Saudaraku,
Coba kita simak perkataan Ahmad bin Abul Hawari, tokoh generasi tabiin tentang Abu Sulaiman Ad-Darony yang dikenal sebagai ahli ibadah, “Suatu hari saya mengunjungi Abu Sulaiman Ad-Darony. Aku mendapatinya sedang menangis. Aku bertanya, “Apakah yang membuatmu menangis, tuanku?” Ia menjawab, “Wahai Ahmad, sesungguhnya apabila malam sudah sunyi, para ahlul mahabbah (para pecinta Alloh) menjadikan tapak kaki mereka sebagai alas mereka (berdiri sholat).
Sedangkan air mata mereka bercucuran di pipi di antara ruku dan sujud. Jika mereka sudah dalam keadaan demikian Alloh akan memperhatikan mereka dan mengatakan kepada Malaikat-Nya, “Wahai Jibril, demi saksi Mata-Ku, barangsiapa yang merasakan kesenangan dengan kalam-kalam-Ku dan merasakan ketenangan dalam bermunajat pada-Ku, sesungguhnya Aku mendengar perkataan mereka dan aku melihat tangisan mereka. Maka, wahai Jibril, berserulah dan katakanlah pada mereka, ‘Mengapa kalian Aku lihat begitu cemas? Apakah ada orang yang mengatakan bahwa seseorang akan mengazab kekasih-Nya dalam neraka? Tidak pantas bagi seorang hamba yang hina melakukan itu, apalagi bagi Maha
Raja Yang Maha Pemurah.
Demi kebesaran-Ku sungguh Aku akan memberi hadiah pada mereka pada waktu mereka. dihadapkan pada-Ku di hari kiamat, Aku akan menampakkan wajah-Ku Yang Mulia pada mereka. Aku akan melihat kepada mereka dan mereka juga akan melihat-Ku.’” (Mawaiz wal Majalis/hal. 239)
Air mata Abu Sulaiman Ad-Darony, mungkin air mata kerinduan bertemu Alloh SWT. Air mata kecintaan yang bergolak dalam batinnya untuk bertemu dengan kekasihnya, Alloh SWT. Mungkin juga, itu air mata kekhawatiran, bila semua amal ibadah yang telah dilakukannya, tidak mencapai derajat sebagai golongan para kekasih Alloh dan tidak termasuk kelompok para pecinta Alloh. Bisa juga, air mata yang bercucuran di pipi Abu Sulaiman itu, adalah air mata ketundukan, keikhlasan, kepasrahan pada Alloh atas semua yang akan ia terima di akhirat kelak. Air mata yang menandakan kekaguman, penghormatan, pemuliaan yang luar biasa atas kasih sayang dan rahmat Alloh yang Maha segalanya itu. Subhanalloh, wal hamdulillah, wa laa ilaaha ilalloh, Allohu Akbar.
Saudaraku,
Banyak sekali ungkapan para salafushsholih yang isinya suara kegelisahan batinnya. Kegelisahan yang muncul dari kesadaran kecil dan ketidakberdayaan dirinya di hadapan Alloh SWT. Kegelisahan yang kerap kali ada ketika hati mereka penuh memuliakan dan mengagungkan Alloh, lalu memunculkan kepasrahan yang tinggi dan ketundukan yang sangat dalam di hadapan-Nya. Kegelisahan yang menyeruak seiring dengan kedekatan dan usaha mereka untuk mengabdikan seluruh hidupnya di jalan Alloh SWT.
Beribadah, beramal, berjuang, dan bekerja untuk meninggikan syariat-Nya. Itulah pelajaran terbesar dari sikap para salafushsholih yang selalu melakukan muhasabatun nafs, introspeksi diri. Introspeksi diri yang selalu ada setelah mereka mengerahkan semua kesanggupannya untuk berpaling dari kemaksiatan. Kekuatannya untuk tetap memantapkan pilihannya untuk mengikuti petunjuk kebenaran. “Jika engkau melihat orang melakukan dosa, tidak perlu mencacinya. Tapi ingatlah dosa-dosamu karena Alloh hanya menanyakan amal yang engkau lakukan,” begitu salah satu nasihat Luqman kepada anaknya.
Semoga Alloh membuka pintu maghfiroh dan ampunan-Nya untuk kita. Alloh SWT menggambarkan dua pilihan yang saling bertolak belakang, dunia atau akhirat. Tentang pilihan ini, Ibnul Qoyyim mengatakan, “Bagaimana seorang dianggap berakal jika ia menjual surga dengan syahwatnya hanya sesaat?” Sedangkan seorang Tabiin, Yahya bin Muadz mengatakan, “Tidaklah seorang mulia melawan perintah Alloh. Dan tidaklah orang yang bijaksana mengutamakan dunia dari akhirat.”
Saudaraku,
Tetapkanlah pilihan kita dijalan ini. Jangan terpukau oleh kenikmatan sesaat yang akan membawa penyimpangan dan bencana. Serahkan semua orientasi hidup pada Alloh SWT saja. Di sanalah kita akan menemukan jaminan penghidupan Alloh. Perhatikanlah nasihat panjang Ibnul Qoyyim rohimahulloh, “Jika seorang hamba di pagi dan sore hari, tidak mempunyai keinginan apapun kecuali Alloh SWT semata. Maka Alloh akan memikul seluruh kebutuhannya. Alloh akan memberikan semua yang menjadi keinginannya. Mengosongkan hatinya untuk cinta pada Nya. Menjadikan lisannya berdzikir kepada Nya. Menjadikan semua anggota tubuhnya memenuhi ketaatan pada-Nya.
Tapi jika seorang hamba di pagi hari dan sore harinya tidak mempunyai keinginan apa pun kecuali pada dunia. Maka Alloh akan membebankan padanya semua yang menjadi keinginannya. Alloh akan meninggalkannya dan menjadikan hatinya sibuk dari ketaatan pada-Nya dengan mengabdi pada manusia sesamanya. Ketahuilah, setiap orang yang menolak dari menghamba pada Alloh, ketaatan dan kecintaan pada-Nya, maka ia akan diuji dengan penghambaan pada sesama makhluk, mencintai dan mengabdinya.” (Ibnul Qoyyim, Al-Fawaid)
Ya Alloh, jadikanlah yang terbaik dari usia kami adalah pada akhir usia kami. Ya Alloh, jadikan yang terbaik dari amal-amal kami adalah penutup amal-amal kami di dunia. Ya Alloh, jadikanlah yang terbaik dari hari-hari kami adalah di saat kami bertemu dengan-Mu...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar