"Sesungguhnya aku melihat ada daging merah di mulut kalian berdua, karena kalian telah mengghibah saudaramu."
Berghibah adalah membicarakan aib atau kesalahan, kekurangan dan keburukan orang lain. Dalam Al-Quran Suroh Al-Hujurot ayat 12, Alloh melarang orang berghibah dan menyebutkan bahwa orang yang melakukan ghibah itu sama halnya dengan telah memakan daging saudaranya atau orang yang dighibah.
Menurut sejumlah riwayat, latar belakang turunnya ayat tentang larangan berghibah (asbab al-nuzul) tersebut disebabkan karena adanya kejadian yang menimpa salah seorang sahabat Rosululloh saw. Dalam riwayat tersebut dikisahkan, suatu ketika Rosululloh saw. memerintahkan Salman Al-Farisi untuk bergabung dengan dua orang kaya di dalam sebuah perjalanan.
Hal tersebut acap dilakukan Rosululloh saw. manakala di kalangan umat Islam ada yang akan menempuh suatu perjalanan panjang, yaitu menggabungkan satu orang fakir miskin dengan dua orang kaya dalam satu pertanggungjawaban.
Artinya, dua orang kaya itu bertanggungjawab untuk menyediakan bahan-bahan makanan dan kebutuhan untuk bekal dalam perjalanan. Sedang orang yang fakir miskin bertanggungjawab untuk berjalan lebih cepat dan mendahului kedua orang kaya itu kemudian berhenti di sebuah tempat untuk dipersiapkan sebagai tempat mereka beristirahat. Disamping itu, orang yang fakir tersebut juga bertangungjawab memasak dan menyajikan makanan untuk mereka bertiga.
Dalam perjalanan itu, ketika Salman sudah memperoleh tempat istirahat, sebelum ia sempat memasak lauk-pauk, kedua orang kaya yang merupakan teman seperjalannya tersebut ternyata sudah datang. Alhasil mereka menyuruh Salman untuk pergi menemui Rosululloh saw. yang sudah berada agak jauh di depan bersama sahabat lainnya.
"Pergilah temui Rosululloh dan mintalah kelebihan lauk yang ada padanya untuk kita," ujar kedua orang kaya tersebut kepada Salman. Salman pun mematuhinya. Ia segera pergi dengan maksud untuk menyusul Rosululloh dan meminta kelebihan lauk yang ada. Tatkala Salman pergi, kedua orang itu membicarakan Salman seraya berkata, "Jika dia sudah sampai di sumur Samihah yang tersohor dengan airnya yang banyak itu, tentulah saat ini airnya sudah dalam. Sehingga dia akan menjadi basah kuyup."
Setelah Salman sampai di hadapan Rosululloh saw., ia menyampaikan permohonannya untuk meminta kelebihan lauk sebagaimana yang diperintahkan oleh kedua orang kaya tersebut. Namun Rosululloh saw. menjawab, "Katakan kepada keduanya sesungguhnya mereka sudah memakan lauk."
Salman segera kembali lagi kepada kedua orang kaya tersebut dan menyampaikan apa yang disabdakan oleh Rosululloh saw. Mendengar jawaban Rosululloh saw tersebut, mereka berinisiatif untuk mendatangi langsung Rosululloh saw., "Ya Rosululloh, sesungguhnya kami sama sekali belum makan lauk," ujar mereka setelah tiba dihadapan Rosululloh saw.
Rosululloh saw. kemudian bersabda, "Sesungguhnya aku melihat ada daging merah di mulut kalian berdua, karena kalian telah mengghibah saudaramu." Maka kemudian turunlah Al-Quran Suroh Al-Hujurot ayat 12 tersebut.
Dalam hadits yang bersumber dari Abu Huroiroh ra., ada sepuluh bencana yang bakal terjadi disebabkan perbuatan ghibah, yaitu:
» Orang yang berghibah akan menjadi jauh dari rohmat Alloh,
» Para malaikat tidak mau mendekatinya,
» Si pengghibah akan mengalami rasa sakit yang dahsyat ketika menghadapi sakaratul maut,
» Ia juga akan menjadi semakin lebih dekat kepada neraka,
» Semakin menjadi jauh dari surga,
» Si pengghibah akan mengalami siksa kubur yang sangat pedih,
» Amal kebaikannya akan dihapuskan,
» Ruh Rosululloh akan dibuat sakit oleh perbuatan ghibahnya itu,
» Ia akan memperoleh kemurkaan Alloh, dan
» Ia pun akan menjadi orang yang pailit atau bangkrut ketika berada di hari penghisaban. Hal ini disebabkan oleh amal perbuatannya yang baik telah dibagikan kepada orang-orang yang dighibahi dan justru ia akan memperoleh amal perbuatan buruk dari orang-orang yang dighibahinya.
Berdasarkan hadits itulah, maka Hasan Al-Bashri, salah seorang tokoh sufi dan wali terbesar yang cukup terkenal pada zamannya, justru memberikan hadiah kepada siapa saja yang mengghibahinya. Pada suatu hari, Hasan Al-Bashri mendapat kabar dari salah seorang kawannya kalau ia telah dighibahi oleh seseorang.
Mendengar kabar tersebut, Hasan Al-Bashri menjadi bersyukur dan ia segera mengutus seseorang untuk mengirimkan emas permata kepada orang yang mengghibahinya. Emas permata itu diwadahi oleh Hasan Al-Bashri di dalam sebuah baki tertutup seraya berpesan agar utusan tersebut berkata kepada si penerima hadiah itu sebagai berikut:
"Telah sampai kepadaku sebuah berita bahwa berbaik hati mengirim amal kebajikanmu kepadaku. Oleh karena itu, aku hadiahkan seluruh isi baki ini kepadamu."
Dalam hal ini, tampak sekali bahwa Hasan Al-Bashri justru tidak marah ketika ia dighibahi oleh seseorang. Ia malah bersyukur atas perbuatan orang lain yang membicarakan tentang kekurangan dirinya. Sebab ia menyadari betul, bahwa dibalik itu semua, ia justru bakal memperoleh banyak pahala kebajikan secara gratis.
Apabila kita bisa memahami setiap kejadian buruk yang menimpa kita dengan cara demikian, niscaya kita akan bisa mensyukuri setiap fitnah atau ujian yang datang menerpa diri kita. Sayangnya, dalam kehidupan sehari-hari, kita malah acap melakukan aksi yang jauh lebih buruk dari yang dilakukan orang lain terhadap diri kita.
Disadur dari buku Mutiara Hikmah, Kisah Para Kekasih Allah, karya Ummi Alhan Ramadhan Mazayasyah, Penerbit Darul Hikmah
Credit: disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar