Iskandariyah, Mesir. Pernah hidup
seorang hamba Alloh yang dirohmati. Kepadanya dilimpahkan rohmat dan kekuasaan
yang menjadikannya sebagai manusia besar yang pernah dikenang oleh sejarah
dengan tinta emas. Namanya dicatat dalam al-Qur’an, pertanda kebesarannya tak
biasa. Sementara orang-orang kafir menyebutnya sebagai pahlawan. Ia dikenang
dengan sebutan Alexander The Great.
Alloh berfirman kepada Rosululloh
Muhammad saw:
Mereka bertanya kepadamu tentang
Zulqornain. Katakanlah, “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.”
Sesungguhnya Kami telah memberi
kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan
(untuk mencapai) segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan. Hingga
apabila dia telah sampai di tempat terbenam matahari, dia melihat matahari
terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ
segolongan ummat. Kami berkata, “Hai Zulqornain, kamu boleh menyiksa atau boleh
berbuat kebaikan kepada mereka.”
Zulqornain berkata, “Adapun orang
yang menganiaya, maka kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada
Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun
orang-orang yang beriman dan beramal sholih, maka baginya pahala yang terbaik
sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari
perintah-perintah kami.” (Qs. al-Kahfi
[18]: 83-88)
Inilah Zulqornain. Alloh Ta’ala memberikan rohmat dan kekuasaan
kepadanya. Lalu ia mempergunakan kekuasaan itu untuk membentangkan kebaikan dan
keadilan. Ia menjaga diri dari berbuat aniaya. Tidak membebani apa yang tak
sanggup dipikul.
Masih tentang Zulqornain, Alloh Ta’ala bertutur:
Kemudian dia menempuh jalan (yang
lain), hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah
timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan ummat yang Kami tidak
menjadikan baginya sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu.
Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.
Kemudian dia menempuh suatu jalan
(yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung,
dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti
pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Zulqornain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj
itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan sesuatu pembayaran kepadamu supaya kamu membuat dinding antara kami
dan mereka?”
Zulqornain berkata, “Apa yang telah
dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah
aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara
kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.”
Hingga apabila besi itu telah sama
rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulqornain, “Tiuplah (api
itu).”
Hingga apabila besi itu sudah
menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang
mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.”
Mereka tidak bisa mendakinya dan
mereka tidak bisa (pula) melubanginya.
Zulqornain berkata, “Ini (dinding)
adalah rohmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan
menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.”
Kami biarkan mereka di hari itu
bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala,
lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya, dan Kami tampakkan Jahannam pada hari
itu kepada orang-orang kafir dengan jelas, yaitu orang-orang yang matanya dalam
keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka
tidak sanggup mendengar. (Qs. al-Kahfi
[18]: 89-101)
Inilah Zulqornain, seorang yang
Alloh telah berikan rohmat dan kekuasaan disebabkan oleh keimanannya.
Iskandariyah menjadi bukti, tempat kita bisa merenung sesaat. Tetapi hari ini,
kita seakan lupa pada apa yang membuat Zulqornain memperoleh rohmat berlimpah
dari Alloh ‘Azza wa Jalla.
Telah datang kepada kita
kisah-kisah tentang pertolongan Alloh Ta’ala
yang pasti datang. Tetapi apakah yang kita lakukan hari ini agar setiap langkah
mengundang barokah dan rohmat-Nya?
Semoga ada yang kita petik. Semoga
kita tak tenggelam dalam lupa.
Credit:
“Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar