Senin, 27 April 2015

Akhir Pengikut Samiri


Setelah sampai di seberang lautan, mereka diperintahkan berjihad melawan penduduk Al-Quds, namun mereka enggan sebagaimana yang nanti akan dikisahkan di surat Al-Maidah. Maka Alloh subhanahu wa ta’ala pun menghukum mereka agar terkungkung di Padang Pasir, berputar-putar tanpa arah selama 40 tahun. Di dalam masa tersebut Nabi Musa ‘alaihissalam diundang Alloh ‘azza wa jalla ke Bukit Sina (Zion) guna menerima wahyu Taurot. Apa yang terjadi selama Nabi Musa ‘alaihissalam meninggalkan mereka? Itulah yang Alloh ta’ala kisahkan dalam surat al-Baqoroh:

51. Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurot, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahan) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zholim.

52. Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.

53. Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Alkitab (Taurot) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.

54. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, Sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sesembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; Maka Alloh akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Beberapa poin tadabbur ayat-ayat di atas adalah:

1. Sebelum Nabi Musa pamit kepada kaumnya, beliau meminta kepada saudaranya, yaitu Nabi Harun agar menjaga dan mengawasi kaumnya, jangan sampai ada yang kembali menyembah tuhan selain Alloh. Lantas Nabi Musa berangkat ke Gunung Sina untuk bermunajat kepada Alloh.

Sedang bani Isroil menunggu di suatu tempat yang telah ditunjuk oleh Nabi Musa. Mereka ditemani oleh Nabi Harun. Dalam rombongan itu ada Musa as-Samiri, yaitu seorang dari suku Samiroh yang konon di masa kecil mempunyai pengalaman yang hampir sama dengan Nabi Musa.

Nabi Musa ‘alaihissalam berjanji kepada Bani Isroil bahwa beliau akan pergi selama 30 hari. Beliau berangkat menuju bukit Sina diboncengi oleh malaikat Jibril ‘alaihissalam di atas kudanya. Kuda milik Jibril ini istimewa, karena setiap kali tapak kakinya menjejak tanah, maka tanah tersebut akan menumbuhkan rumput hijau.

Samiri, salah seorang munafik di Bani Isroil, memandangi dari kejauhan perginya Jibril dan Nabi Musa ‘alaihimassalam. Ia pun segera menghampiri tanah tempat menjejaknya tapak kaki kuda Jibril tadi, lalu mengambil segenggam tanah bekas jejak kuda tadi.

Dia termasuk anak bayi lelaki yang diasingkan oleh ibunya gara-gara takut dibunuh oleh raja Fir’aun. Jika bayi Nabi Musa pada akhirnya diasuh dan dibesarkan oleh keluarga Fir’aun, maka menurut ahli sejarah, bayi Musa as-Samiri justru diasuh dan dibesarkan oleh Malaikat Jibril atas ijin Alloh.

Anehnya bayi yang diasuh Fir’aun tatkala tumbuh dewasa, oleh Alloh diangkat menjadi rosul karena keimanannya, sedangkan bayi yang diasuh oleh malaikat Jibril, justru menjadi musyrik dan kafir kepada Alloh.

Ia lalu menyuruh Bani Isroil mengumpulkan perhiasan-perhiasan emas mereka dengan alasan perhiasan-perhiasan emas itu adalah ghonimah (harta rampasan) dari Fir’aun dan bangsa Koptik, sementara ghonimah tidak halal bagi Bani Isroil.

Mereka pun mengumpulkan perhiasan-perhiasan emas itu di suatu lubang. Samiri lalu melemparkan api ke dalam lubang tersebut dan mulai melebur emas tadi, kemudian selama tiga hari membentuknya menjadi patung sapi betina emas dengan teknik ahli yang dia kuasai. Terakhir, Samiri memasukkan segenggam tanah bekas jejak kuda Jibril ke dalam mulut patung sapi betina emas ini sehingga menjadi hidup: bersuara dan bergerak!

Samiri lalu berkata, “Ini adalah tuhan kalian dan tuhannya Musa, namun ia lupa.”

Bani Isroil bingung, apalagi Nabi Musa belum juga pulang walau sudah berlalu sebulan. Padahal yang terjadi adalah Alloh subhanahu wa ta’ala menambah masa pertemuan dengan Nabi Musa 10 hari lagi, hingga menjadi 40 hari, 30 hari bulan Dzulqo’dah, 10 hari bulan Dzulhijjah.

Akhirnya mereka termakan syubhat juga. Mereka pun mengira Musa sudah wafat. Kemudian 8 ribu Bani Isroil menyembah patung sapi betina emas tersebut. Sementara Nabi Harun ‘alaihissalam dan 12 ribu orang lainnya tetap istiqomah dalam tauhid sembari menunggu Nabi Musa ‘alaihi wa sallam pulang.

2. Setelah 40 hari menemui Alloh subhanahu wa ta’ala untuk menerima kitab Taurot yang penuh petunjuk dan bimbingan bagi Bani Isrkil, Nabi Musa terkejut ketika pulang. Mereka malah melanggar larangan pertama dari 10 Perintah Tuhan: larangan menyembah selain Alloh Yang Maha Esa.

Alloh berfirman “wa antum zholimun”. Ya, berbuat kemusyrikan adalah kezholiman yang luar biasa. Zholim berarti memposisikan sesuatu tidak pada posisinya. Adakah yang lebih zholim dari orang yang memposisikan makhluk sebagai tuhan?

3. Setelah penyebutan nama Nabi Adam ‘alaihissalam di ayat ke-31, di ayat ke-54 disebutkan nama Nabi Musa ‘alaihissalam. Selanjutnya, Nabi Musa akan menjadi tokoh protagonis yang paling banyak disebut di dalam Al-Qur’an. Sampai Imam As-Suyuthi menukil perkataan seorang ulama: “Hampir saja Al-Qur’an seluruhnya berisi kisah Nabi Musa!”

Ini akan meringankan beban yang dirasakan Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam setelah mendapat perlawanan dari orang-orang kafir dan munafik, karena senior beliau -Nabi Musa- pun mendapat tantangan yang sama.

4. Nabi Musa memerintahkan para penyembah patung sapi agar bertaubat kepada Alloh ‘azza wa jalla. Namun, sekalipun sudah bertaubat, hukuman tetap harus ditegakkan. Beginilah hukuman bagi penyembah berhala dalam agama Yahudi. Alloh berfirman, “Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu.”

Beliau lalu memerintahkan Bani Isroil yang tidak ikut menyembah patung sapi untuk membunuh orang-orang yang menyembah patung sapi. Orang-orang yang telah menyembah patung disuruh duduk. Sementara yang tidak menyembah patung bersiap menghunus pedang. Namun mereka tidak tega membunuh kerabat mereka sesama Bani Isroil. Maka Alloh mengirimkan kabut tebal sehingga mereka tidak lagi melihat wajah orang-orang yang akan dieksekusi. Mereka pun mulai mengeksekusi hingga sore hari. Ribuan orang penyembah berhala berhasil dieksekusi. Melihat itu, Nabi Musa dan Nabi Harun khawatir, mereka pun berdoa, “Wahai Robb, Bani Isroil akan binasa! Mohon sisakanlah sebagian mereka.”

Alloh pun menghilangkan kabut tersebut dan memerintahkan agar eksekusi tidak dilanjutkan. ‘Ali radhiyallahu ‘anhu menghikayatkan, “Alloh berfirman kepada Nabi Musa: Sukakah engkau jika yang terbunuh Kugolongkan sebagai syuhada sementara yang belum dieksekusi Kuampuni dosa mereka?” Itulah firman Alloh, “Maka Alloh akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.”

Wallohu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar