Jumat, 22 Mei 2015

Merenungi Zulqornain

Iskandariyah, Mesir. Pernah hidup seorang hamba Alloh yang dirohmati. Kepadanya dilimpahkan rohmat dan kekuasaan yang menjadikannya sebagai manusia besar yang pernah dikenang oleh sejarah dengan tinta emas. Namanya dicatat dalam al-Qur’an, pertanda kebesarannya tak biasa. Sementara orang-orang kafir menyebutnya sebagai pahlawan. Ia dikenang dengan sebutan Alexander The Great.

Alloh berfirman kepada Rosululloh Muhammad saw:

Mereka bertanya kepadamu tentang Zulqornain. Katakanlah, “Aku akan bacakan kepadamu cerita tentangnya.”

Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu, maka dia pun menempuh suatu jalan. Hingga apabila dia telah sampai di tempat terbenam matahari, dia melihat matahari terbenam di dalam laut yang berlumpur hitam, dan dia mendapati di situ segolongan ummat. Kami berkata, “Hai Zulqornain, kamu boleh menyiksa atau boleh berbuat kebaikan kepada mereka.”

Zulqornain berkata, “Adapun orang yang menganiaya, maka kami akan mengazabnya, kemudian dia dikembalikan kepada Tuhannya, lalu Tuhan mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya. Adapun orang-orang yang beriman dan beramal sholih, maka baginya pahala yang terbaik sebagai balasan, dan akan kami titahkan kepadanya (perintah) yang mudah dari perintah-perintah kami.” (Qs. al-Kahfi [18]: 83-88)

Inilah Zulqornain. Alloh Ta’ala memberikan rohmat dan kekuasaan kepadanya. Lalu ia mempergunakan kekuasaan itu untuk membentangkan kebaikan dan keadilan. Ia menjaga diri dari berbuat aniaya. Tidak membebani apa yang tak sanggup dipikul.

Masih tentang Zulqornain, Alloh Ta’ala bertutur:

Kemudian dia menempuh jalan (yang lain), hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan ummat yang Kami tidak menjadikan baginya sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu. Demikianlah. Dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya.

Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata, “Hai Zulqornain, sesungguhnya Ya’juj dan Ma’juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?”

Zulqornain berkata, “Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi.”

Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Zulqornain, “Tiuplah (api itu).”

Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, dia pun berkata, “Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar kutuangkan ke atas besi panas itu.”

Mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melubanginya.

Zulqornain berkata, “Ini (dinding) adalah rohmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar.”

Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya, dan Kami tampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas, yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar. (Qs. al-Kahfi [18]: 89-101)

Inilah Zulqornain, seorang yang Alloh telah berikan rohmat dan kekuasaan disebabkan oleh keimanannya. Iskandariyah menjadi bukti, tempat kita bisa merenung sesaat. Tetapi hari ini, kita seakan lupa pada apa yang membuat Zulqornain memperoleh rohmat berlimpah dari Alloh ‘Azza wa Jalla.

Telah datang kepada kita kisah-kisah tentang pertolongan Alloh Ta’ala yang pasti datang. Tetapi apakah yang kita lakukan hari ini agar setiap langkah mengundang barokah dan rohmat-Nya?

Semoga ada yang kita petik. Semoga kita tak tenggelam dalam lupa.


Credit: “Mencari Ketenangan di Tengah Kesibukan”; Mohammad Fauzil Adhim; Pro-U Media

Tidak ada komentar:

Posting Komentar