Selasa, 27 Desember 2016

Jangan Menilai dari Luarnya

Seorang wanita yang mengenakan gaun pudar menggandeng suaminya yang berpakaian sederhana dan usang, turun dari kereta api di Boston, dan berjalan dengan malu-malu menuju kantor Pimpinan Harvard University.

Mereka meminta janji.

Sang sekretaris Universitas langsung mendapat kesan bahwa mereka adalah orang kampung, udik, sehingga tidak mungkin ada urusan di Harvard dan bahkan mungkin tidak pantas berada di Cambridge.

Kami ingin bertemu Pimpinan Harvard”, kata sang pria lembut.
“Beliau hari ini sibuk,” sahut sang Sekretaris cepat.
“Kami akan menunggu,” jawab sang wanita.

Selama 4 jam sekretaris itu mengabaikan mereka, dengan harapan bahwa pasangan tersebut akhirnya akan patah semangat dan pergi. Tetapi nyatanya tidak. Sang sekretaris mulai frustrasi, dan akhirnya memutuskan untuk melaporkan kepada sang pemimpinnya.

“Mungkin jika Anda menemui mereka selama beberapa menit, mereka akan pergi,” katanya pada sang Pimpinan Harvard.
Sang pimpinan menghela nafas dengan geram dan mengangguk. Orang sepenting dia pasti tidak punya waktu untuk mereka.

Dan ketika dia melihat dua orang yang mengenakan baju pudar dan pakaian usang di luar kantornya, rasa tidak senangnya sudah muncul. Sang Pemimpin Harvard, dengan wajah galak menuju pasangan tersebut.

Sang wanita berkata padanya, “Kami memiliki seorang putra yang kuliah tahun pertama di Harvard. Dia sangat menyukai Harvard dan bahagia di sini. Tetapi setahun yang lalu, dia meninggal karena kecelakaan. Kami ingin mendirikan peringatan untuknya, di suatu tempat di kampus ini, bolehkan?” tanyanya dengan mata yang menjeritkan harap.

Sang Pemimpin Harvard tidak tersentuh. Wajahnya bahkan memerah. Dia tampak terkejut. “Nyonya,” katanya dengan kasar, “Kita tidak bisa mendirikan tugu untuk setiap orang yang masuk Harvard dan meninggal. Kalau kita lakukan itu, tempat ini sudah akan seperti kuburan.”
“Oh, bukan,” Sang wanita menjelaskan dengan cepat, “Kami tidak ingin mendirikan tugu peringatan. Kami ingin memberikan sebuah gedung untuk Harvard.”

Sang Pemimpin Harvard memutar matanya. Dia menatap sekilas pada baju pudar dan pakaian usang yang mereka kenakan dan berteriak, “Sebuah gedung? Apakah kalian tahu berapa harga sebuah gedung? Kami memiliki lebih dari 7,5 juta dolar hanya untuk bangunan fisik Harvard!”

Untuk beberapa saat sang wanita terdiam. Sang Pemimpin Harvard senang. Mungkin dia bisa terbebas dari mereka sekarang. Sang wanita menoleh pada suaminya dan berkata pelan, “Kalau hanya sebesar itu biaya untuk memulai sebuah universitas, mengapa tidak kita buat sendiri saja?” Suaminya mengangguk. Wajah sang Pemimpin Harvard menampakkan kebingungan.

Mr. dan Mrs. Leland Stanford bangkit dan berjalan pergi, melakukan perjalanan ke Palo Alto, California. Di sana mereka mendirikan sebuah Universitas yang menyandang nama mereka, sebuah peringatan untuk seorang anak yang tidak lagi diperdulikan oleh Harvard. Universitas tersebut adalah Stanford University, salah satu universitas favorit kelas atas di AS.

                                                                  ***
Cerita di atas hanyalah satu dari sekian banyak kisah yang menguraikan betapa kita terkadang hanya memandang seseorang berdasarkan permukaan fisiknya saja, baju yang mewah, mobil kelas atas, penampilan yang nyecis, kedudukan, dan lain sebagainya.

Hati kita terlalu silau oleh pandangan luar saja yang alih-alih adalah pembungkusnya saja. Lupa melihat apa yang didalam pembungkusnya yang justru sangat tak ternilai.

Sehingga terkadang, sebagian dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan ini sebagai jalan untuk menipu, atau mengeruk keuntungan yang kalo dilihat sebenarnya ini adalah kesalahan kita juga (karena hanya melihat penampilannya saja).

Lalu bagaimana agar kita dapat mengubah pandangan ini? Lakukanlah langkah yang saya sebut NPO:

Langkah pertama, cobalah untuk tetap NETRAL. Jangan membesar-besarkan apa yang kita lihat dan rasakan lewat pandangan sesaat saja/penampilan. Jangan melakukan apapun dari perasaan yang berasal dari sesuatu yang belum teruji kebenarannya. Terbukalah berbagai kemungkinan yang bisa terjadi.

Langkah kedua, PIKIRKAN… Lakukan check dan recheck atas data yang kita peroleh atau temukan, untuk melihat apa sesungguhnya kebenaran yang hakiki. Kalau perlu, katakan kepada orang tersebut, “Oke, saya mengerti apa yang Anda katakan. Akan saya pikirkan sebelum menjawabnya”.

Langkah tiga, OBSERVE, perhatikan. Perhatikan bahwa di balik ungkapan-ungkapannya pasti ada sesuatu yang tulus atau pengandaian sehingga kita dapat menyeleksi kebenarannya. Tapi tetap diingat, rule-nya adalah tetap berpikir positif thinking dan netral.

Jadi, janganlah kita selalu abai, karena baju-baju yang acap kali menipu.

Sumber: rakyat-jelata

Tidak ada komentar:

Posting Komentar