Jumat, 30 Desember 2016

Tentang Kentang

Pada sebuah sekolah, seorang guru mengajarkan sesuatu pada murid-muridnya. Beliau meminta agar para murid membawa sebuah kantong plastik besar dan mengisinya dengan kentang. Kentang-kentang itu mewakili setiap orang yang pernah menyakiti hati mereka dan belum dimaafkan. Setiap kentang yang dibawa, dituliskan sebuah nama orang yang pernah menyakiti hati murid-murid itu.

Beberapa murid memasukkan sedikit kentang, sebagian membawa cukup banyak. Para murid harus membawa kentang dalam kantong itu kemana pun mereka pergi. Menemani mereka belajar, dibawa pulang, dibawa lagi ke sekolah, diletakkan di samping bantal mereka saat tidur. Pokoknya, kentang dalam kantong itu tidak boleh jauh dari mereka.

Makin hari, makin banyak murid yang mengernyitkan hidung karena kentang-kentang itu mulai mengeluarkan aroma busuk.

"Apakah kalian telah memaafkan nama-nama yang kalian tulis pada kulit kentang itu?" tanya sang guru.

Para murid tampaknya sepakat untuk belum bisa memaafkan nama-nama yang telah memaafkan mereka.

"Jika demikian, kalian tetap harus membawa kentang itu kemana pun kalian pergi."

Hari demi hari berlalu. Bau busuk yang dikeluarkan kentang-kentang itu semakin membusuk. Banyak dari mereka yang akhirnya menjadi mual, pusing, dan tidak nafsu makan karenanya. Akhirnya, mereka membuang kentang-kentang itu ke dalam tempat sampah. Dengan asumsi mereka juga memaafkan nama-nama yang mereka tulis di atas kulit kentang.

"Nah, para murid, dendam yang kalian tanam sama seperti kentang-kentang itu. Semakin banyak kalian mendendam, semakin berat kalian melangkah. Semakin hari, dendam-dendam itu akan membusuk dan meracuni pikiran kalian," ujar sang guru sambil tersenyum.

Para murid hanya terdiam, meresapi setiap perkataan guru mereka.

"Karena itu, sekalipun kalian menyimpan dendam pada orang lain, atau mereka pernah menyakiti hati kalian, maafkanlah mereka dan lupakan yang pernah mereka lakukan. Jadikan hal itu sebagai pembelajaran dalam hidup kalian. Dendam sama seperti kentang-kentang busuk itu, kalian bisa membuangnya ke tempat sampah."

Para murid tersenyum. Sejak hari itu, mereka belajar untuk menjadi manusia yang pemaaf dan tidak mudah menyimpan dendam. Hidup mereka tenang tanpa terbebani bau busuk yang akan merusak pikiran dan tubuh.

Renungan:
Kisah ini menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjadi manusia yang pemaaf. Sekalipun dendam tidak kita rasakan beratnya secara fisik, tetapi secara mental akan melemahkan langkah Anda, membuat hidup Anda tidak nyaman. Maafkanlah mereka yang pernah menyakiti Anda dan hirup udara segar kebebasan.
-oooOooo-

"... Punya Nabi siapakah istana itu, ya Alloh?" tanya seorang mukmin yang berselisih di akhirat.

"Bukan Nabi siapa pun," jawab Alloh.

"Punya syuhada dan sholihin siapa, ya Alloh?" tanya seorang hamba tadi semakin penasaran.

"Bukan punya mereka. Siapa pun dapat memilikinya dengan tebusan yang sepadan," jelas Alloh.

"Bagaimanakah cara membayarnya, ya Alloh?" tanya hamba tersebut.

"Kau memaafkan saudaramu, maka istana itu menjadi milikmu," jawab Alloh.

"Aku maafkan dia, ya Alloh. Aku maafkan dia. Aku maafkan dia," ucapnya dengan gembira.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar