Akan tetapi mereka tidak menganggap dirinya selaku Tuhan, malah Yesus sendiri pun tidak juga mengaku Tuhan, sedangkan pengikut-pengikutnya mempertahankan dia.
B      :  Tidak demikian. Nabi-nabi berbuat dosa tetapi Yesus tidak.
A      :  Nabi-nabi yang berbuat dosa atau kesalahan itu telah bertobat, lalu diberi ampun oleh Tuhan sebagaimana juga Yesus pernah minta ampun dan diberi ampun oleh Tuhan. Mereka para Nabi diberi ampun, artinya dosanya telah habis karenanya, lalu mereka disebut bersih dari dosa dan kesalahan-kesalahan.
B      :  Dimanakah menyebutkan bahwa Yesus merasa ia minta ampun kepada Tuhan?
A      :  Silakan Saudara periksa sendiri di Matius pasal 6 ayat 12.
B      :  Baik. Di pasal dan ayat tersebut menyebutkan: “Dan ampunilah kiranya kami segala kesalahan kami, seperti kami ini sudah mengampuni orang yang berkesalahan kepada kami.”
A      :  Jelas Yesus sendiri meminta ampun akan kesalahannya. Jadi, dia pernah berbuat kesalahan.
B      :  Tetapi di ayat ini juga ada menyebutkan bahwa Yesus suka memberikan ampun semua kesalahan orang keadanya.
A      :  Kalau hanya begitu, kita pun bisa. Kita pun bersedia memberikan ampun kepada orang-orang yang berbuat kesalahan kepada kita.
B      :  Tapi tidak ada manusia selain Adam yang dilahirkan ke dunia ini tanpa Bapak, melainkan Yesus saja. Jadi, masih dapat dibenarkan kalau Yesus disebut putera Tuhan, atau “Tuhan Anak”.
A      :  Kalau misalnya ada seorang manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu maka orang itu pasti akan diakui oleh Saudara bahwa ia lebih berhak menduduki jabatan Tuhan daripada Yesus yang dilahirkan tanpa Bapak saja.
B      :  Tetapi dalam sejarah manusia belum pernah ada dan mustahil adanya.
A      :  Kalau sekiranya ada, maka yang manakah diantara keduanya yang lebih tinggi derajat ketuhanannya antara Yesus yang dilahirkan hanya tanpa Bapak saja dengan manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu?
B      :  Menurut akal tentunya manusia yang dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu itu lebih tinggi derajat ketuhanannya. Oleh karena ia dilahirkan lebih ajaib keadaannya daripada kelahiran Yesus.
A      :  Benarkah demikian pendapat Saudara?
B      :  Ya. Saya akui manusia yang demikian lebih ajaib daripada Yesus. Akan tetapi saya minta supaya Bapak tunjukkan di Kitab mana dan Bapak harus mengambil dari kitab yang terkenal, bukan dari buku-buku dongengan atau ceritera khayalan saja.
A      :  Supaya lekas beres urusan ini, silakan Saudara periksa di Kitab Bibel atau Injil, kitab Suci Saudara sendiri.
B      :  Di bab dan pasal berapakah ada menyebutkan?
A      :  Silakan Saudara periksa di Surat kepada orang Ibrani pasal 7 ayat 1, 2, 3.
B      :  Baik. Di pasal dan ayat ini menyebutkan seperti berikut: “Adapun Melkisedek itu, yaitu raja di Salem dan Imam Allah Taala, yang sudah berjumpa dengan Ibrahim tatkala Ibrahim kembali daripada menewaskan raja-raja lalu diberkatinya Ibrahim”.
             “Kepadanya juga Ibrahim sudah memberi bahagian sepuluh esa. Makna Melkisedek itu kalau diterjemahkan pertama-tama artinya raja keadilan, kemudian pula raja di Salem, yaitu raja damai. “Yang tiada berbapak dan tiada beribu, dan tiada bersilsilah, dan tiada berawal…”
A      :  Cukup. Saudara telah membaca di kitab suci Saudara sendiri, bahwa Melkisedek seorang raja di Salem tanpa Bapak dan Ibu, malah tiada silsilahnya. Sesuai dengan pendapat Saudara, apakah cerita yang disebutkan dalam kitab suci Saudara ini berupa dongengan atau cerita-ceritakah atau khayalan. Kalau dikatakan dongeng atau ceritera khayalan, maka apakah Saudara akan terima kalau ada yang mengatakan bahwa kitab suci Saudara ada mengandung cerita-cerita khayalan atau dongengan yang dibuat-buat. Dan kalau Saudara masih mempertahankan kesucian kitab Saudara itu, mengapakah Saudara tidak mengangkat Melkisedek menjabat Tuhan juga, malah jabatan Ketuhanannya tentunya lebih tinggi daripada Yesus. Dan berpegang dengan pendirian Saudara sendiri bahwa kelahiran Melkisedek itu lebih ajaib dari Yesus. Oleh karena Yesus dilahirkan tanpa Bapak sedangkan Melkisedek dilahirkan tanpa Bapak dan Ibu. Selain itu, Melkisedek masih mempunyai kelebihan lagi daripada Yesus. Oleh karena Yesus dilahirkan dengan bersilsilah yairu dari Maryam, sedangkan menurut Bibel sendiri Melkisedek dilahirkan tanpa silsilah sama sekali. Apakah Saudara masih akan mempertahankan Ketuhanan Yesus?
B      :  Saya lantas tidak mengerti dan menjadi bingung!
A      :  Tidak mengerti itu tidak apa-apa, dan bingung sebenarnya tidak apa-apa. Karena kalau sudah mengerti, rasa bingung akan lenyap dengan sendirinya.
B      :  Ya, saya membenarkan keterangan Bapak. Tetapi dalam Surat Yohanes yang Pertama pasal 1 ayat 1 dan 2 menyebutkan: “Maka pada mulanya ada itu Kalam maka Kalam itu, serta dengan Allah, dan Kalam itu Allah, dan kalau itu Allah. Ia itu pada mulanya serta dengan Allah.” Kata “Ia” di ayat ini maksudnya ialah “Yesus”. Jadi, Yesus beserta dengan Allah.
A      :  Dalam susunan ayat tersebut di atas ada kata penghubung ialah: “serta” atau “beserta”.
             Kalau ada orang berkata “Si Salim dengan si Amin” maka susunan kalimat ini semua orang dapat mengerti bahwa si Salim tetap si Salim, bukan si Amin. Jadi, berdasarkan ayat Bibel yang Saudara baca dengan susunan “Ia” (Yesus) beserta Allah, langsung dapat dimengerti bahwa Yesus bukan Allah, dan Allah bukan Yesus. Jelaslah bahwa Yesus tidak sama dengan Allah. Dengan kata lain, Yesus bukan Tuhan. Dan di ayat itu juga disebutkan bahwa kalam itu Allah. Padahal Kalam itu bukan Allah, dan Allah bukan Kalam. Jadi, Allah lain dan Kalam pun lain.
B      :  Bagaimana kalau Yesus disebut saja Anak Tuhan?
A      :  Saya sudah jelaskan tentang itu pada Saudara dalam pembicaraan kita yang lalu. Dan Saudara telah mengakui kebenaran keterangan saya. Sekarang saya tambah. “Kalau Tuhan itu beranak, baik anaknya berupa manusia seperti Yesus atau lainnya, maka keesaan Tuhan sudah ternoda karenanya. Sedang kita pun tidak mungkin menodai keesaan Tuhan.
B      :  Tetapi dalam kitab Wahyu pasal 22 ayat 13 menyebutkan: “Maka Aku inilah Alif dan Ya, yang terdahulu dan yang kemudian. Yang Awal dan Yang Akhir”.
A      :  Rangkaian perkataan itu bukan perkataan Yesus sendiri, melainkan firman Allah kepada Yesus. Bukti kebenaran perkataan saya ini silakan Saudara periksa di kitab Wahyu tersebut pasal 21 ayat 6.
B      :  Baik, pasal dan ayat ini menyebutkan:
             “Maka firmannya kepadaku: “Sudahlah genap; Aku inilah Alif dan Ya, yaitu yang Awal dan yang Akhir”.
A      :  Jelas di ayat itu menyebutkan: “Maka firmannya kepadaku”. Siapakah yang berfirman kepadaku (kepada Yesus) di ayat ini?
B      :  Tentu Allah yang berfirman.
A      :  Jadi, yang berfirman “Aku inilah Alif dan Ya, yang Awal dan Yang Akhir” bukan perkataan Yesus sendiri tetapi firman Allah kepada Yesus.
B      :  Di Yohanes pasal 5 ayat 58 Yesus berkata: “Sebelumnya Ibrahim, aku sudah ada”. Jadi, bisa dianggap Yesus itu permulaan.
A      :  Kalau Yesus dikatakan “permulaan”, maka dia pun tidak benar. Karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maryam dan sesudah itu Yesus mati. Walaupun ia dikatakan hidup lagi. Dan orang sudah mati itu tidak bisa dikatakan: “seorang yang terkemudian”. Dan kalau Yesus itu hidup lagi, tidak bisa dikatakan: “permulaan”. Jadi, terang atau jelas bahwa Yesus itu bukan: “permulaan”, bukan pula: “yang terkemudian”. Bukan: “yang Awal” maupun “yang Akhir”.
B      :  Saya lantas makin tidak mengerti. Malah tambah membingungkan saya karena pada mulanya Yesus itu tidak ada, lalu diperanakkan oleh Maryam dan sesudah itu Yesus itu mati. Yang pada mulanya tidak ada, tidak bisa disebut: “permulaan”. Kalau Yesus diperanakkan, mustahil bisa disebut “permulaan”. Dan kalau Yesus pernah mati, mustahil juga bisa disebut: “yang terkemudian”.
A      :  Supaya lebih jelas kepada Saudara maka saya hadapkan pertanyaan: Andaikan Yesus itu disebut “permulaan”, maka apa dengan dasar inikah Saudara mengakui Yesus itu Tuhan?
B      :  Ya, betul begitu.
A      :  Kalau demikian, bagaimanakah anggapan Saudara kalau sekiranya dalam kitab suci Saudara menyebutkan bahwa ada seorang manusia Yesus yang tidak ada permulaannya dan tidak ada kesudahannya? Apakah manusia itu akan diakui Tuhan juga oleh Saudara?
B      :  Di pasal manakah menyebutkan demikian?
A      :  Sebelum saya tunjukkan, apakah saudara masih tetap berpendirian akan mengakui Tuhan kepada seorang yang tidak ada permulaan dan kesudahannya, sebagaimana Saudara ber-Tuhan kepada Yesus?
B      :  Kalau betul ada, tentu saya bimbang atau sekurang-kurangnya meragukan saya atas kebenaran Yesus selaku Tuhan.
A      :  Mestinya Saudara mengakui Tuhan dua-duanya. Dengan lain kata, di samping Yesus ada lagi Tuhan tambahan.
B      :  Ya, bisa juga begitu. Akan tetapi tentu saja keyakinan saya lantas tambah tidak karuan. Di pasal manakah ada menyebutkan ada seorang manusia yang tidak ada permulaan dan kesudahannya?
A      :  Saya telah katakan di kitab suci Saudara sendiri. Silakan buka Surat kepada Orang Ibrani pasal 7 ayat 2 dan 3.
B      :  Baik. Seperti tadi sudah kita baca sampai baris pertama ayat ketiga dari pasal tersebut sebagai berikut:
             “Melkisedek yang tiada berbapa dan tiada beribu dan tiada bersilsilah dan tiada berawal dan berkesudahan hidupnya, melainkan ia diserupakan Anak Allah, maka kekallah ia selama-lamanya”.
A      :  Bagaimana perasaan Saudara dengan susunan ayat ini? Berdasarkan ayat ini bukan Yesus saja yang menjadi “permulaan” tetapi juga Melkisedek.
B      :  Keyakinan saya memang jadi bimbang terhadap ketuhanan Yesus.
A     :  Bimbang atau tidaknya terserah Saudara. Yang jelas, tidak ada niat sama sekali untuk mengajak Saudara meninggalkan agama Kristen. Yang penting adalah rembukan dan penelitian semata-mata. Meneliti dan menganalisa terhadap sesuatu adalah hak semua orang, asalkan penelitian itu benar-benar tidak mengganggu ketenteraman umum.
B      :  Terima kasih. Dan saya masih akan bertanya lagi pada bapak. Maklumlah, saya ini sedang mencari kepuasan yang dapat menimbulkan keyakinan saya dalam memeluk agama.
A      :  Silakan Saudara bertanya. Keyakinan itu timbul setelah menyelidiki dan meneliti dengan kepuasan. Di dalam agama Islam tidak ada paksaan. Yang penting adalah menyampaikan (da’wah), tidak lebih dari itu. Teruskanlah pertanyaan Saudara.
B      :  Setelah kita bersoal jawab tentang ketuhanan Yesus, timbullah keraguan dalam hati saya, namun apakah bapak masih bersedia menunjukkan ayat-ayat Bibel yang menyatakan bahwa Yesus itu bukan Anak Tuhan?
A     :  Walau telah saya tunjukkan ayat-ayat Bibel sendiri tentang pengakuan Yesus sendiri bahwa Tuhan itu Tunggal, namun demi pengharapan Saudara, akan saya penuhi juga. Akan tetapi apakah tidak sebaiknya kita lanjutkan besok malam saja oleh karena waktu sudah malam (jam 12.25).
B      :  Ya, terima kasih. Besok malam saja kita lanjutkan.

Kredit      :  Dialog Masalah Ketuhanan Yesus
Penulis    :  K.H. Bahaudin Mudhary
Penerbit :  Kiblat Centre Jakarta
Cetakan  :  ke-3 tahun 1984

Artikel lanjutan: Ketuhanan Yesus dalam Bibel (2)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar