Rabu, 13 Mei 2015

Belajar Mencinta Sesama Hamba

Banyak jalan yang bisa mengantar kepada surga, asal tiap-tiap jalan kita lalui dengan mengikuti petunjuk Alloh dan Rosul-Nya. Seorang tetangga mempunyai hak atas kita, baik ia Muslim maupun bukan. Dan dengan memenuhi haknya sebagai tetangga, insya Alloh akan dapat mengantarkan kita meraih surga-Nya. Seorang Muslim mempunyai hak atas kita sesama Muslim. Sesungguhnya setiap Muslim bersaudara. Apabila kita memenuhi haknya sebagai saudara sesama Muslim―tak peduli apakah ia satu jam’iyyah atau tidak―insya Alloh akan dibukakan bagi kita surga-Nya yang tertinggi. Allohumma aamiin.

Dari Ibnu ‘Umar ra bahwa Rosululloh saw bersabda:

“Seorang Muslim adalah saudara sesama Muslim yang lain. Ia tidak menzholiminya dan tidak menyusahkannya. Siapa yang memenuhi hajat saudaranya, Alloh akan memenuhi hajatnya. Dan siapa yang melepaskan dari seorang Muslim satu kesusahan, maka Alloh akan melepaskan darinya dengan hal itu satu kesusahan dari kesusahan akhirat. Dan siapa yang menutupi (aib) orang Muslim lain, maka Alloh akan menutupi (aibnya) pada hari Kiamat.” (HR. Bukhori dan Muslim)

Tiap-tiap Muslim mempunyai hak untuk kita jaga dari kezholiman. Kita perlu belajar mencintai seraya menolong saudara kita sesama Muslim, baik yang berbuat zholim maupun yang dizholimi. Mencintai yang berbuat zholim adalah dengan cara mencegahnya dari perbuatan zholim. Sehingga tindakan buruk itu tidak terjadi. Jika kezholiman itu tak dapat dicegah dan bahkan cenderung berlanjut, maka cinta kepadanya diwujudkan dengan membawanya kepada qodhi untuk mendapat hukuman. Sebab, sesungguhnya hukuman itu menutup pintu-pintu keburukan dan melindungi jalan kebaikan agar tidak rusak. Tampaknya menyusahkan, tetapi hukuman pada pelaku kezholiman akan mencegahnya dari perbuatan keburukan yang lebih besar.

Adapun kepada yang dizholimi, kita mencintai dengan memberi pertolongan, mengingatkan apabila ada pada kita pengetahuan tentang adanya orang yang akan menzholimi dia, menyantuni serta membesarkan hatinya.

Mencintai orang-orang yang ingin bertaubat adalah dengan menunjukkan kepadanya jalan yang mudah untuk ditempuh. Bukan mempersulit. Pada saat yang sama, kita harus menggembirakannya, dan bukan membuatnya lari, apabila ia merasa belum sanggup untuk menjalankan kehendak agama dengan baik. Seorang yang tak terbiasa menutup aurotnya ―apalagi kalau cenderung membuka tanpa kendali― maka kita tunjukkan kepadanya langkah-langkah bertahap untuk menutup aurot agar tak berat hatinya untuk melangkah. Seorang yang belum bisa mengucapkan do’a sholat sama sekali, maka kita besarkan hatinya untuk memantapkan hatinya beribadah, meski yang bisa ia ucapkan hanya sebatas basmalah dan takbir saja.

Rasanya, banyak hal yang belum kita ketahui sehingga kita masih sering salah langkah. Rasanya masih amat tipis cinta kita kepada sesama Muslim, sementara ketika kehendak untuk mencinta itu telah tumbuh, jalan untuk mewujudkannya tak jarang keliru karena tak punya ilmu. Padahal, ilmu itu mendahului amal.

Nah. Tampaknya sudah saatnya kita belajar mencintai sesama hamba untuk menyempurnakan keislaman kita.


Credit: “Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar