Kamis, 23 April 2015

Pandanglah Saudaramu

Saudaraku,
Perjalanan ini memang panjang dan melelahkan. Terkadang, mungkin kita terengah-engah kehabisan nafas untuk terus menapakkan kaki hingga sampai ke tujuan. Terkadang, mungkin kita terseok-seok merasa tak kuat dan hampir tertinggal oleh derap serta gerak para kafilah da’wah itu. Terkadang, mungkin kita tersandung dan mungkin terjatuh oleh aral dan kesulitan perjalanan. Terkadang..

Saudaraku yang dirahmati Alloh,
Tak satu pun di antara kita yang tak pernah mengalami suasana perasaan seperti itu. Hampir semua kita, sekokoh apapun kepribadiannya, pasti akan mengalami situasi lemah dan merasa kekurangan tenaga. Ya. Memang demikianlah jiwa manusia, seperti yang pernah disabdakan Rosululloh SAW dalam salah satu hadits shohih, bahwa keimanan itu ada kalanya bertambah dan berkurang. Ia bertambah karena amal sholih dan berkurang karena kemaksiatan.

Tapi ingat, saudaraku,
Selama kita berusaha berada dalam kafilah ini, insya Alloh kelemahan dan kekurangan kita tidak akan mampu menjatuhkan kita. Selama kita tetap komitmen bergerak dalam orbit komunitas jama’ah da’wah, insya Alloh kita menerima banyak keistimewaan dan barokah. Selama kita tetap memelihara hubungan baik dengan kafilah da’wah, insya Alloh semua kelalaian dan penyimpangan kita kemungkinan besar akan dapat diluruskan dan kembali pada jalan yang benar. Kesimpulannya kita baru akan jatuh terpuruk, tenggelam dan terseret oleh arus yang lain, tatkala kita berada di luar arus atau orbit jama’ah da’wah.

Salah satu barokah hidup bersama orang-orang sholih adalah, mereka selalu mampu memberi nasihat dan pencerahan hati bagi orang yang duduk bersamanya. “Sebaik-baik sahabat adalah, orang yang bila engkau melihatnya, menjadikanmu mengingat Alloh,” begitulah sabda Rosululloh SAW. Renungkanlah perkataan Rosululloh tersebut. Sekadar melihat seorang teman yang sholih akan memberi cahaya kesholihan yang berbeda dalam diri orang yang melihatnya.

Saudaraku para kafilah da’wah,
Melihat orang lain yang lebih tinggi kadar ibadah, zuhud, jihad, dan ilmunya, lebih tinggi darinya dalam hal ibadah, pasti akan memberi pengaruh yang besar dalam diri kita. Memang itulah tabiat jiwa manusia.

Karenanya, tidak ada yang lebih baik dari sering-sering berziarah dan menemui orang-orang yang berkarakter seperti itu. Merekalah yang akan mempengaruhi zuhud kita, ibadah, dan jihad kita. Karenanya, para sahabat generasi pertama disebut sebagai generasi istimewa, antara lain lantaran mereka senantiasa hidup bersama Rosululloh SAW. Ada seorang salaf mengatakan, “Jika aku merasakan kekesatan hati, maka aku segera pergi dan melihat wajah Muhammad ibn Wasi’.” (Nuzhotul Fudhola, 1/526) Ibnul Mubarok juga mengatakan, “Jika aku melihat wajah Fudhoil ibn Iyadh, aku biasanya menangis.”

Itulah salah satu prinsip yang dipegang oleh orang-orang sholih terdahulu. Bagi mereka, bertemu dengan saudaranya adalah bekal spirit yang dapat membekali kebangkitan ruhani mereka. Dan memang demikianlah yang terjadi.

Simaklah kisah yang disampaikan oleh Ibnul Qosim, salah satu ulama fiqih di Mesir yang wafat tahun 191 H, “Aku pernah mendatangi Imam Malik sebelum waktu fajar. Aku tanyakan dia tentang dua masalah, tiga masalah, empat masalah, dan saya benar-benar melihatnya dalam suasana lapang. Kemudian aku mendatanginya hampir setiap waktu sahur. Terkadang karena lelah, mataku terkatup dan aku tertidur. Ketika Imam Malik keluar ke masjid aku tidak mengetahuinya. Kemudian aku dibangunkan oleh pembantunya sambil mengatakan, “Gurumu tidak tertidur seperti kamu. Padahal saat ini usianya telah mencapai empat puluh sembilan tahun. Setahuku ia nyaris tidak sholat shubuh kecuali dengan wudhu yang dipakai untuk sholat isya’.” (Tartibul Madarik, 3/250)

Saudaraku,
Apa yang terlintas dan terbetik dalam jiwa kita tatkala mendengar kisah di atas? Masya Alloh. Riwayat-riwayat seperti itu banyak disampaikan dalam atsar, sehingga sulit bagi kita untuk tidak menerimanya sebagai suatu kebenaran. Disebutkan di sana, wudhu Imam Malik tidak batal sepanjang malam dalam rentang waktu hampir separuh abad. Kondisi seperti ini biasa dilakukan pada malam-malam musim panas. Artinya, Imam Malik rela untuk menyedikitkan makan dan minum sepanjang hari sehingga ia mampu memelihara wudhunya.

Salah seorang salafushsholih bercerita, “Aku pernah bangun pada waktu sahur untuk mempelajari al-Qur’an kepada Ibnu Akhrom, seorang ulama Damaskus. Tapi ternyata kehadiranku telah didahului oleh sekitar tiga puluh orang. Dan aku belum memperoleh giliran sampai datang waktu ashar. (Nuzhotul Fudhola, 2/1145). Kebiasaan waktu itu, satu orang diberi giliran untuk mempelajari Al-Qur’an sekitar dua halaman. Lihatlah terhadap kesabarannya yang luar biasa untuk menanti giliran membaca dua halaman al-Qur’an dari sebelum fajar hingga waktu ashar. Yang lebih mengherankan lagi, kedatangannya sebelum fajar telah didahului kurang lebih tiga puluh orang.

Saudaraku,
Membaca dan menelaah peri hidup orang-orang sholih juga mampu membangkitkan semangat baru dalam diri kita. Bisa dikatakan, membaca dan menelaah peri hidup mereka, hampir sama dengan kita menziarahi dan berhadapan dengan mereka sehingga kita pun menerima barokah dari Alloh karenanya.

Karenanya, Imam Ibnul Jauzi rohimahulloh mengatakan, “Aku berlindung kepada Alloh dari peri hidup orang-orang yang tidak punya cita-cita tinggi hingga bisa diteladani orang lain, yang tidak punya sikap waro’ yang bisa ditiru oleh orang yang ingin berzuhud. Demi Alloh, hendaklah kalian mencermati perilaku suatu kaum, mendalami sifat, dan berita tentang mereka. Karena memperbanyak meneliti kitab-kitab mereka adalah sama dengan melihat mereka. Bila engkau mengatakan telah mendalami dua puluh ribu jilid buku, berarti engkau telah melihat mereka melalui kajian engkau terhadap tingkat semangat mereka, kepandaian mereka, ibadah mereka, keistimewaan ilmu mereka yang tidak pernah diketahui orang yang tidak pernah membacanya...” (Qimatuz Zaman ‘indal ulama: 31)

Saudaraku,
Seringlah mengunjungi saudaramu dalam jalan ini. Jangan jauhkan mereka dari hati. Sering-seringlah berkunjung, bertatap muka, dan memandang wajah mereka. Di sanalah engkau akan menemui berkah hidup berjama’ah, yang dapat memberi bekal bagi jiwa agar kita dapat melanjutkan perjalanan ini sampai tujuan terakhir... ridho Alloh dan surga-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar