Manusia memiliki kepribadian positif dan negatif yang tercermin pada tingkah laku dalam setiap sepak terjang kehidupan sehari-hari. Sikap positif tampak dalam tindakan patuh, mencari kebenaran, introspeksi diri, bekerja, mengadakan lapangan kehidupan. Sedangkan sikap negatif terlihat pada pembangkangan, cenderung kepada perbuatan maksiat, malas bekerja serta membuat kerusakan baik terhadap diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.
Nabi Muhammad Saw bersabda dalam hadits yang datang dari Adi bin Hatim yang diriwayatkan oleh ad-Dailami, ”Ada enam hal yang menyebabkan amal kebajikan menjadi sia-sia [tidak berpahala] yaitu sibuk mengurus aib orang lain, keras hati, terlalu cinta kepada dunia, kurang rasa malu, panjang angan-angan dan zholim yang terus menerus di dalam kezholimannya.”
Sibuk Meneliti Aib Orang Lain
Dia lebih suka mencari dan menyebarkan keburukan yang terdapat pada orang lain lalu membesar-besarkannya, sementara aib sendiri tidak pernah diperiksa sesuai dengan pepatah lama, ”Kuman di seberang lautan nampak, gajah di pelupuk mata tidak nampak”.
Sebuah riwayat mengisahkan seorang kholifah memperhatikan rakyatnya di tengah malam, lalu dia menemukan dalam sebuah rumah seorang lelaki dan wanita serta minuman khomar yang dihidangkan, dia masuk ke rumah itu dengan memanjat dinding sambil membentak,dan terjadilah dialog.
Kholifah: "Hai musuh Alloh, apa kau kira Alloh akan menutupi kesalahan ini?"
Lelaki: "Tuan sendiri jangan tergesa-gesa, juga tuan telah melakukan kesalahan."
Kholifah: "Kesalahan apa yang saya perbuat?"
Lelaki: "Kesalahan saya hanya satu yaitu apa yang Kholifah lihat sekarang. Sedangkan tuan telah melakukan tiga kesalahan, yaitu: memata-matai keburukan orang lain, padahal Alloh melarang perbuatan itu; masuk rumah orang dengan memanjat dinding, bukankah ada pintu yang harus dilalui dan masuk rumah tanpa izin tuan rumah.
Keras Hati
Artinya tidak mau menerima pengajaran yang baik, nasehat yang mengandung maslahat ditolaknya. Tidak suka segala kesalahannya dikritik apalagi dihukumi, dialah yang paling benar, disamping itu hatinya tidak tersentuh oleh penderitaan dan kesedihan orang lain.
Di masa Rosululloh saw, terdapat suatu kejadian yang membuat semua sahabat bersedih karena matinya salah seorang anggota keluarga dari mereka. Bahkan Nabi saw pun meneteskan air matanya, sahabat-sahabat disekitarnya pun berlinang air matanya, tapi seorang sahabat nampak biasa-biasa saja. Sedikitpun dia tidak tersentuh melihat kejadian itu. Lalu dia bertanya kepada Nabi saw, maka Rosululloh menjawab, ”Itu tandanya hati yang keras”.
Orang yang keras hati cenderung egois, sombong, takabur dan tidak mau menerima kebenaran, karena hatinya telah beku dan tidak terbuka untuk menerima pengajaran yang benar.
Terlalu Cinta Kepada Dunia
Kehidupan dunia hanya sementara sebagai musafir yang berada dalam perjalanan lalu istirahat pada sebuah tempat. Namun tidak sedikit manusia yang beranggapan tempat istirahat sejenak itulah tujuan sehingga lupa akan tujuan semula.
Diprediksi oleh Nabi Muhammad saw, bahwa nanti pada suatu masa ummat Islam akan dikeroyok oleh ummat lain sebagaimana mereka menghadapi makanan di atas meja. Padahal jumlahnya mayoritas tapi kekuatannya ibarat buih di atas lautan, mudah hancur. Saat itu ummat dihinggapi penyakit yang bernama ”Wahn” yaitu suatu bakteri yang meracuni ummat ini sehingga mereka terlalu cinta kepada dunia dan takut akan kematian.
Sedikit Rasa Malu
Orang yang memiliki sifat ini tidak malu-malu berbuat apapun menurut kemauannya, dosa dan maksiat suatu perbuatan sehari-hari, sedangkan benar dan salah bukan suatu ukuran.
Bila malu habis, maka akan berbuat seenaknya dan beranggapan diri lebih suci dari orang lain. Menurut Abu Hasan al-Mawardi, malu ada tiga macamnya, yaitu:
1. malu kepada Alloh
2. malu kepada manusia
3. malu kepada diri sendiri.
Panjang Angan-angan
Sifat ini menunjukkan kekerdilan manusia, kemauannya lebih tinggi, tidak sesuai dengan kemampuan, dia suka berandai-andai. Ungkapannya berbunyi, ”Seandainya, andai kata, apabila”. Ia hanya menghabiskan waktunya untuk berangan-angan dan berkhayal yang macam-macam, tapi sama sekali ia tidak berbuat sesuatu. Dia beranggapan bahwa mengkhayal itu benar, khayalan itu enak dan gratis. Orang yang seperti ini ibarat, ”Pungguk merindukan bulan”, atau ”Katak ingin jadi kerbau”.
Perbuatan Zholim yang Terus-menerus
Watak manusia karena kuat dan kuasa dia melakukan eksploitasi bangsa lain, memeras bawahan dan menindas yang lemah. Bila ini dilakukan tidak henti-hentinya, maka akibatnya orang pun terus-menerus menanggung dari kezholimannya. Ahli Hikmat membagi kezholiman menjadi tiga, yaitu: zholim kepada Alloh dengan al-Fathir ayat 32: "Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Alloh. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar."
Enam sifat inilah yang dapat menghancurkan nilai-nilai ibadah, dia ibarat air di daun keladi, amal yang dilakukan berpahala banyak tapi tertumpah tanpa meninggalkan bekas, bila enam sifat tercela ini terdapat dalam pribadi seseorang. Waspadalah atas peringatan Rosululloh Saw tadi.
Sumber: Lentera Kehidupan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar