Ksatria Templar, ordo militer Kristen terbesar dan paling kuat yang dikenal sebagai ‘Para Perwira Miskin Kristus dan Bait Salomo’, tak lain adalah cikal-bakal gerakan freemason.
Pernah menontong film “Kingdom of Heaven”? Film perebutan kota Yerusalem karya sutradara film Gladiator, Ridley Scott. “Kingdom of Heaven” bercerita mengenai suasana Yerusalem pada masa Perang Salib di abad ke-12, dimana Raja Yerusalem saat itu, King Baldwin (Edward Norton), memilih untuk menjalin dan mempertahankan perjanjian damai dengan pihak kerajaan Islam yang dipimpin oleh “Saladin” (sebutan orang Barat terhadap Sholahuddin Al-Ayyubi. Pejuang legendaris Islam).
Alkisah, karena melihat sejarah buram berbagai korban yang ditimbulkan oleh akibat Perang Salib itulah, King Baldwin (dari pihak Kristen) ingin mengadakan perjanjian damai dengan pihak Islam (yang diwakili Sholahuddin Al-Ayyubi).
Perjanjian damai yang diinginkan Baldwin adalah terciptanya Yerusalem sebagai suatu kerajaan surgawi yang tentram dan makmur, tanpa peperangan dan kebencian, yang dia istilahkan dengan, “A kingdom of concious, peace instead of war, love instead of hate”.
Sayangnya, rencana perjanjian indah itu ternoda oleh ambisi dan kerakusan oleh segolongan kecil orang dari kubu pasukan Kristen. Golongan ini dikepalai oleh Guy de Lusignan (Marton Csokas), suami dari adik raja, sekaligus calon raja Yerusalem.
Ia, lebih memilih melakukan konfrontrasi dengan pasukan Islam secara terang-terangan. Guy de Lusignan-lah (dalam cerita film tersebut) yang digambarkan sebagai sosok pemimpin pasukan ksatria Templar (Knights Templar).
Disaat pihak raja Kristen dan Islam sedang mencari jalan damai, justru para Ksatria Templar-lah, yang melakukan pembantaian sekelompok masyarakat Islam dengan sangat keji, termasuk adik dari Panglima Islam kala itu, yakni Sholahuddin Al-Ayyubi. Begitu kejinya, sampai-sampai utusan yang dikirim Sholahuddin untuk meminta jasad adiknya, justru Guy membunuh sang kurir dari Saracen (sebutan untuk kaum Muslim) dengan memotong kepalanya.
Ksatria Templar adalah sebuah ordo militer Kristen terbesar dan paling kuat. Dia lahir sebagai dengan sebutan ‘Para Perwira Miskin Kristus dan Bait Salomo’, yang berpusat di Yerusalem. Ksatria Templar dibentuk pada 1118, setelah Perang Salib Pertama 1096 di bawah pimpinan Paus Urban II. Tadinya, ia hanya bertugas membantu Kerajaan Yerusalem melindungi kerajaannya, dan untuk melindungi keamanan para peziarah Eropa yang ingin pergi ke Yerusalem. Para Ksatria Templar, ibarat pasukan khusus yang hanya tunduk pada perintah kepausan.
Dalam perkembangannya, Kaum Templar begitu cepat berkembang. Bahkan menjadi penggerak utama dalam politik internasional di masa Perang Salib. Karena itu, Kepausan memberinya tugas istimewa (lihat Omne Datum Optimum) dengan mengijinkan mereka mengumpulkan pajak dan menerima sumbangan, yang sebagian hasil yang dikumpulkan saat Perang Salib dari kaum Muslim.
Kepercayaan yang luar biasa pada para Ksatria Templar menyebabkan ordo ini semakin menggurita, terutama dalam hal keuangan. Tak heran pundi-pundi uang disimpan di kantor-kantor cabang dan gereja-gereja mereka. Begitu besarnya uang yang dimiliki, sampai-sampai, sutradara Holywood pernah membuat film berjudul, “National Treasure”, yang bercerita tentang legenda harta karun para Ksatria Templar. Konon, harta karun ini sangat besar, bahkan mungkin paling besar dalam sejarah manusia, dan tersembunyi di sebuah tempat di Amerika.
Karena berjibunnya uang itu, tahun 1135 ordo ini memulai kegiatan baru berupa pinjam-meminjamkan uang kepada para peziarah Spanyol yang ingin berkunjung ke Tanah suci. Mereka pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang kita kenal dengan istilah perbankan dan dunia riba.
Mereka pula yang pertama kali menyelenggarakan sistem cek dan kredit, menyerupai yang ada pada sebuah bank. Menurut penulis Inggris, Michael Baigent dan Richard Leigh, mereka membangun semacam kapitalisme abad pertengahan, dan merintis jalan menuju perbankan modern dengan transaksi mereka yang berbasis bunga.
Cikal-bakal Freemason
Sayangnya, di saat kekuatan dan kekayaannya semakin menggurita, ketamakannya dan kedoknya mulai terkuak. Para Templar, secara diam-diam justru hanya memanfaatkan gereja meski perilakunya jauh keluar dari iman Katholik.
Diantara penyimpangannya adalah; mereka melakukan ritual-ritual setan yang tak pernah diajarkan dalam Katholik. Para Templar, yang awalnya bersemboyan ‘Para Perwira Miskin Kristus” sesungguhnya adalah orang-orang superkaya. Para Templar menyebut dirinya “tentara miskin”, tetapi dalam waktu singkat mereka menjadi sangat makmur.
Sebagian kaum Templar mengaku mereka melakukan tindakan-tindakan homoseksual, dan bahwa mereka menyembah kepala manusia dan sebuah agama misteri yang dikenal sebagai Bafomet.
Para Templar juga melakukan ritual yang dianggap keluar dari iman Katholik karena meludahi Salib tiga kali, serta mencium bokong orang lain.
Tahun 1307, Raja Prancis Philip le Bel dan Paus Clement V memutuskan untuk menangkap dan membubarkan anggota-anggota ordo ini. Clevement V bahkan mengeluarkan keputusan kepausan dengan nama Vox in Excelso (suara dari langit). Sejak itu, para pemimpin Templar, yang dijuluki “pemimpin Besar (Grand Master)”, mulai dari yang terpenting dari mereka, Jacques de Molay, dihukum mati pada tahun 1314 atas perintah Gereja dan Raja. Kebanyakan mereka dijebloskan ke dalam penjara, namun sebagaian melarikan diri ke tempat yang aman.
Salah satunya mereka berlindung di satu-satunya kerajaan di Eropa yang tidak mengakui kekuasaan Gereja Katholik di abad keempat belas, yaitu Skotlandia. Di sana, mereka menyusun kekuatan kembali di bawah perlindungan Raja Skotlandia, Robert the Bruce. Mereka juga melakukan penyamaran dan melanjutkan gerakan rahasia mereka dalam bentuk gilda (serikat pekerja) di Kepulauan Inggris abad pertengahan lalu mereka menguasainya.
Mereka juga memilih Negara Swiss sebagai tempat pelarian dan penyusunan kembali kekuatannya. Pendeknya, para Templar tidak tertumpas, sebaliknya filsafat serta berbagai kepercayaan dan upacara mereka tetap berlangsung di balik samaran Freemasonry, yang kelak masih ada hubungannya dengan Yahudi dan Zionisme.
Sebuah buku yang ditulis oleh dua orang Mason, Christopher Knight dan Robert Lomas, yang berjudul the Hiram Key pernah mengungkapkan beberapa fakta penting tentang akar-akar gerakan Freemasonry. Menurut mereka, jelas sekali bahwa Masonry adalah kesinambungan dari para Templar.
Adalah penting bagi Anda membaca buku yang tak kalah serunya dengan cerita dalam film ini. Ordo Templar, membuktikan pada kita semua bahwa teori konspirasi memang ada. Para Templar juga membuktikan bagaimana ada ‘negara dalam negara’. (Hidayatullah.com)
(oleh Masfufah. Penulis ibu rumah tangga dan penggemar tinggal di Surabaya)
Resensi Buku:
Judul Buku: “Ksatria-Ksatria TEMPLAR Cikal Bakal Gerakan Freemasonry”
Penulis: Harun Yahya
Tebal: 171 Halaman
Penerbit: Risalah Gusti-Surabaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar